Air mata Jesica menetes membasahi pipi dan tangannya yang digunakan untuk menutupi mulut, seketika membuat Martin terkejut."Astaga, kamu kenapa, sayang? Mana yang sakit?" tanya sang Suami khawatir sambil meletakan roti yang sedang ia makan, menghapus air matanya.Bukannya menjawab Jesica langsung menghambur ke pelukan sang Suami, tangisnya pecah seketika.Norman dan Xiawei tentu saja terkejut saat tiba-tiba Jesica menangis terisak seperti itu. Mereka berdua tidak tahu apa yang terjadi pada wanita yang telah menjadi Istri Martin tersebut."Hei, kamu kenapa?" tanya Martin lembut sambil mengusap punggung sang Istri.Jesica tidak menjawab sama sekali, wanita itu hanya memeluk erat sang suami, masih menangis terisak.Jelas saja hal tersebut membuat Martin semakin bingung, akhirnya ia hanya diam, membiarkan sang Istri menangis di pelukannya.Setelah beberapa saat, akhirnya Jesica sudah sedikit tenang. Martin melepaskan pelukan sang Istri, menghapus air matanya yang membasahi pipi dengan ked
Ekspresi Martin dan Norman yang tadinya santai berubah ketika mendengar kebenaran tentang kemungkinan adanya tambang emas di Newland dan Souland.Mereka berdua langsung duduk dengan tegap mencondongkan tubuh mereka ke depan, menatap Daryl dengan serius."Apa kamu yakin dengan ini?" tanya Martin memastikan.Daryl menganggukkan kepalanya pelan. "Saya sangat yakin tuan.""Dimana lokasinya?" tanya Norman penasaran."Perbatasan Newland dan Souland, dekat dengan gunung Soul," jawab Daryl yakin.Martin mengerutkan keningnya. "Apa kamu yakin? Gunung Soul masih aktif, jikapun ada tambang emas di sana, apa itu tidak berbahaya?" Daryl menghela napas tidak berdaya. "Tuan, orang seperti Leonardo tidak akan peduli dengan apa pun, asalkan bisa semakin memperkaya dirinya dia tidak peduli dengan segala resiko yang didapat."Awalnya Martin sangat antusias ketika mendengar tambang emas tersebut. Namun, ketika mendengar wilayahnya berada dekat dengan gunung Soul, ia jelas tidak ingin mengambil resiko mem
Didalam kamar mandi Martin mengunci pintu, bersandar di sana sambil menghela napas panjang. Niat hati ingin membuat kejutan untuk sang Istri, malah dirinya yang terkejut karena Istrinya lebih memprioritaskan teman-temannya."Apa aku masih belum mendapatkan hati Jesica sepenuhnya?" gumam pria itu sambil memijat pangkal hidungnya.Martin sudah berusaha sebisa mungkin membuat Jesica nyaman, tapi mendengar jawaban dari sang Istri barusan membuatnya sangat yakin kalau Jesica belum menerima dia sepenuhnya. Karena tanggal pernikahan mereka saja tidak di ingat wanita itu sama sekali.Semua rencana Martin untuk memeberikan kejutan pada sang Istri sirna sudah, ia menghela napas panjang mencoba menerima kenyataan tersebut.***Ke esokan harinya ....Jesica sedang bersiap-siap untuk datang ke pesta yang di buat temannya. "Sayang, kamu serius tidak mau ikut?" tanya wanita itu lembut.Martin hanya mengangguk pelan tanpa menoleh ke arah sang Istri sama sekali."Ya sudah, aku berangkat dulu yah," ucap
Axel Solford, dia pria yang cukup tampan dan pintar. Sosok yang pernah menjadi idaman para wanita dulu.Axel langsung mendapatkan kerjaan yang cukup bagus setelah lulus kuliah. Alasan kenapa dirinya hilang kontak dengan Jesica, karena orang tuanya tidak menyukai keluarga wanita itu yang hanya kelas menengah.Kedua orang tua Axel menginginkan menantu yang keluarganya setara dengan mereka. Sebab itulah hubungan mereka tidak mendapatkan restu sama sekali.Keluarga Axel memiliki perusahaan cukup besar bernama Solford Industri yang berada di Newland dan Souland. Bisa dikatakan keluarga Solford merupakan salah satu keluarga yang mengenal kelompok Mafia Luther secara baik. Karena semua pebisnis di dua Negara tersebut ada di bawah genggaman mereka.***Jesica duduk berdampingan dengan Axel, teman-temannya sengaja membiarkan mereka berdua duduk berdekatan."Aku dengar kamu sudah menikah Jes, benarkah itu?" tanya Axel lembut.Jesica hanya mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak i
