"Iya, maap Mbak, lupa." Wisnu jadi tergagap ketakutan. Dia segera aktifin mode senyap di hapenya.
"Ya namanya juga lupa. Manusiawi kan? Jangan lantas mendramatisir keadaan lah!" Bukan Wisnu yang menjawab tapi Edi. Si keriting lantas berkacak pinggang dengan mata melotot penuh. Wisnu merasa syeram bukannya takut, kuatir dia klo mata bagus itu copot bagaimana? "Hai pemuda udik, dan Lo Edi. Kalian jangan remehin soal yang tampak kecil saja kayak gini ya. Namanya attitude di tempat kerja itu penting, satu pelajaran hidup maha dahsyat, karena menentukan kelangsungan dan keselamatan hidup Lo di tempat dimana Lo digaji. Mumpung si Wisnu masih gress, new, polos, culun... salahkah gue ngajari dia? SALAHHHH? MIKIR DONG! PINTARAN DIKITTWah Sinta ketemu Kelvin, pria yang dari remaja dulu selalu mengejarnya. Apa yang akan terjadi? Simak next bab.
"Kadangkala masa lalu juga bisa mengganggu masa sekarang, jadi lupakanlah."by Wisnu "Kenapa sih, malah kesal gitu kelihatannya? Ini namanya takdir, Sin! Takdir mempertemukan kita lagi. Hahaha!" "Iya, takdir sial tahu gak? Ingat ya Kelv, aku itu udah nikah, kamu sendiri menghadiri pernikahanku kan?" Sinta menjawab tegas. "Elah, santuy aja, Cantik! Memangnya klo sudah nikah kenapa? Aku juga mau kali jadi kekasih simpananmu kok. Udah tren kali, nikahnya satu, simpanannya seribu!" Kelvin memandang Sinta dengan penuh kekaguman. "Iya, di mimpimu! Dah ah, aku pamit mau pulang." Sinta merapikan tas dan berkas-berkas pendaftaran tadi, lalu beranjak menuju mobilnya. Kelvin malah mengejarnya dan berjalan mendampingi Sinta. "Kenapa sih, buru-buru? Masih sore lho, &nbs
"Nekad, meski waktu sempit tenaga kurang, asal ada kemauan, niat, dan tekad untuk maju, maka teruslah bergerak meski hanya seinci." by Wisnu. Sinta meminumnya sampai habis dan perlahan nafasnya mulai teratur, juga isakan tangisnya makin jarang. Dia lalu naik duduk di samping suaminya dan memegang tangan pria itu. Bibir manisnya bergetar dan mulai bicara. "Sayang maafkan aku, aku sungguh gak bermaksud untuk melukai hatimu dan membuatmu cemburu. Sungguh ini semua tidak disengaja." Sinta memegang tangan suaminya. "Apa maksudnya tidak disengaja? Hmm bagaimana sih, aku ga paham?" "Gini Yank, tadi mobilku mogok tiba-tiba mungkin karena jarang dipakai dan jarang dicek service. Padahal tadi sudah sangat sore dan ga sengaja ketemu Kelvin. Dia menawari tumpangan pulang ke rumah. Begitu." Sinta menatap mata suaminya. "Enak dong, n
"Wanita itu tak pernah salah, katanya, satu-satunya kesalahan adalah dia tak menyadari kesalahannya." by Wisnu. Saat sedang fokus menghitung jumlah total hitungan di laporan keuangan yang sedang dipelajarainya, ada ketokan keras di pintu kamar. Tepatnya sih gedoran. "Wisnu! Kamu sudah tidur? Dasar pemalas! Sini kamu, bantu tante!" Wisnu otomatis berjingkat kaget sendiri. Pensil yang dia pegang sampai terlempar dua meter jauhnya. Wisnu mengelus dadanya sendiri. Dia heran dengan kelakuan tante Mirna dan mensyukuri punya istri sebaik Sinta. Tak terbayangkan seandainya berada di posisi seperti om Adi yang beristrikan tante Mirna, pastilah ngenes. "Iya Tante Mirna, Wisnu belum tidur kok, masih SIBUK belajar ini." Wisnu sengaja menekankan kata sibuk. "Ya elah, gaya amat kamu pakai belajar segala. Memangnya anak sekola
"Kadangkala tekanan hidup justru bukan melemahkan, tapi malah menguatkan jiwa manusia yang memahami cara menghadapinya." by Hendra. Tante Mirna dan Om Adi jadi kaget dan saling berpandangan. "Klo begini terus, suamiku dijahatin dan dihina mulu, Sinta ma suami mau pindah rumah saja, Pa!" Sinta memegang tangan papanya merajuk seperti biasa kelakuan anak bungsu. "Jangan begitu, Nak. Klo kau pergi tiap ada masalah, kau tak akan bertumbuh. Demikian juga suamimu. Hal seperti ini bukan apa-apa dibanding semua kepelikan masalah hidup berumah tangga yang pasti akan terjadi ke depannya nanti." Hendra berkata tegas sambil melirik Wisnu. "Iya Sayang, biarlah aku ga pa pa. Aku akan bertahan di sini denganmu apapun terjadi. Asal cintamu tak berubah. Fokus saja pada pernikahan kita, oke Sayang? " Wisnu ikut meredakan kemarahan istrinya dan merangkul pundak
