“Aku tidak perlu nasehatmu, dasar orang miskin! Yang pasti itu hanya bualanmu. Mana mungkin orang sepertimu bisa membelikan replika Toyotaku, bahkan untuk mengganti body yang tergores saja kau butuh mengemis satu bulan!”Melvin mulai geram, akan tetapi Davin menenangkannya.Tentu seorang pelayan setia akan merasa sakit hati melihat majikannya dihina dan direndahkan sebegitu rupanya oleh orang yang tak dikenal. Belum lagi ketika dinasehati, orang itu malah terus menghujat.Sepuluh menit menunggu, akhirnya ada sebuah mobil Porshce kuning datang dari arah Utara, parkir di belakang Toyota Supra A91-Carbon Fiber milik Bee dan diikuti dua jeep hitam dengan atap terbuka.Beberapa orang bertampang seram keluar dari jeep, membuka pintu Porshce kuning, lantas mempersilakan seorang lelaki berjas merah keluar dari mobil.Sosok lelaki dengan tinggi sekitar 180 berkacamata hitam bulat keluar, melepas kacamata dan jam tangannya, lantas memberikannya kepada salah satu dari bodyguard yang berjaga.“Ka
Bee dan Frank memang benar telah mencari gara-gara sebelumnya, tapi semua ini tidak ada sangkut pautnya dengan Reynald yang baru datang dan menawarkan senyuman serta kedamaian.“Tuan, maafkan saya karena sering terbawa emosi. Saya harap Tuan berkenan memaafkan kelancangan saya.” Melvin minta maaf pada Reynald seolah dia adalah orang biasa yang tidak memiliki harta dan jabatan.“Reynald, maafkan dia,” balas Davin singkat. “Memang kawan akrabku satu ini mudah terpancing emosi.”“Oh tidak, itu tidak masalah. Lagian juga aku belum mengetahui siapa yang salah disini dan siapa yang disalahkan. Sepertinya adikku membuat kalian jengkel sampai emosi kawanmu meluap-luap seperti itu.”Reynald coba menerka kejadian sebelumnya, tapi dia minta Davin dan Melvin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.Bee sepertinya agak jengkel melihat kakaknya yang tidak segera meringkus Melvin. Begitu juga dengan Frank, wajahnya kusut seperti menahan amarah untuk langsung memukul ajudan Davin yang tadi memukul pe
“Cepat minta maaf!” Bentak Reynald kepada adiknya yang tidak bereaksi dan memilih diam di belakang. “Atau akan aku ambil mobil ini darimu!”“Ba-baik. A-aku minta maaf, Tuan.” Bee mengatakannya tapi suaranya masih terkesan arrogan. Davin dapat mengetahui hal tersebut, dia tidak menerima permintaan maaf Bee dan malah membentaknya.“Tidak, permintaan maafmu bukan dari hati, hanya sebatas ucapan mulut saja! Lakukan yang lebih tulus!”Bee membungkukkan badan dan mengucapkan kembali permintaan maafnya, diikuti oleh Frank.“Ahh, darahnya masih mengalir ternyata,” ketus Melvin sebagai sindiran kepada ajudan Bee.Frank yang mendengar, kembali bergidik ketakutan. Gemetarnya sekarang lebih hebat lagi setelah melihat tangan Melvin mengepal.Melvin yang melihat Frank ketakutan, seketika tertawa terbahak-bahak. Ternyata memang benar, mental ajudan Bee itu tidak sekuat yang dibayangkannya, hanya mental-mental tempe.Usai permintaan maaf dilaksanakan, Davin memberikan sedikit petuah pada Bee dan Fran
Tujuan awal Davin dan Melvin ke Bandung adalah mengunjungi Nayama Hornet. Mereka berdua menyempatkan diri untuk menyusuri jalan setapak kecil di balik menghindari macet di kota, mereka juga suka menikmati suasana perdesaan dengan sawah-sawah membentang.Melvin yang hanya bertugas melayani Davin, tetap setia dan mengikuti kemanapun tuannya itu pergi.Mobil sedan Mustang abu-abu berjalan di tengah, dikawal dengan tiga jeep dan satu mobil porshce kuning dengan lambang kuda di depannya.Bukan tentang mobil mana yang terbaik dan termewah, melainkan siapa yang ada di balik kacanya. Bukan juga tentang seberapa mahal harga mobil itu, tetapi seberapa banyak uang yang ada dibalik dompet, baik tunai maupun virtual.Mudah saja bagi Davin jikalau ingin membeli mobil mewah seperti Reynald atau Bee, hanya tinggal menggesek kartunya di kasir dan sudah, mobil itu berpindah tangan dengan cepatnya.Tapi, mobil bukan segalanya, bukan juga sebagai esensi dari kekayaan harta benda seorang miliader sederhan
