"Memangnya kenapa, apa sebabnya Wisnu belum 100% diterima keluarga ini, ya Kek?"
"Bukan bermaksud menakutimu, Wisnu. Tetapi kau memang datang ke keluarga ini dengan tanpa modal yang cukup.""Maksudnya gimana tuh, Kek?""Ya maksudnya, kamu itu derajatnya, katanya tak sama dengan keluarga Wiguna. Entah berapa derajat yang sesuai hihihi." "Hehehe 360 derajat kali ya, Kek? Kan paling gede tuh muter full. Hehehehe.""Oh iya, iya kali. Muter berarti bulat kan. Eh ngomong-omong omongan kita ga jelas dari tadi ya, apa tujuan dan maksudnya. Iya sih aku yang memulai, Wis. Maafkanlah! Hahaha!""Nah, kakek yang memulai dan aku yang girang mengembangkannya ga jelas arah. Maafkan WiApa ya yang dimaksud Sinta sampai bikin Didi kepo?
"Hinaan itu menunjukkan kekerdilan jiwa si pelontar hinaan, bahwa dirinya sebenarnya tak lebih baik." by Wisnu "Yah ... Gitu deh, Di. Hihihi." Sinta malah ngikik belum menjawab jelas. "Apaan, Nek? Malah bikin aku kepo dah?" Didi mendesak Sinta menjelaskan apa maksudnya. Kriwil dan Wisnu jelas beda kan? "Huahaha itu loh ssst ... Gawat klo kedengeran para misua ... eh suami. Soal kedigdayaan mereka di atas ranjang hehehe!" "Astaga!" Didi menutup mulutnya. "Gimana, hot gak Mas Kriwilmu?" Sinta kepo juga soal mantan cowok yang pernah ditaksirnya dahulu. "Ih kepo aja kamu. Ya jelas dong. Super hot, sehari bisa lima kali hehe." Didi cekikikan membuat para bapak menoleh curiga. "Keren! Klo yayankku, ga sebanyak itu sih, paling tiga kali sehari. Itu juga
"Kebodohan bukanlah dinilai orang lain, tetapi sebenarnya bisa dirasa diri sendiri, malangnya ga banyak orang yang mengakui punya 'rasa'itu." by WisnuAda keuntungan tersendiri, Wisnu mempunyai 'jaminan' keselamatan jiwa, alat mata-mata, dan budak gratisan.Dia adalah om Adi yang beberapa waktu lalu telah ketahuan berselingkuh di tempat umum, dan untungnya Wisnu sempat mengabadikannya ke dalam ponselnya.Ada foto dan video sebagai bukti valid yang bisa mendikte gerakan Omnya itu agar bisa mencegah, tidak ikutan membully dirinya.Bahkan Wisnu bisa tahu trik jahat baru yang akan dilakukan tante Mirna atau mama Joyce untuk menjegalnya dan mengusirnya dari rumah Wiguna.Ya, semua berkat mata-mata gratisan Wisnu yaitu om Adi! Gratis, hanya ditukar dengan ancaman penyebaran dan pemberitahuan bukti selingkuh si om kepada istrinya.Seperti har
"Kadangkala susah dimengerti, melihat mudah dan mempraktekkan sesuatu yang tampak mudah tetapi ternyata susah." by Wisnu. "Hahaha, ah suamiku penakut nih. Padahal kakek mah bisa menunggu kali, sampai kita selesai iya-iya hehehe. Ya udah sana. Aku tunggu ya, Sayang? Cepetan jangan lama-lama. Dosa loh bikin kangen istri." Sinta mengedipkan matanya genit. Sinta hari ini hanya memakai celana hot pants setengah paha warna pink tipis dan kaos u can see hitam dengan panjangnya yang juga pendek sekali. Sesekali akan kelihatan pusarnya, yang indah, saat dia memanjangkan badan, membersihkan tempat yang lebih tinggi. Hal itu membuat Wisnu jadi makin pusing, rasanya ingin menerkam saja. Wisnu segera keluar kamar, lalu berjalan cepat menuju kamar kakek. Kalau lama-lama di hadapan bidadarinya, dia makin ga kuat meninggalkan keindahan yang menggoda