"Kadangkala alam juga bisa mengetahui apa dan bagaimana kebenaran itu, meski tanpa ada saksi mata manusia." by Wisnu. "Awww!" "Aduh! Apa-apaan sih si Wisnu ini! Kurangajar! Tolong ... Tolong!" Suara mama Joyce cetar membahana di pagi yang dingin itu. Wisnu yang sedang fokus belajar untuk persiapan kuliah beberapa hari lagi jadi kaget. Ada apa ya? Dia berlari menuju kamar mama Joyce. Ada Om Adi yang juga berada di depan pintu kamar, dari nyonya kaya ratu rumah keluarga Wiguna ini. Dia nampak cemas juga dan mengetuk pintu kamar yang tertutup. "Mbak ... Mbak Joyce, kenapa? Ada apa?" tanyanya gugup. "Aduhhh, tolong dik Adi! Aku terpeleset di kamar mandi. Licin sekali deh. Wisnu nih gara-garanya! Aduh badanku sakit semua. Remuk nih badan bagusku, sialan bener nih menantu baru keluarga Wiguna itu!"
"Kedalaman sikap baik seseorang pun bisa berantakan karena rasa iri dan merasa tersisihkan." by Wisnu. Lain Adi lain lagi dengan Bari, kakak Sinta. Meski tak tergabung di koalisi mama dan tantenya, untuk mencelakakan Wisnu, dirinya menyimpan rasa tak suka dengan adik ipar barunya itu. Iri hati. Ya pada dasarnya Bari iri dengan Wisnu yang hanya new comer di rumah Wiguna tetapi berhasil secara aneh 'ngehits' dengan tiba-tiba, begitu mencolok pula. 'Apa sih kelebihan anak itu sampai-sampai pembantu kesayanganku seperti mbok Tirta saja memujanya?' gerutu Bari tak terima. Apa hak dia mengambil alih pusat duniaku? Sialan! Ga bisa didiamkan ini! Ancaman ternyata datang dari sisi tak terduga. Sesosok Wisnu yang tampak polos malah membuat orang tertarik kepadanya. Mbok Tirta, ART senior itu, sedari Bari baru lahir ke dunia, m
"Sifat asli seseorang tampak dari reaksi pertama yang dilakukannya, saat terdesak oleh keadaan tak terduga." by Bari. Terakhir saat main ke tempat hiburan malam ketiga yaitu karaoke, Wisnu malah bisa menyanyi walau suaranya pas-pasan. Si pembetot bass di Sixth ini memang kadang jadi backing vokal sesekali. Bari jadi bertepuk tangan sedikit kagum. Saat mau pulang, bencana terjadi enggak disangka-sangka. Mobilnya menyerempet sekelompok motor anak jalanan yang kebut-kebutan. Bari jadi kebingungan dan menghentikan mobilnya. Beberapa anak jalanan itu marah, mereka menghentikan mobil Bari dan menghadang kedua lelaki keluarga Wiguna itu dengan brutal. "Saya minta maaf, sungguh tadi kakak saya gak sengaja menabrak. Tadi beliau agak mabuk. Nanti biaya perbaikan semua motor yang rusak akan kami cover semua kok. Mas-mas kalau ada yang luka juga akan di
"Kesetiaan adalah nafas yang menghidupkan pernikahan. Setialah, maka pernikahan insyaallah akan tetap terjaga kelangsungannya." by Wisnu Wisnu menggelengkan kepala tanda tidak terlalu paham. Tapi ada rasa damai di hatinya. Kak Bari sudah lebih ramah! Alhamdulillah. Lalu dimana Sinta malam ini? Apakah pertemuan dengan teman SMA-nya berjalan lancar? Sejak habis magrib, Sinta sudah pergi. Bersama teman-teman genknya di SMA dulu. Ada Ati, Dina, Doni dan Syara. Mereka berkumpul di sebuah restourant mewah di tengah kota. Tentu saja Sinta yang mengadakan dan membiayai acara nalam ini. Setelah sekitar 7 tahun kuliah di Jogjakarta, Sinta memang hanya pulang satu atau dua kali dalam setahun, saat lebaran dan liburan mahasiswa. Makanya bisa dibayangkan betapa rindunya Sinta dan teman-teman akrabnya tersebut.
