“Iya, kamu lihat sisi kiriku lalu perhatikan dengan baik-baik dan majukan posisi tubuh ke sisi kiri perlahan untuk memastikannya kalau kamu gak percaya.” Cahaya memposisikan tubuh sesuai dengan instruksi yang dikatakan oleh Arya. Dia menyipitkan mata untuk memastikan penglihatannya bahwa sosok pria yang ada di dalam mobil itu adalah ayahnya. Netra Cahaya semakin mengecil sambil berpegangan tangan Arya lalu mengembalikan posisi duduk di kursi mobil dengan tegap. Arya pun terkejut saat melihat Cahaya yang mengembalikan posisi badan secepat kilat dengan bersandar. Napas Cahaya naik turun cepat sembari melirik sisi kirinya. Arya ikut melirik sisi kiri perlahan dan melihat Sentosa membuka kaca mobilnya. Sentosa tampak memerhatikan mobil ojek daring yang ditumpangi olehnya dan Cahaya. Dia terlihat curiga dengan sosok yang mengintipnya beberapa detik lalu. Kursi penumpang diubah posisi menjadi sejajar untuk bersembunyi darinya.
Pertanyaan Arya tentang keberadaan anak buah Keanu yang berada di seluruh sisi membuatnya khawatir akan rencana yang telah disusun terbongkar. Pikirannya sampai teringat di adegan film aksi barat yang sering ditonton karena cara menembak dan menyebar anak buah seperti itu. Arya khawatir dengan rencana yang sudah disusun menjadi berantakan.Arya mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata dan diarahkan ke Gudang yang tidak terpakai dan berfungsi lama. Ia keluar dari mobil lalu berlari dan melindungi Cahaya dan pengemudi ojek daring menuju gedung kosong.Ia memasuki gedung kosong itu dengan berlari sekuat tenaga. Kaki mulai terasa tidak nyaman dan nyeri saat berlari dalam menghindari sosok yang menyerang dari udara dan segala sisi. Bagaimana bisa dia menyerang ketika perjanjian telah disepakati?Suara tembakan masih terdengar di telinga Arya hingga memasuki gedung kosong semakin dalam dan bersembunyi di sebuah ruangan yang terdapat alat berat dan bekas pembakaran tembaga dan be
“Aku menangkap dia untuk jadi sanderaan sementara sebagai bukti kejahatan Keanu kalau memang dia yang merencanakan semua ini. Aku juga butuh informasi banyak darinya dan kelihatannya, dia adalah orang terpercaya Keanu,” jawab Arya tegas sembari menatap lamat. “Masuk, Di mana kalian? Apakah sudah mengumpul di rooftop apartemen ayahku? Masuk Arif, ganti,” kata Keanu panik dan meminta anak buahnya berkumpul di rooftop apartemen. Arya baru menyelesaikan pembicaraannya, mendengar suara halkie talkie di sekitarnya. Ia meraba dan mencari keberadaan benda itu. Benda yang berbunyi ditemukan di kantong rompi sisi kanan. Ia mematikan benda bersuara lalu memasukkannya kembali ke tempat semula untuk membuat kehidupannya menjadi tenang dan tentram. Ia mengambil foto pria itu dengan posisi tertidur dengan memposisikannya dalam keadaan baik-baik saja. Foto pria yang diambil dan dipercaya menjadi orang kanan Keanu harus disimpan dan
“Aku adalah temannya Arya. Apakah Mbak lupa? Kami yang pertama kali bertemu dan menjemput Mbak saat disandera oleh Keanu?” jawab salah satu pengawal yang memutar kejadian masa lalu. “Ah, iya. Aku inget makanya kalian kayak setia banget dan kebetulan juga kalian ada di sini,” balas Cahaya sambil mengangguk lalu tersenyum. “Namanya juga sudah teman lama, Mbak. Mbak juga pasti punya teman dekat atau sahabat yang selalu setia menemani dan membela Mbak,” jawab salah satu pengawal. “Iya juga. Yaudah, kalian hati-hati membawa pulang Bapak yang baik hati, ya dan pastikan gak ada yang menguntit dan posisinya aman,” pesan Cahaya tegas. “Siap, Mbak. Laksanakan. Mbak jangan khawatir soal itu.” Dua pengawal Arya membalas ucapan Cahaya dengan tegas dan memastikan bahwa semuanya baik-baik aja. Arya mengiring dua pengawal hingga depan pagar dan memastikan tidak ada yang mengikuti mereka sedari awal. Arya
