Share

17. Sakit Tak Berdarah

Penulis: lyns_marlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 10:47:15

"Ka,,kamu jangan berburuk sangka padaku," Zahra gugup.

Kevin melengos.

"Tidak seperti itu," elak Zahra.

"Kalau tidak, ya syukurlah," sergah Kevin.

Zahra menelan saliva. Kecanggungan menguasai dirinya, akhirnya memutuskan turun saja. "Aku turun di sini saja."

"Aku tadi menjemputmu dari rumah, jadi aku harus mengantarmu pulang ke rumah dengan selamat," jawab Kevin. "Kenapa? Apa ada masalah?"

Zahra menggeleng. "Aku baru ingat. Sore ini ada janji dengan temanku."

"Baiklah, kalau itu mau kamu."

Mobil berhenti dipinggir jalan.

Zahra melepas seatbeltnya. "Terima kasih."

"Kamu yakin mau turun di sini?"

"Iya, dari sini aku langsung ke rumah temanku."

Setelah Zahra keluar. Kevin melajukan mobilnya, membaur kembali bersama kendaraan lain.

Di dalam taksi. Zahra berubah murung. Wajah cerianya seketika hilang.

"Neng," panggil sopir taksi.

"Iya, pak?" tanya Zahra.

"Neng sakit ?"

"Tidak. Kenapa pak?!" tanya Zahra heran.

"Tidak ada apa-apa, non," jawab sopir mengurungkan niatnya ingin bertany
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    18. Liontin Bermata Ruby

    Pamela baru saja masuk, melihat Irene galak. "Awas saja kau, kalau sampai rotinya dihabiskan semua, aku akan ,,,"Irene dengan cepat memotong kalimat Pamela. "Akan apa, hah?!" tantangnya.Pamela diam, tapi tatapannya marah pada Irene. Tak ada garis ketakutan di wajah Irene. Kakinya melangkah, mendekati adiknya dengan tangan bertolak pinggang. "Akan apa, hah?!" tanyanya berulang. Kedua tangan Pamela terkepal di antara sisi tubuhnya. Kemarahan terpendam hari kemarin karena ribut dengan mamanya, sekarang tersulut kembali."Dasar bocah tengik! Pulang sekolah bukannya kasih salam pada kakak dan mama ,,,"Buukh!Tiba-tiba Pamela menendang kaki Irene. "Aaaa!" Jerit Irene. Meringis kesakitan di antara rasa kagetnya. Tak menduga, Pamela akan berbuat hal seperti itu. Tulang kering kaki kirinya langsung berdenyut."Siapa yang bocah tengik, hah?!" bentak Pamela marah. Irene meringis menahan sakit di kaki. Tubuhnya limbung jatuh ke lantai. Melani yang melihat kejadian tersebut, langsung berge

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    19. Numpang Tinggal

    Di kediaman Ronald Wijaya. "Nyonya," bibi datang. "Ada tamu.""Siapa?!" tanya Melani.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah sepatu menggema, mengisi kesunyian rumah. "Tante.""Bianca!" seru Melani. "OMG! Ada angin apa sampai bidadari cantik datang ke rumahku?"Bianca memeluk Melanie. "Apa kabar, tante?""Kabar tante baik, sangat baik. Bagaimana denganmu?" "Aku juga baik, tante," jawab Bianca.Tak lama datang Irene."Hai, Irene," sapa Bianca ramah. "Kak Bianca?" Bianca tersenyum lebar. "Kamu sudah besar dan semakin cantik saja. Bagaimana kabarmu?" "Kabarku baik," jawab Irene melihat Bianca dari atas sampai bawah. "Kak Bianca sangat cantik. Aku hampir tidak mengenali kakak.""Kamu juga cantik!" Bianca balas memuji. "Aku pangling melihatmu."Tak lama, bibi datang dengan membawa satu buah koper berukuran besar."Koper siapa itu?!" tanya Melani. "Koperku," jelas Bianca mengambil koper dari tangan bibi. Melani dan Irene saling berpandangan. Muncul kecurigaan dalam benak keduany

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    20. Dilema

    "Terima kasih kawan atas pujiannya," Ronald menepuk bahu Ivan. "Tapi ngomong-ngomong, apa loe sudah menikah?" "Nasib gue kurang beruntung dalam pernikahan," jawab Ivan."Kenapa?" "Gue tidak beruntung dalam mendapatkan seorang istri," jawab Ivan getir."Maksudnya?" tanya Ronald."Mantan istri gue lebih tertarik dengan uang daripada dengan janji suci pernikahan.""Kalian bercerai?" "Iya. Dia pergi dengan pria itu. Bahkan anaknya sendiripun dilupakan," jelas Ivan tersenyum kecut. "Berapa anak loe?""Baru satu. Laki-laki umur 2 tahun," jawab Ivan. "Ibu gue yang merawatnya.""Sabar ya," Ronald menepuk bahu Ivan sebagai rasa empati. "Semua orang sudah punya takdirnya masing-masing.""Awalnya, gue tidak bisa menerima kenyataan pernikahan gue gagal, tapi lambat laun gue bisa mengikhlaskannya. Mantan istri gue bukan yang terbaik. Ini memang sudah jalan hidup yang harus gue lalui. Pelajaran bagi gue agar nantinya lebih berhati-hati dalam mencari wanita yang benar-benar mencintai gue apa ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    21. Tidak Enak Hati

    Bianca tersenyum kecut, melihat perubahan wajah Ronald. Bianca tahu, Ronald tidak menyukai kehadirannya di rumah itu.Melanie kembali duduk di samping Bianca. Untuk mengalihkan perhatian Bianca dari sikap Ronald, Melani menawarkan kue yang ada di dalam toples. "Kamu sudah mencoba kue ini?""Belum," jawab Bianca datar. "Kue ini sangat enak. Tante sendiri yang membuatnya."Bianca mengambil kue. "Terima kasih, tante.""Mama, apa kak Adeline ada kabarnya?" tanya Pamela."Untuk apa kamu tanyakan wanita itu?" ujar Melani tak suka."Memangnya kenapa? Biar bagaimanapun, kak Adeline masih menantu mama," jelas Pamela. "Kak Adeline masih istrinya kak Ronald.""Yang dikatakan Pamela itu, benar tante," ucap Bianca. "Apa tante tidak berusaha mencarinya.""Untuk apa? Lebih bagus, di rumah ini tak ada wanita itu!" "Bagaimana kalau kak Adeline bertemu orang jahat di luar sana? Pasti yang nanti akan direpotkan tetap kak Ronald," tutur Pamela.Melanie terdiam, apa yang dikatakan putri bungsunya ada be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    22. Rayuan Maut Mantan

    Dalam hati, Bianca tersenyum senang ketika melihat Ronald tanpa berkedip melihat tubuhnya dari atas sampai bawah. "Laki-laki mana yang bisa melawan kemolekan tubuh seorang Bianca? Ronald sekalipun yang begitu sangat mencintai istrinya akan tunduk dan takluk ketika melihat tubuh molekku. Apalagi sekarang Ronald sedang kesepian, butuh belaian seorang wanita untuk menyalurkan hasratnya. Bodoh sekali istrinya, meninggalkan Ronald seperti ini."Ronald memalingkan wajah. Tiba-tiba wajah istrinya muncul dipelupuk mata, "Adeline," bisiknya dalam hati. Bianca mendekati Ronald. "Boleh, aku duduk di sini?" Ronald menggeser tubuh, memberi ruang Bianca duduk di sampingnya.Ronald mengambil ponsel, melihat setiap pesan yang masuk."Apa kamu sudah mencari istrimu?" tanya Bianca memulai percakapan."Dari pagi aku sudah mencarinya," jawab Ronald pelan. "Sejak Adeline pergi dari rumah ini, ponselnya tidak pernah aktif. Mungkin memang sengaja tidak diaktifkan, agar aku tidak bisa menemukannya.""Itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    23. Tak Tergoyahkan

    Bianca semakin gencar dalam merangsang Ronald. Jari jemarinya lincah bermain menyusuri tubuh Ronald, apalagi Bianca sudah sangat hapal titik kelemahan Ronald.Jantung Ronald semakin berdegup kencang, hasratnya sebagai laki-laki normal sudah tidak bisa dibendung. Tangan yang dari tadi hanya diam, sekarang mulai memeluk pinggang ramping yang berada di atas pangkuannya. Bianca ingin sekali berteriak kegirangan karena mendapat respon yang sangat menyenangkan dari Ronald. Usahanya tidak sia-sia sudah memakai baju yang begitu seksi dengan belahan dada yang terbuka.Mata sendu Ronald tidak lepas menatap belahan dada yang ada di depan mata. Dua bukit kembar yang sangat menantang begitu menarik perhatian.Bianca sengaja membusungkan dada lalu secara perlahan tangan Ronald yang berada dipinggangnya ditarik agar menyentuh dadanya.Satu tangan Ronald tepat berada disalah satu bukit kembar Bianca. "Kamu dulu begitu memuja punyaku ini. Tanganmu akan begitu lincah bermain dengan keduanya. Sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    24. Teringat Ronald

    Melihat majikannya hanya terdiam saja membuat Mang Ujang bertanya. "Apa nyonya juga sakit?"Melani mendengus kesal. "Kenapa sih, si bibi pakai acara sakit segala," omelnya. Mang Ujang hanya diam. Melanie mengeluarkan tiga lembar uang ratusan ribu dari saku. "Ini uang untuk ke dokter!" ucapnya ketus. "Iya, nyonya." Setelah itu, Melani berlalu pergi membawa hati yang kesal.Sementara itu, jauh dari kediaman Ronald Wijaya. Di dalam sebuah rumah sederhana, Adeline termenung sendiri depan jendela memandang bulan. Pikiran dan hatinya teringat dengan Ronald, suami yang telah ditinggalkannya."Kenapa hatiku gelisah dan selalu teringat dengan Ronald? Apa, dia baik-baik saja di sana?" gumam Adeline bertanya-tanya sendiri.Setelah cukup lama berdiri memandang bulan, Adeline menutup jendela rapat-rapat. Tubuh lelahnya naik ke atas tempat tidur sederhana. "Sedang apa Ronald saat ini? Apa dia mencariku atau Ronald malah bahagia, aku pergi dari rumahnya?" bisik Adeline memandang langit-langit

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    25. Misteriusnya Kalimat Axel

    "Adeline, ini aku!" Seorang pria ke luar dari dalam mobilnya dan bergegas menghampiri Adeline."Axel?!""Iya, aku Axel. Masa sudah lupa sama aku," jawab Axel dengan wajah senang.Adeline tersenyum lebar. Menyelinap perasaan senang dalam hatinya saat melihat Axel. "He-he-he," Axel terkekeh. "Kamu sedang apa di sini?"Senyum di wajah Adeline langsung menghilang."Kenapa?" tanya Axel menautkan kedua alisnya.Adeline menggeleng, senyumnya kembali mengembang, "tidak ada apa-apa. Aku kebetulan baru pulang dari warung. Lalu kamu, darimana dan mau kemana?""Kebetulan, aku mau bertemu dengan temanku. Karena jalan raya macet, aku ambil jalan pintas lewat perkampungan ini. Ternyata ada hikmahnya, aku bisa bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu?""Kabarku baik, Axel. Mengenai lamaran kerja itu ,,,""Santai saja," potong Axel. "Kalau kamu ada waktu, kamu bisa datang kapan saja.""Tidak bisa begitu, Axel," ucap Adeline. "Kalau ada yang membutuhkan pekerjaan, berikan saja pekerjaan itu padanya. Aku b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    41. Bukan Seorang Bos