"Konsisten, kerja keras dan daya tahan dalam kamus hidup manusia itu memang benar adanya dan harus dijaga demi kesuksesan." by Wisnu. "Baiklah kalau itu maumu. Kau memang keras kepala kayak mamamu almarhumah, Sin. Kalau kamu butuh bantuan, bilang aja ya?" "Makasih, Papa Sayang!" "Oh iya, dulu mama Sinta seperti apa sih, Pa?" Sinta memandangi papanya dengan penuh sayang. "Mamanya Sinta dan Bari, mama Anggi, wanita yang sangat baik. Dia cinta sejati papa. Dia sabar, ramah, penuh welas asih tapi juga kalau punya mau harus dia lakukan persis kamu. Beda jauh sama mama Joyce yang santai hehe." "Semoga Mama Anggi damai di sisi Allah Swt ya, Pa?" "Aamiin, Nak." *** Mungkin memang benar bahwa Wisnu tidaklah bodoh, dan dia terus berusaha mengupgrade diri sehingga bisa setidaknya mendekati sesosok menantu ideal keluarga
"Tugas adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan, dan itu tak hanya sekedar dilakukan begitu saja tapi juga semestinya dihayati." by Hendra. Hendra diam-diam mengamati kinerja dan sikap Wisnu selama di rumahnya maupun di kantor. Dia masih merasa belum puas, banyak sekali kekurangan seorang menantu bernama Wisnu. Tetapi Hendra juga sedikit demi sedikit mulai menyukainya. Itu bisa dijelaskan sebagai berikut, karena Hendra melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa bapaknya, Pak Darmanto bisa sampai lepas tertawa lebar karena omongan dan tingkah Wisnu. Bagi Hendra, itu membuat hatinya bahagia, dia sudah begitu lama sangat merindukan sesosok bapak dengan sikap hangat yang dulu ditemuinya saat masih kecil. Berkat Wisnu, bapaknya kini bisa kelihatan ceria, manusiawi dan lebih sehat, tidak murung lagi. Ba
"Gagal sekali tidak akan membuatmu jatuh, tapi tetap terus meratapi nasib saat jatuh itulah kegagalanmu sesungguhnya." by Hendra."Please jangan batalkan, Mister Gregh. Saya memang tak berpengalaman dan ini pertama kalinya saya pergi menemui klien. Mohon pertimbangkan lagi.""Tidak. Maaf keputusan saya sudah bulat. Bye!"Tinggal Wisnu yang hanya lemas tak berdaya. Tender pertamanya gagal total! Sungguh ini adalah bencana terdahsyat dalam kehidupannya sebagai menantu terpilih keluarga Wiguna.Wisnu rasanya tak berani membayangkan. Bagaimana dia bisa menghadapi kemarahan papanya juga keluarga lain nanti? Dengan pikiran kacau balau Wisnu pulang. Dia tak tahu lagi mesti bersikap bagaimana. Batinnya terus merutuki diri sendiri. Menyalahkan dan terus menyalahkan tanpa ampun lagi. 'Wisnu kamu oon! Kam
"Tua itu bukan lebih pada masalah pertambahan usia, tetapi pengalaman hidup yang banyak guna." by DarmantoWisnu yang akhir-akhir ini banyak cobaan, dari mulai kerjaan kantor yang masih salah. Kedua dia dijebak oleh kasus minuman jahe beracun. Ketiga beberapa hari yang lalu juga telah menggagalkan tender besar dari pengusaha Amrik. Dan itu semua membuatnya lemas dan hilang kepercayaan diri. Meskipun kegagalan itu dimaafkan oleh papa Hendra dan dimaklumi oleh kakek Darmanto, hanya dimaki oleh Bari saja, Wisnu merasa down sekali. Dia merasa tiga bulan jadi menantu tak juga menghasilkan apapun. Kenapa? Apa salahnya? Apakah memang trah dan darah keluarga miskin sungguh merasuki dirinya dan enggak mau lepas? Sinta sedih melihat suaminya. Dia memperhatikan Wisnu seperti bunga layu kekurangan air. Semangat dan senyumnya memudar. Gairahny
"Keberhasilan pertama, setelah sekian kali kegagalan akan terasa begitu manis. Bagai buah kehidupan yang paling berharga." by Wisnu.Setelah 'puas' dengan liburan hotnya, selama tepat seminggu atau tujuh hari, Wisnu dan Sinta balik ke Jakarta dengan semangat hidup Wisnu yang terbarukan. Wisnu kini memandang dunia dengan indah lagi. Setruman kemesraan Sinta dan kata-kata dukungannya terngiang di telinganya."Sayang ... Ga usah dimasukkan ke hati omelan Kak Bari. Buang aja kelaut. Dia memarahimu karena iri, tauk! Papa dan kakek aja ga marah kok. Padahal mereka kan lebih berpengalaman?""Iya kamu benar, Sayang." Wisnu menelan salivanya saat melirik tengkuk putih istrinya yang menantang. Karena rambut panjangnya digelung keatas membentuk cepol lucu."Tentu saja, Sinta gitu loh. Kegagalan itu sukses yang tertunda, oke kan, jadul banget kalima
