Terakhir saat main ke tempat hiburan malam ketiga yaitu karaoke, Wisnu malah bisa menyanyi walau suaranya pas-pasan. Si pembetot bass di Sixth ini memang kadang jadi backing vokal sesekali. Bari jadi bertepuk tangan sedikit kagum.
Saat mau pulang, bencana terjadi enggak disangka-sangka. Mobilnya menyerempet sekelompok motor anak jalanan yang kebut-kebutan. Bari jadi kebingungan dan menghentikan mobilnya. Beberapa anak jalanan itu marah, mereka menghentikan mobil Bari dan menghadang kedua lelaki keluarga Wiguna itu dengan brutal. "Saya minta maaf, sungguh tadi kakak saya gak sengaja menabrak. Tadi beliau agak mabuk. Nanti biaya perbaikan semua motor yang rusak akan kami cover semua kok. Mas-mas kalau ada yang luka juga akan diWah bagaimana dengan Sinta ya, apa yang terjadi di kongkownya bersama teman-teman SMA?
"Kesetiaan adalah nafas yang menghidupkan pernikahan. Setialah, maka pernikahan insyaallah akan tetap terjaga kelangsungannya." by Wisnu Wisnu menggelengkan kepala tanda tidak terlalu paham. Tapi ada rasa damai di hatinya. Kak Bari sudah lebih ramah! Alhamdulillah. Lalu dimana Sinta malam ini? Apakah pertemuan dengan teman SMA-nya berjalan lancar? Sejak habis magrib, Sinta sudah pergi. Bersama teman-teman genknya di SMA dulu. Ada Ati, Dina, Doni dan Syara. Mereka berkumpul di sebuah restourant mewah di tengah kota. Tentu saja Sinta yang mengadakan dan membiayai acara nalam ini. Setelah sekitar 7 tahun kuliah di Jogjakarta, Sinta memang hanya pulang satu atau dua kali dalam setahun, saat lebaran dan liburan mahasiswa. Makanya bisa dibayangkan betapa rindunya Sinta dan teman-teman akrabnya tersebut.
"Persahabatan bagai cahaya yang akan menerangi kegelapan dalam hubungan antar manusia. Dia akan bercahaya terang ke gelap sesuai kemurnian nilai persahabatan itu sendiri." by Wisnu. Kalau Sinta mempunyai sahabat waktu kuliah bernama Didi, dan empat teman akrab SMA Syara, Ati, Dina dan Doni. Wisnu suaminya tentu akan mengajukan satu teman akrab semasa kuliah. Mereka bahkan sering duduk sebangku, di Fakultas Sastra Inggris. Nama sahabat Wisnu itu Willy tapi lebih tenar dipanggil Kriwil. Si Kriwil ini pernah ditaksir Sinta tetapi dia sudah lebih dulu memilih Didi. Dan Sinta berjodoh dengan Wisnu teman Kriwil. Wew jalan hidup ini kadang kelihatan begitu luar biasa dan tak terduga. Selain Kriwil, teman seband 'Sixth' Wisnu lainnya ada Antok, Teten, Randy, dan Tegar. Mereka semua baik, kompak dan saling menyayangi.
"Mandiri bukan berarti tidak memerlukan bantuan orang lain, tapi bergantung pada diri sendiri maksimal sampai tak mampu lagi." by Wisnu. Hari ini adalah hari ketiga Wisnu berangkat kuliah sehabis magrib. Sinta menemani suaminya dan berakhir pulangnya mereka makan sate kambing dahulu. Setelah menunggu beberapa lama, apa yang mereka pesan datang juga. Mereka langsung menyerbu tanpa ampun dan basa-basi. Yeah sate kambing, dimakan di malam berudara dingin seperti ini? Untuk sepasang muda mudi yang sudah sah nikah? Apa ya efek manisnya? Saat pulang, Wisnu yang kekenyangan plus capek jadinya mencoba berselonjor memanjangkan badan dan kakinya. Walau tentu saja, susah, karena sangat terbatasnya ruangan dalam mobil. Tetapi dia abai karena dirinya sungguh dalam kondisi sangat capek dan mengantuk. Sedangkan di sisi pengemudi, Sinta yang sudah cukup
"Mertua juga adalah bak orang tua kita, yang wajib kita patuhi, mendengarkan apa katanya dan perintahnya." by Wisnu. Soal 'juragan' atau bos, Wisnu mempunyai Hendra Wiguna sebagai bosnya. Mengesampingkannya sebagai bos di pekerjaan, hubungan mereka di rumah sebagai menantu dan mertua masih terus mencari cara untuk menjaga 'klik' keharmonisannya. Seperti hari ini, saat pulang kantor sore hari, Wisnu mendapat tumpangan untuk pulang ke rumah oleh papa Hendra. Ojolnya dibatalkan, dan hanya mengantar Wisnu sampai ke tempat yang posisinya agak jauh dari kantor, untuk kemudian bergabung dengan mobil Hendra. "Masuk, Wisnu!" perintah Hendra kepada menantunya ini untuk masuk ke dalam mobil. "Baiklah, Pa." Wisnu menuruti apa kata papa mertuanya. "Ada apa, Papa Hendra ... ga biasanya pulang mengajak saya? Ada yang perlu dibantu, Pa?"