Martin tergesa-gesa pulang ke kediamannya dengan kondisi sudah sedikit mabuk. Pria itu menyetir mobil sangat cepat, membuat pengendara lain marah."Woi! Kamu bosan hidup!" seru salah satu pengemudi yang di salip Martin.Martin mengabaikan pengemudi tersebut, ia tetap melajukan mobilnya dengan cepat, mendengar sang Istri menangis, ia sudah tidak peduli dengan apa pun.Suara klakson mobil terus berbunyi untuk menegur Martin. Namun, pria itu tidak menggubrisnya sama sekali, sampai-sampai ada beberapa mobil polisi yang mengejarnya."Ckk, mengganggu saja!" gerutu Martin yang melihat beberapa mobil polisi mengejarnya.Martin tetap mengendarai mobilnya dengan cepat, terjadilah kejar-kejaran antara Polisi dengan pria itu. Polisi memberikan peringatan kepada Martin. Namun, pria itu tidak peduli sama sekali, hingga akhirnya ia menghentikan mobilnya ketika ada sekelompok polisi yang sudah menunggunya dengan ranjau ban didepan jalan.Ciiit!Terdengar suara derit ban mobil yang bergesekan dengan a
Orang-orang suruhan Helinsiki turun dari pesawat, mereka bertiga langsung mencari taksi untuk pergi ke hotel yang sudah di pesan.Ke tiga orang tersebut tidak seperti Samuel dan Rudeus yang bergerak tanpa rencana. Mereka tidak tergesa-gesa agar semuanya berjalan dengan lancar."Rex, bagaiman menurutmu? Apa mungkin mereka masih hidup?" tanya pria yang memiliki rambut cepak datar."Tidak mungkin mereka masih hidup, jikapun ada yang masih hidup pasti sudah melapor dari awal," jawab Pria yang di panggil dengan sebutan Rex.Pria yang memiliki rambut panjang di kuncir menimpali, "Kalau kamu sudah menyimpulkan seperti itu, buat apa kita datang kemari? Harusnya bilang saja langsung pada Bos.""Kata-katamu seperti baru mengenal Bos, dia tidak mungkin langsung percaya begitu saja sebelum menemukan sebuah bukti," ucap Rex masih santai.Sopir taksi yang mendengar pembicaraan mereka bertiga hanya bisa terdiam. Ia menebak kalau mereka bertiga bukanlah orang-orang biasa, apalagi topik pembicaraan mer
Belingham Rosfold dengan tergesa-gesa menemui Adrian yang sudah menunggunya di ruang tamu. Ketika pria paruh baya itu sampai di sana, terlihat bawahan Martin tersebut sedang duduk santai memegang ponsel, menyilangkan kakinya sambil mengapit sebatang rokok di bibirnya."Tu-Tuan Adrian," sapa Belingham sopan, sedikit membungkukkan badan.Adrian tidak menjawab sama sekali, ia masih fokus dengan ponselnya sambil menghembuskan asap rokok yang ia pegang.Belingham sedikit melirik Adrian yang tidak berbicara sepatah kata pun, ia benar-benar mengutuk sang Anak yang sudah berurusan dengan Martin."Sudah berapa lama kau kerjasama dengan tuan Luther?" tanya Adrian tiba-tiba dengan suara dingin sambil beranjak dari duduknya."Se-Sejak awal tuan besar mulai berbisnis tuan," jawabnya gugup sambil menelan ludah.Adrian memegang kerah Belingham dan menatapnya dengan tajam. Sontak saja pria paruh baya itu terkejut, ia langsung ketakutan diperlakukan seperti itu."A-Ampuni saya tuan, saya tidak pernah b
Melihat Video tersebut Rex langsung mengeluarkan ponsel menelepon Helinsiki. Tidak butuh waktu lama untuk bosnya itu mengangkat panggilan darinya."Bagaimana hasilnya Rex?" tanya Helinsiki langsung diseberang telepon tanpa berbasa-basi sama sekali.Rex menjawab, "sesuai dugaan bos, Samuel dan yang lainnya memang tewas di sini.""Aku mengerti, kalian cari tahu lagi, siapa orang-orang yang membunuh mereka semua!" perintah Helinsiki tegas sambil menurut telepon.Rex memasukkan kembali teleponnya kedalam saku. "Bos ingin tahu informasi detail siapa yang membunuh Samuel dan yang lainnya," ujarnya kepada dua rekan yang bersama dirinya."Merepotkan sekali, sudah jelas kalau Martin dan bawahannya yang melakukan itu, bukan?" celetuk pria dengan rambut kuncir."Diamlah Nando, kita melakukan ini agar tidak ada korban lagi!" tegur Rex tegas."Cih!" Nando berdecih kesal sambil membuang mukanya.Paul, pria yang ahli dalam peretasan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perdebatan kedua reka