    Ronald menghirup uap kopi miliknya. Dirinya sudah malas untuk bicara dengan Rani."Apa kamu sudah punya anak?" tanya Rani basa basi untuk memancing Ronald bicara."Bukan urusanmu!" jawab Ronald ketus.Rani tersenyum kecut. "Sialan. Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa. Pantang bagiku untuk kalah dari pria yang sok suci sepertimu!" bisik hati kecil Rani.Ronald mengedarkan pandangan ke sekeliling, meja dan bangku panjang yang tadi kosong sekarang sudah banyak orang. Kebanyakan dari mereka para pria yang sengaja datang untuk minum kopi sambil merokok dan mengobrol."Mau tambah kopinya?" tanya Rani ketika melihat cangkir kopi Ronald sudah mau habis."Tidak!""Sepertinya kau sedang ada masalah," tebak Rani."Jangan sok tau!" "Wajahmu yang mengatakannya," sambung Rani.Ronald mendengus kesal. "Boleh percaya atau tidak, aku bisa membaca orang lewat wajahnya," ujar Rani menatap lekat wajah Ronald. "Kau sedang dalam masalah besar.""Memangnya kau seorang cenayang?!" "Hi-hi-hi," Ran

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    40. Godaan Wanita Malam

    Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah semua orang yang berada di mansion Tuan Adras. Putri satu-satunya yang telah lama hilang bertahun-tahun sekarang telah kembali. "Mama sangat bahagia sekali, sekarang kamu telah berada ditengah-tengah kami. Sekarang keluarga kita lengkap lagi.""Iya, pencarian kita selama bertahun-tahun membuahkan hasil. Ini semua berkat Pak Axel. Dulu kami meminta bantuan orang lain untuk mencari putri kami, tapi tidak pernah ada hasilnya. Setelah Pak Axel yang menanganinya, ternyata sangat membuahkan hasil. Adeline Shabira Evander telah kembali," sambung Tuan Adras dengan wajah yang berseri melihat putrinya."Tuan terlalu berlebihan memuji, saya hanya meneruskan apa yang telah orang lain kerjakan," jawab Axel merendah."Aku sekarang punya kakak, ada tempat untuk cerita. Rasanya senang sekali." Adrian ikut bicara."Memangnya kamu tidak bisa cerita ke mama?""Bisa, tapi rasanya berbeda kalau cerita ke kakak sendiri. Kalau ke mama pasti ujungnya aku diomelin," ja

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    39. Pulang

    "Ronald! Kau mau apa?" Bianca kaget bukan kepalang saat Ronald menariknya kasar. "Lepaskan!""Ke luar dari kamarku!" usir Ronald.Tubuh Bianca didorong ke luar. "Jangan pernah masuk ke kamarku lagi!"Blughhh!Bianca meloncat kaget saat Ronald menutup pintu kamar sampai menimbulkan suara yang cukup keras. "Astaga! Kesurupan setan apa si Ronald?"Dari balik pintu yang tertutup, Ronald berdiri mematung, tangannya terkepal menahan marah disisi kiri dan . Lilin yang tersusun rapi di lantai langsung diinjaknya satu per satu untuk meluapkan amarahnya. "Brengsek! Sialan!" Sementara itu di luar kamar, Bianca merapikan baju tidurnya yang tipis menerawang. "Dasar gila! Brengsek! Awas kau, Ronald!""Ada apa ini?" Terdengar suara Tante Melanie baru saja ke luar dari dalam kamar. "Ada apa, ma?" Terdengar pula suara Irene disusul suara Pamela."Suara apa itu?"Bianca yang hendak pergi ke kamarnya terhenti langkahnya melihat Tante Melanie, Irene dan Pamela berdiri tidak jauh darinya."Ada apa

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    38. Lilin Saksi Masa Lalu

    Ronald melangkahkan kakinya perlahan dengan pandangan melihat ke sekitar. Puluhan lilin bahkan mungkin ratusan lilin telah menghias kamarnya. Cahaya remang-remang yang hanya dihasilkan dari cahaya lilin membuat Ronald tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang duduk di sofa menatap dirinya.Perlahan tubuh yang hanya terlihat seperti bayangan berdiri kemudian datang mendekat. "Ronald."Hidung Ronald mencium bau parfum yang tidak asing. "Bianca.""Aku membuat kejutan untukmu. Apa kamu menyukainya?" tanya Bianca berdiri di depan Ronald.Dalam cahaya temaram lilin, Ronald sekarang bisa melihat wajah Bianca dengan jelas. "Untuk apa kamu melakukan ini semua?""Untuk kamu. Aku ingin membuat kejutan untukmu, sengaja menyusun semua lilin ini. Bukankah dulu kamu sangat menyukainya?"Ronald melihat seluruh lilin yang menyala. "Dulu dan sekarang sudah berbeda.""Tidak ada yang berbeda." Bianca semakin mendekat. "Bagiku, dulu dan sekarang sama saja, tidak ada yang berbeda."Ronald menghind

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    37. Pencarian Seorang Suami

    Kevin tersenyum samar, sesaat melihat ke arah di mana tadi Irene pergi bersama Silvi. "Aku pulang duluan.""Hati-hati, bro," jawab temannya."Ok, sip!" Kevin lalu melihat Zahra. "Pulang duluan."Zahra tidak menjawab, Kevin langsung pergi meninggalkan Zahra yang terdiam. "Zahra," panggil teman Kevin."Apa?" tanya Zahra menoleh ke belakang."Tidak ikut Kevin?" tanyanya."Aku masih ada kelas," jawab Zahra langsung pergi.Semua teman Kevin menatap punggung Zahra yang semakin jauh pergi. "Aku yakin, pasti si Zahra menyukai si Kevin.""Sangat terlihat dari matanya, tapi menurutku si Zahra tidak bisa mengambil si Kevin dari si Irene," jawab temannya yang lain."Kenapa?""Secara kita tahu, bagaimana si Kevin yang begitu menyukai si Irene. Bahkan bisa dibilang, si Kevin ini bucin alias budak cinta," jawab yang satunya lagi."Ha-ha-ha. Benar juga, tapi biar bucin kalau setiap hari dapat godaan terus menerus dari si Zahra yang juga cantik begitu, seorang laki-laki pasti akan tergoda juga.""Iya

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    36. Cemburu

    "Apa maksud tante?" tanya Bianca mulai terpancing.Melanie diam. "Maksudnya apa, tante?" ulang Bianca. "Apa yang tante pikirkan tentang aku?""Tidak, tidak ada. Lupakan saja," jawab Melanie. "Anggap saja, tante tidak bertanya apa-apa.""Apa maksud tante, aku ini wanita yang sering tidur dengan banyak lelaki? Apa seperti itu tante?" tebak Bianca tersinggung."Tidak, tidak seperti itu. Kamu jangan salah paham!" Melanie cepat-cepat membantah."Tapi itu yang aku tangkap dari pertanyaan tante," suara Bianca mulai terdengar keras."Eh, kamu jangan salah paham. Bukan begitu maksud tante! Kamu berpikir terlalu jauh dan mengada-ada, tidak mungkin tante sampai berpikir seperti itu." Melanie cepat-cepat meluruskan apa yang Bianca pikirkan.Bianca terdiam, hatinya sangat tidak senang dengan apa yang dituduhkan Tante Melanie padanya. Walau tidak menjabarkan secara langsung, tapi pertanyaan Tante Melanie membuatnya tersinggung. Melihat wajah Bianca yang merengut, Melanie langsung mengalihkan pemb