"Alih peran dari seseorang yang dinafikkan kehadirannya, menjadi seseorang andalan tersayang, adalah jalan yang bukan mustahil. Karena dialah menantu paling oke." by Hendra. "Tidak sih, kukatakan aku ingin berinvestasi. Dan aku tertarik pada bisnis bidang pendidikan seperti keluargamu. Nah gak ada salahnya mencoba kan?" jelas Wisnu melindungi harga diri Kelvin. "Terimakasih, Wisnu. Kau memang benar-benar sebaik itu. Tak mau mengatakannya karena kau mau lindungi kehormatanku, kan? Memang niatmu berinvestasi dan ini artinya juga bantuan besar buat bisnisku. Aku mengerti dan berterimakasih sakali." Kelvin terisak dalam keharuan yang amat sangat. Kini makin pahamlah dirinya, Wisnu memang pantas untuk Sinta. Segala konsep kesombongan, the have yang harus menikahi sesama the have, dan konglomerat tak boleh menikahi kaum awam, semua menguap tak ada gu
"Akhirnya kadangkala prestasi tidak hanya diraih karena kerja keras dan cerdas, tapi juga faktor lucky, keberuntungan." by Wisnu. (2 TAHUN KEMUDIAN) Wisnu terkadang tak memahami jalan hidupnya yang sungguh berliku, walau sangat menarik, dan alhamdulillah dengan progress naik terus. It's an exciting life. Kini Wisnu menjabat sebagai CEO dari perusahaan kakeknya PG alias Phenomenon Group sudah 5 tahun. Seorang kakek yang bahkan belum pernah ditemuinya di dunia nyata. Kakek yang hanya dia kenal dari sebuah foto lama yang kusam dalam sebuah liontin wasiat neneknya. Kakek itu bernama Kakek Anom. Kakek Anom yang justru jadi akrab di hatinya, melalui kisah haru birunya yang diceritakan kembali kakek mertuanya, kakek kandung dari istrinya, Darmanto. Inilah kisah hidup Wisnu yang sungguh luar biasa. Kebetulan dan lua
"Kerja keras itu tidak akan menyakitkan. Hanya capek yang bisa sembuh. Bermalas-malasan dan tanpa tujuanlah yang menyebabkan kita sakit permanen." by Hendra. "Hmm masak sih, temanmu sampai kena tipu kayak gitu, Sin? Kasihan banget ya. Eh ... trus si cowok kaya, sombong, tengil hmm ... maksudku si Kelvin, your forever admirer itu, gimana kabarnya? Sepertinya sumber beritamu akurat deh, Sayang?" tanya Wisnu kepada istri tersayangnya. "Banget! Si Dina kan pengamat sosmed banget. Mama sosialita dia, Mas. Lagian juga kan lakinya jadi polisi pangkat tinggi. Jadi mungkin dia dapat informasi tertentu, khusus dan rahasia yang orang biasa mungkin ga bisa akses." Sinta senyum-senyum sambil makan kwaci. Dia santai saja hari ini, karena anak-anak lagi ikut jalan-jalan sama kakek neneknya ke kebun raya Bogor. "Trus kalo Kelvin gimana?" des
"Khilaf itu biasa dan bisa dialami manusia, itu manusiawi, dan selalu ada jalan kembali memperbaikinya."by Wisnu. "Wah, lagi-lagi kamu menang, lho Didi sahabatku. Karena kamu sudah punya anak kedua, saat anak pertama usia 7 tahun. Sedangkan aku si kembar sudah usia 8 mau 9 tahun baru hamil 6 bulan hehe." Sinta merasa kalah dalam hal ini. Tak apalah. "Ah, kita dari dulu lucu bin unik bin norak ya, saingan eh soal anak hehe. Asyik tapi memang haha. Eh gimana kehamilanmu, Sinta? Lebih santai atau lebih payah dari dulu? Atau sama aja? Ga ada beda yang berarti gitu?" Didi melontarkan tanya yang lengkap dan detil euy. "Hehe biar hidup lebih hidup, Nek. Kehamilanku lebih santai, Di. Enak dan ga serewel dulu. Lebih santuy istilah sekarang. Ga ada juga drama-drama suami dan papaku jadi buciner sejati kaya kehamilan pertama dulu haha.