"Pekerja keras dan cerdas tanpa kompromi, kurangi istirahat, perbanyak usaha dan doa. Maka keberhasilan niscaya menghampirimu." by Darmanto. Saat itu sore menjelang magrib dan Wisnu sedang diajak makan mertuanya. Mereka makin akrab, meski Hendra masih sedikit menjaga jarak. "Iya, selain pakar ilmu attitude, dia juga menerapkan itu ke bisnisnya dan berhasil! Dia Pak Arto itu sahabat karib bapakku." Hendra menjelaskan. "Oiya Pa? Keren banget deh. Mereka berdua sama hebatnya dengan cara unik masing-masing ya, Pa?" "Ya mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Soal bisnis, bapakku Pak Darmanto tentu juaranya. Dan tentang akhlak, attitude, Pak Arto tentu yang jauh lebih okey!" Wajah Hendra sangat ceria saat menceritakan tentang bapaknya. "Papa sangat bangga sama Kakek Darmanto ya?" Wisnu merasa terpes
"Musuh terbesar dari semua manusia adalah dirinya sendiri yang selalu pandai beralibi." by Wisnu. "Memangnya kenapa, apa sebabnya Wisnu belum 100% diterima keluarga ini, ya Kek?" "Bukan bermaksud menakutimu, Wisnu. Tetapi kau memang datang ke keluarga ini dengan tanpa modal yang cukup." "Maksudnya gimana tuh, Kek?" "Ya maksudnya, kamu itu derajatnya, katanya tak sama dengan keluarga Wiguna. Entah berapa derajat yang sesuai hihihi." "Hehehe 360 derajat kali ya, Kek? Kan paling gede tuh muter full. Hehehehe." "Oh iya, iya kali. Muter berarti bulat kan. Eh ngomong-omong omongan kita ga jelas dari tadi ya, apa tujuan dan maksudnya. Iya sih aku yang memulai, Wis. Maafkanlah! Hahaha!" "Nah, kakek yang memulai dan aku yang girang mengembangkannya ga jelas arah. Maafkan Wi
"Hinaan itu menunjukkan kekerdilan jiwa si pelontar hinaan, bahwa dirinya sebenarnya tak lebih baik." by Wisnu "Yah ... Gitu deh, Di. Hihihi." Sinta malah ngikik belum menjawab jelas. "Apaan, Nek? Malah bikin aku kepo dah?" Didi mendesak Sinta menjelaskan apa maksudnya. Kriwil dan Wisnu jelas beda kan? "Huahaha itu loh ssst ... Gawat klo kedengeran para misua ... eh suami. Soal kedigdayaan mereka di atas ranjang hehehe!" "Astaga!" Didi menutup mulutnya. "Gimana, hot gak Mas Kriwilmu?" Sinta kepo juga soal mantan cowok yang pernah ditaksirnya dahulu. "Ih kepo aja kamu. Ya jelas dong. Super hot, sehari bisa lima kali hehe." Didi cekikikan membuat para bapak menoleh curiga. "Keren! Klo yayankku, ga sebanyak itu sih, paling tiga kali sehari. Itu juga
"Kebodohan bukanlah dinilai orang lain, tetapi sebenarnya bisa dirasa diri sendiri, malangnya ga banyak orang yang mengakui punya 'rasa'itu." by WisnuAda keuntungan tersendiri, Wisnu mempunyai 'jaminan' keselamatan jiwa, alat mata-mata, dan budak gratisan.Dia adalah om Adi yang beberapa waktu lalu telah ketahuan berselingkuh di tempat umum, dan untungnya Wisnu sempat mengabadikannya ke dalam ponselnya.Ada foto dan video sebagai bukti valid yang bisa mendikte gerakan Omnya itu agar bisa mencegah, tidak ikutan membully dirinya.Bahkan Wisnu bisa tahu trik jahat baru yang akan dilakukan tante Mirna atau mama Joyce untuk menjegalnya dan mengusirnya dari rumah Wiguna.Ya, semua berkat mata-mata gratisan Wisnu yaitu om Adi! Gratis, hanya ditukar dengan ancaman penyebaran dan pemberitahuan bukti selingkuh si om kepada istrinya.Seperti har