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    35. Curiga

    "Pa," Adrian melihat papa dengan wajah memohon. "Aku ingin bertemu dengan kak Adeline.""Belum waktunya kamu bertemu dengan kakakmu," jawab papa."Kenapa belum waktunya? Apa mama dan lapa belum memberitahu tentang siapa kak Adeline sebenarnya?""Kami sudah menceritakan semuanya. Kita harus memberi waktu untuk kakakmu agar bisa memahami apa yang terjadi dimasa lalu," jawab papa.Adrian terdiam, apa yang papanya katakan ada benarnya. Pasti tidak mudah untuk kakaknya bisa menerima keluarganya yang telah berpuluh-puluh tahun lamanya terpisah."Kita sekarang bersabar saja, tunggu sampai kakakmu bisa memahami semuanya," timpal mama. "Kita bersabar saja," sambung papa menenangkan putra kesayangannya."Lebih baik kamu sekarang ganti bajumu lalu makan," ucap mama.Adrian menghela napas, "iya baiklah, kalau itu yang terbaik.".....Bianca pulang ke rumah dengan wajah kesal. Dilihatnya ke sekeliling rumah yang nampak sepi. "Non Bianca ,,,," sapa bibi datang dari arah belakang sehingga membuat

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    34. Kecewa

    "Bianca ,,,," Ronald menjeda ucapannya. "Apa yang telah terjadi tadi, menurutku itu hanyalah sebuah kekhilafan."Kening Bianca mengernyit. "Apa maksudmu itu sebuah kekhilafan?""Itu ,,," Ronald terdiam sesaat. "Aku rasa itu sebuah kekhilafan.""Ucapanmu membuatku tersinggung," rajuk Bianca. Tangannya kembali melingkar di leher Ronald. "Yang terjadi tadi memang sebuah kekhilafan." Ronald melepaskan tangan Bianca dari lehernya.Wajah Bianca berubah kesal. "Aku tidak mau tahu, kamu mau berpikir apa! Yang terjadi tadi, bagiku bukan sebuah kekhilafan. Yang kita lakukan tadi karena kita sama-sama menginginkannya. Itu bukan sebuah kekhilafan!""Bianca ,,," Ronald mencoba memberi pengertian."Aku ini bukan boneka yang bisa kamu perlakukan sesuka hati kamu!" Bianca langsung berdiri. "Aku tidak terima kamu menghinaku seperti ini!""Bianca ,,," Ronald mencoba tetap bersikap lembut untuk memberi pengertian pada Bianca agar tidak marah, urusannya bisa rumit kalau Bianca sampai melapor pada maman

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    33. Terbuai Rayuan Mantan

    Bianca terpekik senang begitu Ronald tiba-tiba menggendong tubuhnya. Dengan cepat, tangannya langsung melingkari leher Ronald agar tidak terjatuh.Tubuh Bianca ditidurkan di atas sofa, napas Ronald sudah naik turun tidak beraturan. Gejolak hasrat di dadanya tidak bisa di bendung lagi tatkala melihat rok mini Bianca tersingkap sehingga memperlihatkan kain transparan berenda hitam yang menutupi aset pribadi Bianca.Dalam hati Bianca bersorak sorai, ternyata untuk membangkitkan gairah seorang Ronald tidaklah sulit, hanya dengan sedikit sentuhan saja Ronald sudah terbakar api gairahnya.Ronald membuka jas yang menutupi tubuh kekarnya, dilemparnya sembarang arah dengan pandangan yang tidak beralih dari tubuh Bianca yang telentang pasrah. Sungguh pemandangan indah saat itu bagi Ronald melihat rok tersingkap dan baju bagian atas yang sudah terbuka kancingnya sehingga memperlihatkan dua bukit kembar yang begitu menantang.Untuk semakin memancing Ronald agar semakin terbakar gairahnya, Bianca

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status