"Alih peran dari seseorang yang dinafikkan kehadirannya, menjadi seseorang andalan tersayang, adalah jalan yang bukan mustahil. Karena dialah menantu paling oke." by Hendra. "Tidak sih, kukatakan aku ingin berinvestasi. Dan aku tertarik pada bisnis bidang pendidikan seperti keluargamu. Nah gak ada salahnya mencoba kan?" jelas Wisnu melindungi harga diri Kelvin. "Terimakasih, Wisnu. Kau memang benar-benar sebaik itu. Tak mau mengatakannya karena kau mau lindungi kehormatanku, kan? Memang niatmu berinvestasi dan ini artinya juga bantuan besar buat bisnisku. Aku mengerti dan berterimakasih sakali." Kelvin terisak dalam keharuan yang amat sangat. Kini makin pahamlah dirinya, Wisnu memang pantas untuk Sinta. Segala konsep kesombongan, the have yang harus menikahi sesama the have, dan konglomerat tak boleh menikahi kaum awam, semua menguap tak ada gu
"Akhirnya kadangkala prestasi tidak hanya diraih karena kerja keras dan cerdas, tapi juga faktor lucky, keberuntungan." by Wisnu. (2 TAHUN KEMUDIAN) Wisnu terkadang tak memahami jalan hidupnya yang sungguh berliku, walau sangat menarik, dan alhamdulillah dengan progress naik terus. It's an exciting life. Kini Wisnu menjabat sebagai CEO dari perusahaan kakeknya PG alias Phenomenon Group sudah 5 tahun. Seorang kakek yang bahkan belum pernah ditemuinya di dunia nyata. Kakek yang hanya dia kenal dari sebuah foto lama yang kusam dalam sebuah liontin wasiat neneknya. Kakek itu bernama Kakek Anom. Kakek Anom yang justru jadi akrab di hatinya, melalui kisah haru birunya yang diceritakan kembali kakek mertuanya, kakek kandung dari istrinya, Darmanto. Inilah kisah hidup Wisnu yang sungguh luar biasa. Kebetulan dan lua
"Kerja keras itu tidak akan menyakitkan. Hanya capek yang bisa sembuh. Bermalas-malasan dan tanpa tujuanlah yang menyebabkan kita sakit permanen." by Hendra. "Hmm masak sih, temanmu sampai kena tipu kayak gitu, Sin? Kasihan banget ya. Eh ... trus si cowok kaya, sombong, tengil hmm ... maksudku si Kelvin, your forever admirer itu, gimana kabarnya? Sepertinya sumber beritamu akurat deh, Sayang?" tanya Wisnu kepada istri tersayangnya. "Banget! Si Dina kan pengamat sosmed banget. Mama sosialita dia, Mas. Lagian juga kan lakinya jadi polisi pangkat tinggi. Jadi mungkin dia dapat informasi tertentu, khusus dan rahasia yang orang biasa mungkin ga bisa akses." Sinta senyum-senyum sambil makan kwaci. Dia santai saja hari ini, karena anak-anak lagi ikut jalan-jalan sama kakek neneknya ke kebun raya Bogor. "Trus kalo Kelvin gimana?" des
"Khilaf itu biasa dan bisa dialami manusia, itu manusiawi, dan selalu ada jalan kembali memperbaikinya."by Wisnu. "Wah, lagi-lagi kamu menang, lho Didi sahabatku. Karena kamu sudah punya anak kedua, saat anak pertama usia 7 tahun. Sedangkan aku si kembar sudah usia 8 mau 9 tahun baru hamil 6 bulan hehe." Sinta merasa kalah dalam hal ini. Tak apalah. "Ah, kita dari dulu lucu bin unik bin norak ya, saingan eh soal anak hehe. Asyik tapi memang haha. Eh gimana kehamilanmu, Sinta? Lebih santai atau lebih payah dari dulu? Atau sama aja? Ga ada beda yang berarti gitu?" Didi melontarkan tanya yang lengkap dan detil euy. "Hehe biar hidup lebih hidup, Nek. Kehamilanku lebih santai, Di. Enak dan ga serewel dulu. Lebih santuy istilah sekarang. Ga ada juga drama-drama suami dan papaku jadi buciner sejati kaya kehamilan pertama dulu haha.