"Alih peran dari seseorang yang dinafikkan kehadirannya, menjadi seseorang andalan tersayang, adalah jalan yang bukan mustahil. Karena dialah menantu paling oke." by Hendra. "Tidak sih, kukatakan aku ingin berinvestasi. Dan aku tertarik pada bisnis bidang pendidikan seperti keluargamu. Nah gak ada salahnya mencoba kan?" jelas Wisnu melindungi harga diri Kelvin. "Terimakasih, Wisnu. Kau memang benar-benar sebaik itu. Tak mau mengatakannya karena kau mau lindungi kehormatanku, kan? Memang niatmu berinvestasi dan ini artinya juga bantuan besar buat bisnisku. Aku mengerti dan berterimakasih sakali." Kelvin terisak dalam keharuan yang amat sangat. Kini makin pahamlah dirinya, Wisnu memang pantas untuk Sinta. Segala konsep kesombongan, the have yang harus menikahi sesama the have, dan konglomerat tak boleh menikahi kaum awam, semua menguap tak ada gu
"Akhirnya kadangkala prestasi tidak hanya diraih karena kerja keras dan cerdas, tapi juga faktor lucky, keberuntungan." by Wisnu. (2 TAHUN KEMUDIAN) Wisnu terkadang tak memahami jalan hidupnya yang sungguh berliku, walau sangat menarik, dan alhamdulillah dengan progress naik terus. It's an exciting life. Kini Wisnu menjabat sebagai CEO dari perusahaan kakeknya PG alias Phenomenon Group sudah 5 tahun. Seorang kakek yang bahkan belum pernah ditemuinya di dunia nyata. Kakek yang hanya dia kenal dari sebuah foto lama yang kusam dalam sebuah liontin wasiat neneknya. Kakek itu bernama Kakek Anom. Kakek Anom yang justru jadi akrab di hatinya, melalui kisah haru birunya yang diceritakan kembali kakek mertuanya, kakek kandung dari istrinya, Darmanto. Inilah kisah hidup Wisnu yang sungguh luar biasa. Kebetulan dan lua
"Kerja keras itu tidak akan menyakitkan. Hanya capek yang bisa sembuh. Bermalas-malasan dan tanpa tujuanlah yang menyebabkan kita sakit permanen." by Hendra. "Hmm masak sih, temanmu sampai kena tipu kayak gitu, Sin? Kasihan banget ya. Eh ... trus si cowok kaya, sombong, tengil hmm ... maksudku si Kelvin, your forever admirer itu, gimana kabarnya? Sepertinya sumber beritamu akurat deh, Sayang?" tanya Wisnu kepada istri tersayangnya. "Banget! Si Dina kan pengamat sosmed banget. Mama sosialita dia, Mas. Lagian juga kan lakinya jadi polisi pangkat tinggi. Jadi mungkin dia dapat informasi tertentu, khusus dan rahasia yang orang biasa mungkin ga bisa akses." Sinta senyum-senyum sambil makan kwaci. Dia santai saja hari ini, karena anak-anak lagi ikut jalan-jalan sama kakek neneknya ke kebun raya Bogor. "Trus kalo Kelvin gimana?" des
"Khilaf itu biasa dan bisa dialami manusia, itu manusiawi, dan selalu ada jalan kembali memperbaikinya."by Wisnu. "Wah, lagi-lagi kamu menang, lho Didi sahabatku. Karena kamu sudah punya anak kedua, saat anak pertama usia 7 tahun. Sedangkan aku si kembar sudah usia 8 mau 9 tahun baru hamil 6 bulan hehe." Sinta merasa kalah dalam hal ini. Tak apalah. "Ah, kita dari dulu lucu bin unik bin norak ya, saingan eh soal anak hehe. Asyik tapi memang haha. Eh gimana kehamilanmu, Sinta? Lebih santai atau lebih payah dari dulu? Atau sama aja? Ga ada beda yang berarti gitu?" Didi melontarkan tanya yang lengkap dan detil euy. "Hehe biar hidup lebih hidup, Nek. Kehamilanku lebih santai, Di. Enak dan ga serewel dulu. Lebih santuy istilah sekarang. Ga ada juga drama-drama suami dan papaku jadi buciner sejati kaya kehamilan pertama dulu haha.