Davin dan Melvin selesai mengurusi surat-menyurat yang harus ditanda-tangani oleh wakil Nayama.“Mm, ada hal yang harus dibicarakan lagi?” tanya Davin pada orang-orang dari pihak tender.“Semua sudah selesai, senang bisa bekerja sama dengan Anda, dan penghormatan besar bagi kami bisa melihat wajah Tuan Muda Nayama, bahkan berbincang secara langsung.” Hana selaku manager perusahaan yang mengambil tender berjabat tangan dengan Davin.Sebenarnya ada satu urusan lagi yang harus diselesaikan, tapi Davin memilih pulang karena harus mengurusi admininstrasi orang tua Lisa yang masih menjalani fisioterapi setelah kerusuhan beberapa minggu lalu waktu rapat Klan Emas di kota Malang.Melvin mengingatkan lagi tentang pembelian AC, kulkas, serta barang-barang lain untuk mengisi kantor-kantor Nayama Hornet, tapi tuan muda minta agar urusan itu ditunda sampai nanti malam.Terpaksa Melvin menuruti keinginan tuannya dan berangkat menuju rumah sakit.“Maaf, Tuan, saya harus segera pergi ke Jakarta karen
Di kanan-kiri, ada beberapa penjual lukisan, ada juga pemusik yang sedang menggalang dana atau memang ingin mengamen di sepanjang trotoar jalanan utama.Davin meminta jalan memutar pada Levy agar mereka menempuh perjalanan lebih jauh untuk menghindari kemacetan yang mungkin terjadi di sana.“Lurus saja, Levy, nanti persimpangan ketiga belok kanan. Di sana ada jalan setapak yang lumayan besar, kita bisa sedikit refreshing seraya menikmati pemandangan sawah dan perkebunan hijau kota Bogor.”Lisa hanya diam saja memandangi kekasihnya yang ternyata lebih mengetahui tentang jalur-jalur tersembunyi jabodetabek.Yang Lisa tahu, kekasihnya lebih sering menghabiskan waktu di sekitaran Jakarta, kalaupun harus keluar Jakarta, kekasihnya itu lebih memilih pergi menggunakan pesawat terbang dari pada mobil pribadi.“Eh kamu kok banyak tahu masalah kemacetan di sekitar sini?” Selidik Lisa sedikit curiga.“Untuk apa guna internet kalau bukan membaca berita dan mencari informasi seputar kota tempat ti
“Sayang, Kamu benar-benar tidak bercanda, kan? Kamu benar-benar serius membawaku kesini, ke perusahaan musuh bebuyutan keluargaku?” Lisa terperangah melihat arsitektur megah mall Gandaru, tapi dia masih memiliki trauma karena keluarga Dirgantara sempat mengancam untuk membunuh Yudhistira jika Lisa tidak segera dijodohkan dengan Jabran.“Eh, tunggu sebentar. Jangan salah paham dulu, seingatku perusahaan ini sudah berpindah tangan.” Davin berdalih untuk menenangkan pikiran Lisa.“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Bukankah Jabran sudah memegang penuh kekuasaan Gandaru dua tahun belakangan?Tidak lama setelah Lisa bertanya demikian, ada seorang waitress yang nampaknya baru menjabat disini dan belum diberitahu Steve untuk menyembunyikan identitas Davin.“Silakan, Tuan, kursi khusus Anda dan Nona Lisa ada disana?”‘Ha? Apa? Waitress yang notabene-nya lebih tinggi dari karyawan memanggil Davin dengan sebutan Tuan? Apa aku tidak salah dengar?’ Lisa sedang dalam gejolak batin, dia curiga mall
“Steve! Dari mana saja kamu? Aku sudah meneleponmu berulang kali, tapi tidak ada jawaban. Bisa-bisanya Kamu teledor dan membiarkan para staff kita berbaris untuk menyambutku,” seloroh Davin tanpa bersuara. Nampaknya ia sangat kesal dengan rekannya satu ini.Tidak hanya direktur Gandaru yang bernama Steve, wakil direkturnya juga menghilang entah ke mana. Connor selama ini tidak pernah meninggalkan mall selama mall itu buka, tapi hari ini berbeda.“Ma-maaf, tadi sempat ada kendala di luar. Maafkan aku, Tuan, kedepannya tidak akan kuulangi lagi.”“Mana Connor?” tanya Davin.“Ada meeting bersama partner kerja sama Gandaru. Kita berniat membangun studio baru khusus untuk pelanggan super VVIP. Mereka pasti mau bayar mahal untuk menghabiskan satu malam penuh bersama kekasih.”“Lalu, penyambutan ini?”“Aku dan Connor sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Gandaru, dan semua petugasnya, menunggu kedatangan Anda sejak pertama kali perushaaan ini diakusisi. Sebuah kehormatan Anda bisa mengunjung