"Bertemu teman lama seperti bertemu keluarga sendiri. Bertemu keluarga sendiri bahkan seperti bertemu kekasih jiwa sendiri. Seperti itulah kedekatan hati." by Wisnu "Kakek Darmanto sakit? Sakit apa Kek? Ini ada Wisnu datang. Pasti sakit kangen sama aku ya, Kek? Eh kegeeran aku hehe." "Iya Wisnu, kamu jarang kesini sih, jadinya kakek kesepian ga ada teman berhaha hihi. Tidak ada yang menghalau gabut kan jadinya." Kakek jadinya curhat. "Nah, Kakek makanya sering-sering nginep di rumah Wisnu dong. Kan dekat aja, Kek. Lagian Allen Allan juga pasti kangen kakek buyutnya."Ada sebulir bening mengintip di pojokan mata Wisnu, yang dihalaunya secepat mungkin sebelum ketahuan kakek. "Iya, nanti kakek nginep deh, kayak butuh banget gitu yak kamu. Ehm kalau lama boleh nggak?" Kakek yang tadi wajahnya pucat sekarang sudah agak memerah. Dia
"Cinta dan cinta, menjadi cerita berjuta-juta. Indahnya meraga sukma, perihnya tak mungkin terhindar." by Wisnu. "Gimana kabar Rara Riri, Bu? Ibu bapak sehat aja kan?" Wisnu bertanya penuh perhatian. "Rara Riri lagi sibuk kuliah aja, Nu. Juga persiapan, katanya mau kuliah kerja nyata semester depan. Ibu sih sehat saja, stabil. Bapakmu nih, jadi rada aneh." Ibu Sri jadi curhat ke anak sulungnya, mumpung si bapak lagi sibuk di kebun. "Aneh bagaimana, Buk? Bapak itu unik kali, Bu. Bukan aneh hehehe." Wisnu berusaha memperbaiki citra bapak idolanya. "Hehe iya memang unik bapakmu. Tapi bukan itu maksud ibu, Nak. Bapakmu itu kadang kalau soal makanan, bebas aja, loss gitu, Nu. Makanan nggak mau dibatasi, makan hanya makanan apa yang disukainya. Bapakmu nggak ingat umur. Umur sepuh k
"Cinta adalah sumber kekuatan mahadahsyat yang bisa menggerakkan sekaligus mematikan langkah manusia." by Wisnu (3 TAHUN KEMUDIAN) Waktu terus berlalu berkejaran menurut sang empunya hidup mengaturnya. Tak ada yang bisa mencegah berlalunya waktu, pun mempercepatnya agar lebih laju mengejar keinginan diri. Tak terasa kini Allan dan Allen sudah berusia 8 tahun dan tampaknya baru akan dikarunia adik lagi dengan berita kehamilan Sinta yang membuat semua keluarga Wiguna bersuka cita. Banyak perubahan terjadi pada hidup keluarga kecil Wisnu. Kini mereka mempersiapkan akan mempunyai anggota keluarga ke-5, dan dia akan hadir 3 bulan lagi. 6 bulan sudah usia kehamilan Sinta, dan berdasar pemeriksaan usg tampaknya adik Allan dan Allen adalah perempuan. Yeah Alhamdulillah. Betapa bahagianya Sinta karena kini dia akan mempunyai putri, y
"Mata dibalas mata, gigi dibalas dengan gigi. Apa yang diperbuat itulah yang akan dituai." by Wisnu. "Makanya inilah hukuman buat mereka, Wisnu. Ada pepatah siapa yang menanam dia yang menuai juga. Kamu juga selama ini menanam kebaikan, kerja keras, ketekunan, maka dapatlah kejayaan dan kepercayaan." Kakek menepuk pundak Wisnu dengan bangga. Beliau menjabarkan semua ini dengan bijaksana. Wisnu menunduk penuh haru. "Iyakah, Kek. Wisnu berhak atas semua kekayaan kakek Anom yang luar biasa ini? Wisnu mikir ya, Kek, untungnya punya tubuh sehat dan jantung kuat. Andai tidak, sudah pingsan dari kemarin, Kek. Ga kuat menerima kenyataan. Allah sungguh Maha Besar menunjukkan kuasanya!" Mata Wisnu membasah, dari kemarin rasa bahagia, haru, tak percaya, linglung, masih terus memenuhi pikiran dan perasaannya. "K
"Jalan hidup manusia bisa berubah sangat luar biasa, dihubungkan dengan satu demi satu kepingan puzzle acak yang sangat rumit. Semua mungkin saja terjadi atas izin-Nya." by Darmanto. "Waw, romantis juga nenekmu. Boleh kakek melihat fotonya?" "Tentu saja boleh, Kek." Wisnu lalu membukakan liontin itu, dan menyerahkannya ke kakek Darmanto. Kakek Darmanto terkejut, dia merasa seperti mengenal lelaki dalam foto itu. Tapi ragu karena sudah agak buram. "Kamu sudah bisa menemukan lelaki ini, Wis? Apa dia kakekmu?" Kakek makin penasaran. Hatinya merasa tergetar. "Belum, Kek. Wisnu sudah cari selama tiga tahun, karena surat nenek juga baru ketemu. Sepertinya pria ini sudah meninggal. Wisnu tak tega mau bicara sama ibukku, bahwa bapak yang tak pernah menemuinya dalam hidup itu sudah tiada."Wisnu mengusap buli