"Bertemu teman lama seperti bertemu keluarga sendiri. Bertemu keluarga sendiri bahkan seperti bertemu kekasih jiwa sendiri. Seperti itulah kedekatan hati." by Wisnu "Kakek Darmanto sakit? Sakit apa Kek? Ini ada Wisnu datang. Pasti sakit kangen sama aku ya, Kek? Eh kegeeran aku hehe." "Iya Wisnu, kamu jarang kesini sih, jadinya kakek kesepian ga ada teman berhaha hihi. Tidak ada yang menghalau gabut kan jadinya." Kakek jadinya curhat. "Nah, Kakek makanya sering-sering nginep di rumah Wisnu dong. Kan dekat aja, Kek. Lagian Allen Allan juga pasti kangen kakek buyutnya."Ada sebulir bening mengintip di pojokan mata Wisnu, yang dihalaunya secepat mungkin sebelum ketahuan kakek. "Iya, nanti kakek nginep deh, kayak butuh banget gitu yak kamu. Ehm kalau lama boleh nggak?" Kakek yang tadi wajahnya pucat sekarang sudah agak memerah. Dia
"Cinta dan cinta, menjadi cerita berjuta-juta. Indahnya meraga sukma, perihnya tak mungkin terhindar." by Wisnu. "Gimana kabar Rara Riri, Bu? Ibu bapak sehat aja kan?" Wisnu bertanya penuh perhatian. "Rara Riri lagi sibuk kuliah aja, Nu. Juga persiapan, katanya mau kuliah kerja nyata semester depan. Ibu sih sehat saja, stabil. Bapakmu nih, jadi rada aneh." Ibu Sri jadi curhat ke anak sulungnya, mumpung si bapak lagi sibuk di kebun. "Aneh bagaimana, Buk? Bapak itu unik kali, Bu. Bukan aneh hehehe." Wisnu berusaha memperbaiki citra bapak idolanya. "Hehe iya memang unik bapakmu. Tapi bukan itu maksud ibu, Nak. Bapakmu itu kadang kalau soal makanan, bebas aja, loss gitu, Nu. Makanan nggak mau dibatasi, makan hanya makanan apa yang disukainya. Bapakmu nggak ingat umur. Umur sepuh k
"Cinta adalah sumber kekuatan mahadahsyat yang bisa menggerakkan sekaligus mematikan langkah manusia." by Wisnu (3 TAHUN KEMUDIAN) Waktu terus berlalu berkejaran menurut sang empunya hidup mengaturnya. Tak ada yang bisa mencegah berlalunya waktu, pun mempercepatnya agar lebih laju mengejar keinginan diri. Tak terasa kini Allan dan Allen sudah berusia 8 tahun dan tampaknya baru akan dikarunia adik lagi dengan berita kehamilan Sinta yang membuat semua keluarga Wiguna bersuka cita. Banyak perubahan terjadi pada hidup keluarga kecil Wisnu. Kini mereka mempersiapkan akan mempunyai anggota keluarga ke-5, dan dia akan hadir 3 bulan lagi. 6 bulan sudah usia kehamilan Sinta, dan berdasar pemeriksaan usg tampaknya adik Allan dan Allen adalah perempuan. Yeah Alhamdulillah. Betapa bahagianya Sinta karena kini dia akan mempunyai putri, y
"Mata dibalas mata, gigi dibalas dengan gigi. Apa yang diperbuat itulah yang akan dituai." by Wisnu. "Makanya inilah hukuman buat mereka, Wisnu. Ada pepatah siapa yang menanam dia yang menuai juga. Kamu juga selama ini menanam kebaikan, kerja keras, ketekunan, maka dapatlah kejayaan dan kepercayaan." Kakek menepuk pundak Wisnu dengan bangga. Beliau menjabarkan semua ini dengan bijaksana. Wisnu menunduk penuh haru. "Iyakah, Kek. Wisnu berhak atas semua kekayaan kakek Anom yang luar biasa ini? Wisnu mikir ya, Kek, untungnya punya tubuh sehat dan jantung kuat. Andai tidak, sudah pingsan dari kemarin, Kek. Ga kuat menerima kenyataan. Allah sungguh Maha Besar menunjukkan kuasanya!" Mata Wisnu membasah, dari kemarin rasa bahagia, haru, tak percaya, linglung, masih terus memenuhi pikiran dan perasaannya. "K
"Jalan hidup manusia bisa berubah sangat luar biasa, dihubungkan dengan satu demi satu kepingan puzzle acak yang sangat rumit. Semua mungkin saja terjadi atas izin-Nya." by Darmanto. "Waw, romantis juga nenekmu. Boleh kakek melihat fotonya?" "Tentu saja boleh, Kek." Wisnu lalu membukakan liontin itu, dan menyerahkannya ke kakek Darmanto. Kakek Darmanto terkejut, dia merasa seperti mengenal lelaki dalam foto itu. Tapi ragu karena sudah agak buram. "Kamu sudah bisa menemukan lelaki ini, Wis? Apa dia kakekmu?" Kakek makin penasaran. Hatinya merasa tergetar. "Belum, Kek. Wisnu sudah cari selama tiga tahun, karena surat nenek juga baru ketemu. Sepertinya pria ini sudah meninggal. Wisnu tak tega mau bicara sama ibukku, bahwa bapak yang tak pernah menemuinya dalam hidup itu sudah tiada."Wisnu mengusap buli