“Aku membawamu ke sini untuk kujadikan tumbal dalam pesugihanku untuk memperlancar bisnis yang semakin ke sini butuh tumbal seorang pria yang berbadan besar dan berjenggot makanya aku memilihmu untuk itu,” jawabku yang menakuti-nakutinya. “Gak, aku gak mau dijadikan tumbal. Anak dan istriku masih membutuhkanku. Kalau aku gak ada, gak ada yang menafkahi mereka. Tolong, lepaskan aku. Aku janji gak akan mengganggumu lagi dan lepas dari hal-hal jahat. Aku ingin pulang dan bersama istriku, tolong lepaskan aku,” mohon anak buah Keanu. “Aku akan melepaskanmu ada syaratnya,” kata Arya yang tidak ingin ditipu olehnya. “Oke, aku akan penuhi syaratnya.” Anak buah Keanu tanpa banyak mikir menyetujui dan berjanji akan memenuhi syaratnya. Arya mengambil handphone dari kantong celana jeans lalu mendekatinya dan jongkok di depannya sembari menatap lamat. Dia masuk ke video untuk merekam wajah dan suara ketika dia berjanji untuk memenuhi syaratnya seba
“Jangan saya saja untuk kali ini. Kamu di sini saja sama yang lain.” Arya melarang asisten rumah tangga untuk mengantar makanan dan minuman ke gudang. “Baik, Tuan muda.” Setelah menyiapkan makanan dan minuman untuk Fariq, Arya membawa dan menuju ke gudang yang diawali oleh tukang kebun. Arya membuka pintu gudang perlahan dan melihat Fariq sedang tiduran di lantai dengan meringkuk. Ia meletakkan makanan dan minuman di sisi kiri dekat dinding. Pak Bon memasang lampu di gudang setelah itu memompa kasur busa dan menata bantal dan guling. Arya membangunkan Fariq lalu dia terbangun dan terkejut saat melihat kasur busa beserta perlengkapan tidur ditambah makanan dan minuman. Dia terpaku melihat semua sajian yang diberikan oleh Arya. Arya tidak akan membiarkan atau menelantarkan sanderanya tanpa diberi makan, minum dan alas tidur. Ia menyuruh Fariq untuk tidur di atas kasur busa untuk istirahat. “Pindah di sana. Kamu tidur di situ
“Iya, kamu gak akan lama di sini asal kamu bisa kompromi denganku. Jika kamu melenceng maka gak akan segan membawamu ke bui karena pemerintah atau pemilik bangunan punya rekaman video dari kamera yang tersembunyi,” jawab Arya tegas lalu mengalihkan tangannya yang bergemetar dan dimasukkan ke dalam kantong celana.“Kamu bisa mempercayaiku untuk hal ini karena aku kepikiran dengan anak dan istriku.”“Anak dan istrimu aman selama kamu menjaga janji dan komitmen atas ucapanmu. Aku gak akan pernah bosan mengingatkanmu soal itu karena kapasitas otak manusia berbeda-beda.”“Iya. Saya akan menepati janji dan komitmen ucapan.”Arya menarik lengan bajunya dan digiring ke gudang. Pintu gudang dibuka lebar dengan ditemani Cahaya. Fariq masuk ke dalam gudang seraya memperhatikannya dan Cahaya lalu melangkah santai dan duduk di atas ranjang.“Kalau butuh apa-apa atau sesuatu terjadi padamu, bunyikan lonceng emas tadi.”“Siap. Terima kasih.”Arya hanya mengangguk lalu menutup pintu gudang dengan rap
“Saya mau pesan yang bisa digunakan untuk berbicara santai dan serius, Mbak. Apakah ada space meja yang diinginkan? Isitilahnya itu gak ingin terganggu agar bisa fokus untuk berbincang,” jawab Arya lalu melirik Cahaya.“Betul, Mbak. Suami ingin pembicaraannya gak didengar oleh siapa pun,” imbuh Cahaya lalu tersenyum lebar.“Ada, Bu. Saya antar dan bisa lihat situasi dan memilih meja yang menurut Bapak dan Ibu nyaman,” kata pelayan restoran lalu mengantarkannya ke bagian restoran bak ruang tamu yang sangat luas.Bagian restoran dengan atap yang tinggi dan lebar dilengkapi dengan banyak meja dan kursi yang kokoh dengan jumlah kursi yang berbeda dan ukuran yang berbeda. Arya melangkah ke kanan sambil memperhatikan suasana sekitar karena pencahayaan yang cukup dan tidak terlalu bising ketika sedang berbincang ditambah nyaman karena seperti dalam ruangan yang cocok untuk berbisnis dan membicarakan hal penting sekaligus menjalankan rencananya.“Boleh, Mbak. Saya mau meja yang dekat patung b
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek