“Yah, aku takut saja jika ini bukanlah kali pertamamu melakukannya. Hidup di Skotlandia tentu keras, apalagi dirimu yang seringkali bercerita kalau hidup di jalanan dan berkeliling.” Lisa sedikit murung, seperti tidak rela melihat kekasihnya berhubungan dengan orang lain di masa lampau. “Katakan secara jujur, aku termasuk perempuan keberapa yang kau tembus dengan pusakamu?”“This my first time,” lirih Davin sembari menatap Kekasihnya penuh cinta dan kasih sayang. “Meskipun pergaulanku cenderung bebas, aku tidak ingin memberikannya kepada siapapun kecuali kepada Kekasihku kelak.”“Tidak mungkin! Dengan perangaimu yang tampan dan tubuh atletis seperti ini, tidak mungkin jika ada perempuan yang menolak ajakan untuk berkencan denganmu!”Lisa menangis, menitikkan air mata tepat di depan Davin yang sebenarnya tidak menyukai hal tersebut.Sedih, haru, menyesal, hingga cemburu bercampur menjadi satu, tidak dapat didefinisikan oleh siapapun. Ia yang perawan harus rela menyerahkan itu kepada or
Davin bangun dan tersadar jika dirinya tertidur pulas setelah menyalurkan seluruh hasratnya pada wanita yang paling dicinta, Lisa, istrinya yang super cantik. Ia menggerakkan badannya, memlintirkannya ke kiri dan kanan berharap rasa pegal ini sedikit berkurang. Ia melihat Lisa masih tertidur pulas dengan selimut yang menutupi badan polosnya, tidak tertutup sehelai kain pun. Sudah pukul 10 malam, oh tidak, Madame Anneth pasti ngomel-ngomel nantinya. Baju diambilnya dan segera dipakai. Celananya berserakan di depan lemari, masih di atas karpet super halus menjadi sebuah lapisan kehangatan di kamar khususnya, terutama saat musim dingin tiba. “Hello, Sir, feel like your best Evening before, isn’t it?” Tanya Jason yang tiba-tiba ada di perusahaan padahal Davin tidak memberitahukan posisinya. “Kau nampak sedikit capek, hmm, sudah kuduga, kau telah melepasnya?” “Maksudmu melepas?” Tanya Davin keheranan. “Aku tidak paham dengan yang kau maskud melepas.” “Kau bertingkah sok polos, atau mem
Sore harinya, Lisa ingin pulang ke rumah karena Yudhistira meneleponnya. Ada urusan penting yang harus diselesaikan, terutama mengenai pewaris tahta Yudhistira Company yang tidak lama lagi diwariskan kepada Lisa.“Papa sama Mama duluan aja ke tempat meeting. Lisa nanti nyusul, sekarang lagi nyiapin makan buat Davin,” balas gadis itu di ujung telepon.Rara tersenyum puas, dia bisa bernapas lega karena anak sulungnya melakukan tugas layaknya seorang istri.“Sepertinya mereka berdua cocok,” bisik Rara di telinga Yudhistira.“Tapi, aku ragu Davin mau menikah secepat itu.”“Ma… Pa… kalian ngomong apa?” Lisa mendengar bisik-bisik kedua orang tuanya di ujung telepon.Yudhistira segera mengalihkan pembicaraan. “Mama tadi tanya perihal kesiapan kamu mewarisi aset keluarga, ya Papa bilang kamu sudah lebih dari siap. Dari skill yang kamu punya, latar belakang pendidikan, juga caramu menyelesaikan masalah di perusahaan, semua lebih baik dari Papa. Apalagi, kamu selalu ada bersama Davin. Secara ti
Melvin tidak tahu harus menepi ke mana karena kanan kirinya sudah berbatasan langsung dengan sawah. Davin marah besar, dia menyayangkan keputusan pengemudi mobil Mercy itu karena tidak mau menunggu di halaman rumah warga yang baru saja mereka lewati.Harusnya halaman itu cukup untuk dua mobil menepi lebih dulu agar mobil Davin bisa lewat, tapi mereka tetap bersikukuh, tidak mau mengalah.Kejadian yang tidak diinginkan terjadi, tiga mobil dari dua arah berhenti tepat di tengah jalan.Melvin diminta tidak membalas klakson mobil Mercy di depan, hingga muncul-lah seorang lelaki dengan codet di pipi kirinya.“Hey kalian, singkirkan mobil butut ini dari jalanku. Dasar tuli! Apa tidak mendengar suara knalpot mobil mewah tuanku ini?”Seorang lelaki berkaos hitam polos lengan pendek keluar dari mobil Toyota Supra A91-Carbon Fiber warna putih dengan tampilan eksteriornya yang sedikit memukau dengan gas yang ditarik-ulur guna menganggap rendah mobil sedan abu-abu di depannya.“Karena berbaik hat
“Ironi sekali. Dengan badan sebesar itu, kau menggunakan batu kerikil sebagai senjata? Ternyata, kau tidak lebih berani dari ayam jago.”Sebuah kerikil kecil mengenai pelipis Melvin dan menimbulkan muara yang mengalirkan darah segar dari sana. Telunjuknya mengoles darah itu, lantas menjilatnya.“Okay, nice try, Dude. Percobaan yang sangat baik. Kali ini, giliranku untuk menyerang!”Tanpa pikir panjang, Melvin segera berlari dan menendang dengan gaya upperkneel, lutut yang disodokkan langsung ke perut lawan, membuat Frank terbatuk-batuk mual dan hampir muntah.“Hentikan!” Teriak seorang wanita dari balik kaca gelap Toyota Supra A91-Carbon Fiber yang datang dari belakang. Dari pakaian dan dua bodyguard yang mengawalnya, sepertinya dia adalah orang kaya. “Tidak ada perkelahian lagi. Frank, come on, kita tidak punya urusan lain lagi!”“Ohh, Anda berbicara seenaknya setelah pelayan Anda memberikan ucapan selamat datang dengan ejekan dan hinaan itu, lantas ingin pergi begitu saja? Tidak sem
“Kamu tidak mengenal kakakku, kan? Akan aku beri pelajaran orang sepertimu ini. Asal Kamu tahu, kakakku seorang petinggi di perusahaan industri paling berpengaruh di Bandung, Nayama.”Teriakan Bee melengking hingga sampai ke telinga Davin.Laki-laki itu terhenyak, ‘tidak ada lagi perusahaan paling berpengaruh di sekitaran Jabodetabek, terkhusus Bandung dan Sukabumi, selain perusahaan di bawah asuhan Nayama. Pasti, kakak gadis itu adalah direktur resmi salah satu cabang Nayama di Bandung.”Nayama Hornet, ternyata kakaknya bekerja disana. Ia ingin mengetahui siapakah nama kakak wanita satu ini hingga berani bertingkah sebegitu sombongnya.Davin melangkahkan kaki keluar dari mobil, memutar badannya dan sudah menemukan cara untuk membungkam mulut sombong Bee dan Frank.“Hmm, Nayama Hornet, sepertinya ini akan menarik. Panggil saja kakakmu itu, aku tidak takut.”Dengan santai, Davin menantang Bee untuk memanggil kakaknya. Tidak lupa, kedua tangannya ditaruh di saku dengan kacamata sedikit
“Aku tidak perlu nasehatmu, dasar orang miskin! Yang pasti itu hanya bualanmu. Mana mungkin orang sepertimu bisa membelikan replika Toyotaku, bahkan untuk mengganti body yang tergores saja kau butuh mengemis satu bulan!”Melvin mulai geram, akan tetapi Davin menenangkannya.Tentu seorang pelayan setia akan merasa sakit hati melihat majikannya dihina dan direndahkan sebegitu rupanya oleh orang yang tak dikenal. Belum lagi ketika dinasehati, orang itu malah terus menghujat.Sepuluh menit menunggu, akhirnya ada sebuah mobil Porshce kuning datang dari arah Utara, parkir di belakang Toyota Supra A91-Carbon Fiber milik Bee dan diikuti dua jeep hitam dengan atap terbuka.Beberapa orang bertampang seram keluar dari jeep, membuka pintu Porshce kuning, lantas mempersilakan seorang lelaki berjas merah keluar dari mobil.Sosok lelaki dengan tinggi sekitar 180 berkacamata hitam bulat keluar, melepas kacamata dan jam tangannya, lantas memberikannya kepada salah satu dari bodyguard yang berjaga.“Ka
Bee dan Frank memang benar telah mencari gara-gara sebelumnya, tapi semua ini tidak ada sangkut pautnya dengan Reynald yang baru datang dan menawarkan senyuman serta kedamaian.“Tuan, maafkan saya karena sering terbawa emosi. Saya harap Tuan berkenan memaafkan kelancangan saya.” Melvin minta maaf pada Reynald seolah dia adalah orang biasa yang tidak memiliki harta dan jabatan.“Reynald, maafkan dia,” balas Davin singkat. “Memang kawan akrabku satu ini mudah terpancing emosi.”“Oh tidak, itu tidak masalah. Lagian juga aku belum mengetahui siapa yang salah disini dan siapa yang disalahkan. Sepertinya adikku membuat kalian jengkel sampai emosi kawanmu meluap-luap seperti itu.”Reynald coba menerka kejadian sebelumnya, tapi dia minta Davin dan Melvin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.Bee sepertinya agak jengkel melihat kakaknya yang tidak segera meringkus Melvin. Begitu juga dengan Frank, wajahnya kusut seperti menahan amarah untuk langsung memukul ajudan Davin yang tadi memukul pe