"Bertemu teman lama seperti bertemu keluarga sendiri. Bertemu keluarga sendiri bahkan seperti bertemu kekasih jiwa sendiri. Seperti itulah kedekatan hati." by Wisnu "Kakek Darmanto sakit? Sakit apa Kek? Ini ada Wisnu datang. Pasti sakit kangen sama aku ya, Kek? Eh kegeeran aku hehe." "Iya Wisnu, kamu jarang kesini sih, jadinya kakek kesepian ga ada teman berhaha hihi. Tidak ada yang menghalau gabut kan jadinya." Kakek jadinya curhat. "Nah, Kakek makanya sering-sering nginep di rumah Wisnu dong. Kan dekat aja, Kek. Lagian Allen Allan juga pasti kangen kakek buyutnya."Ada sebulir bening mengintip di pojokan mata Wisnu, yang dihalaunya secepat mungkin sebelum ketahuan kakek. "Iya, nanti kakek nginep deh, kayak butuh banget gitu yak kamu. Ehm kalau lama boleh nggak?" Kakek yang tadi wajahnya pucat sekarang sudah agak memerah. Dia
"Cinta dan cinta, menjadi cerita berjuta-juta. Indahnya meraga sukma, perihnya tak mungkin terhindar." by Wisnu. "Gimana kabar Rara Riri, Bu? Ibu bapak sehat aja kan?" Wisnu bertanya penuh perhatian. "Rara Riri lagi sibuk kuliah aja, Nu. Juga persiapan, katanya mau kuliah kerja nyata semester depan. Ibu sih sehat saja, stabil. Bapakmu nih, jadi rada aneh." Ibu Sri jadi curhat ke anak sulungnya, mumpung si bapak lagi sibuk di kebun. "Aneh bagaimana, Buk? Bapak itu unik kali, Bu. Bukan aneh hehehe." Wisnu berusaha memperbaiki citra bapak idolanya. "Hehe iya memang unik bapakmu. Tapi bukan itu maksud ibu, Nak. Bapakmu itu kadang kalau soal makanan, bebas aja, loss gitu, Nu. Makanan nggak mau dibatasi, makan hanya makanan apa yang disukainya. Bapakmu nggak ingat umur. Umur sepuh k
"Cinta adalah sumber kekuatan mahadahsyat yang bisa menggerakkan sekaligus mematikan langkah manusia." by Wisnu (3 TAHUN KEMUDIAN) Waktu terus berlalu berkejaran menurut sang empunya hidup mengaturnya. Tak ada yang bisa mencegah berlalunya waktu, pun mempercepatnya agar lebih laju mengejar keinginan diri. Tak terasa kini Allan dan Allen sudah berusia 8 tahun dan tampaknya baru akan dikarunia adik lagi dengan berita kehamilan Sinta yang membuat semua keluarga Wiguna bersuka cita. Banyak perubahan terjadi pada hidup keluarga kecil Wisnu. Kini mereka mempersiapkan akan mempunyai anggota keluarga ke-5, dan dia akan hadir 3 bulan lagi. 6 bulan sudah usia kehamilan Sinta, dan berdasar pemeriksaan usg tampaknya adik Allan dan Allen adalah perempuan. Yeah Alhamdulillah. Betapa bahagianya Sinta karena kini dia akan mempunyai putri, y
"Mata dibalas mata, gigi dibalas dengan gigi. Apa yang diperbuat itulah yang akan dituai." by Wisnu. "Makanya inilah hukuman buat mereka, Wisnu. Ada pepatah siapa yang menanam dia yang menuai juga. Kamu juga selama ini menanam kebaikan, kerja keras, ketekunan, maka dapatlah kejayaan dan kepercayaan." Kakek menepuk pundak Wisnu dengan bangga. Beliau menjabarkan semua ini dengan bijaksana. Wisnu menunduk penuh haru. "Iyakah, Kek. Wisnu berhak atas semua kekayaan kakek Anom yang luar biasa ini? Wisnu mikir ya, Kek, untungnya punya tubuh sehat dan jantung kuat. Andai tidak, sudah pingsan dari kemarin, Kek. Ga kuat menerima kenyataan. Allah sungguh Maha Besar menunjukkan kuasanya!" Mata Wisnu membasah, dari kemarin rasa bahagia, haru, tak percaya, linglung, masih terus memenuhi pikiran dan perasaannya. "K
"Jalan hidup manusia bisa berubah sangat luar biasa, dihubungkan dengan satu demi satu kepingan puzzle acak yang sangat rumit. Semua mungkin saja terjadi atas izin-Nya." by Darmanto. "Waw, romantis juga nenekmu. Boleh kakek melihat fotonya?" "Tentu saja boleh, Kek." Wisnu lalu membukakan liontin itu, dan menyerahkannya ke kakek Darmanto. Kakek Darmanto terkejut, dia merasa seperti mengenal lelaki dalam foto itu. Tapi ragu karena sudah agak buram. "Kamu sudah bisa menemukan lelaki ini, Wis? Apa dia kakekmu?" Kakek makin penasaran. Hatinya merasa tergetar. "Belum, Kek. Wisnu sudah cari selama tiga tahun, karena surat nenek juga baru ketemu. Sepertinya pria ini sudah meninggal. Wisnu tak tega mau bicara sama ibukku, bahwa bapak yang tak pernah menemuinya dalam hidup itu sudah tiada."Wisnu mengusap buli