Rocky pun keluar dari showroom membawa mobil mewah berwarna merah, mengkilap terkesan mewah.“Aku akan gunakan ini menghantar istriku kerja, besok,” gumamnya saat dalam perjalanan pulang.Tidak berselang lama, dia pun sampai di kediaman Anggara, tetapi, tatapan semua orang begitu aneh, ketika melihat Rocky baru turun dari mobil.“Oh, ternyata uang hasil colongan di gunakan beli mobil ini, toh?” ucap Verry Alham dengan tatapan merendahkan.“Apa maksudmu berkata seperti itu?” tatapan mata Rocky tertuju pada istri yang menangis tersedu-sedu.“Halah sok-sokan enggak tahu, kau ini pandai baget berpura-pura,” ucap Verry membuat Rocky semakin bingung dengan maksud ucapan bibi, terlebih tangisan istri membuat dia semakin bertanya-tanya dalam hati, “Ada apa? Kenapa?”“Uangku hilang seratus juta dollar, kau dan istrimu yang mencuri?! sudah ngaku saja, di rumah ini enggak pernah kehilangan barang, sebelum engkau tinggalkan di sini!” Verry menuduh tanpa menyertakan bukti, membuat Rocky menghela n
Setelah menempuh perjalanan cukup lama, Rocky menghantarkan Diffa Anjasmara ke hotel.“Em, Rocky … aku dengar kau sudah beristri, kenapa tidak mengirim undangan padaku?” tanya Diffa saat hendak masuk ke dalam kamar hotel.“Bukan urusanmu dan semua terserah padaku,” balas Rocky seolah-olah dia tidak ingin mencari masalah dengan siapapun, termasuk dengan wanita manja yang kini bersamanya.“Aku mau lanjut kerja, urusanku masih banyak,” ucap Rocky lalu pergi tanpa memperdulikan ucapan si gadis yang baru dia jemput dari Bandara.“Tampaknya aku tertarik untuk sedikit menggodamu, aku penasaran, seperti apa saudari iparku,” gumam Diffa Anjasmara kemudian masuk ke dalam kamar.Diffa langsung diberi tugas untuk menangani proyek besar, Briano Lion, yang sempat mengguncang dunia bisnis kalangan menengah ke atas.***“Hallo Tuan, apakah anda mengenal Zaidan Firnaldi?” ucap seseorang dari dalam sambu
Siang sudah berganti sore, dan semua karyawan satu persatu pulang karena jam kerja sudah berakhir untuk hari ini, Selly sedang merapikan dokumen yang masih berserakan di meja kerja.“Sell, apa yang kau lakukan pada Ecy?” tanya Yudis tiba-tiba datang dengan raut wajah tidak bersahabat.“Aku tidak melakukan apapun, kau tanya sendiri saja,” balas Selly tanpa memperdulikan kehadiran sepupu.“Aku disini bicara denganmu, kamu dengar, tidak!” seru Yudis membuat Selly mempercepat pekerjaan, dan setelah selesai beberes, dia baru menatap sepupu lalu berkata “Maaf sepupuku yang tampan, aku tiada urusan dengan Ecy dan aku rasa, itu juga bukan urusanmu juga, jika seumpama kita memang ada urusan—” dia menghentikan ucapan dengan menutup mulut, “Atau jangan-jangan …, kau ini sesungguhnya wanita? karena ikut campur dalam urusan wanita,”“Tidak perlu menjawab dan mengajakku berdebat, aku benar-benar tidak punya waktu,” ucap Selly menghentikan Yu
“Aku akan menemanimu,” balas Rocky dengan lembut.“Oh iya, kamu tunggu sebentar, ada yang ingin aku tunjukan padamu,” Selly bergegas menuju nakas untuk mengambil sesuatu dan ingin dia tanyakan pada suami, Rocky mengerutkan kening saat mengetahui desain yang begitu mengagumkan, “Apa maksudnya kamu memperlihatkan ini padaku?” tanya Rocky pura-pura bingung,“Aku ingin mengirimkan desain ini pada Briano Lion, tetapi, aku tidak tahu ini sudah sesuai apa belum,” balas Selly.“Ini sangat indah dan aku yakin karyamu ini akan terpilih dan kamu akan mendapatkan proyek dari Briano Lion.” ucap Rocky menyakinkan Selly, biarpun kompetisi desain diadakan secara umum, bahkan orang dari menengah kebawah pun bisa ikut.“Kau terlalu berlebihan,” ucap Selly tersipu, dengan sanjungan suami, dia pun menoleh untuk menyembunyikan wajah yang sudah seperti tomat.“Baiklah, ayo tidur, besok kau harus datang ke Briano Lion, untuk mengirimkan desain ini,” ajak Rocky sambil memberikan kertas desain tersebut pada i
“Hallo Selly, bagaimana kompetisi desain mu? apa kamu berhasil mendapatkan proyek itu?” tanya Sindy dalam sambungan telepon.“Semua gagal gara-gara Yudis, Bu,” balas Selly pada sambungan telepon.“Dimana suamimu? Apa dia tidak membantumu? Bukankah dia sopir pribadinya keluarga Trump, pemilik Briano Lion?” tanya Sindy dengan nada geram, terdengar oleh Rocky.“Sudahlah, Bu, aku pusing,” Selly pun memutuskan sambungan telepon sepihak, membuat sang ibu murka.“Haduh, gimana sih? Ibu belum selesai bicara malah di matiin?!” ucap Sindy marah-marah,“Anak itu memang tidak bisa diandalkan! Awas saja kalau kau pulang, aku akan memberimu pelajaran!” tutur Sindy mengancam menantu yang tidak pernah dia anggap.***Setelah perjalanan cukup lama, pasangan suami istri itu sampai di taman pelangi,Rocky pun turun setelah memarkirkan mobil, di area parkir, dia berjalan membututi istri, dia tidak berani menggandeng tangan istri, karena takut kena bentakan dan amarah dari si istri.Brugh!Tanpa sengaja R
Ketika Rocky hendak pergi tiba-tiba, suara seorang wanita mengehentikan langkah kaki. “Mau kemana?”“Aku ada urusan mendadak, tadi bosku telepon,” balas Rocky lalu pergi.Dalam hati Selly merasa curiga dengan gelagat aneh suami, seperti ada yang di sembunyikan, tetapi, dia mencoba masa bodo. Namun, tetap saja … timbul pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikirannya.***Saat dalam perjalanan dia mendapatkan data tentang Zidan Firnaldi, dari Waldo bersaudara.Rocky tersenyum dengan senyuman sulit diartikan, entah apa yang akan dia lakukan ketika bertemu dengan pria yang dia temui saat berada di taman pelangi, lalu dia menghubungi Arfandi, untuk memberikan tugas.“Tangkap dia, jangan sampai dia lolos … aku akan memberi ia kejutan tidak terduga, dalam hidupnya.” perintah Rocky dalam sambungan telepon, lalu memutuskan sepihak.Setelah berselang lama, Rocky pun sampai pada tempat dimana dia membuat janji dengan Waldo bersaudara.Dia menghela napas berat, untuk melegakan dada yang tiba-ti
Saat dalam perjalanan pulang, Rocky mendapati panggilan telepon dari Ibunda.“Iya Bu, ada apa?” tanya Rocky saat panggilan terhubung.“Kakek dan Delia ingin, kau datang ke sini,” tutur Levya dalam sambungan telepon.“Aku akan segera ke sana,” balas Rocky lalu memutuskan sambungan telepon sepihak, kemudian menambah laju mobil, mengarah ke mansion Trum.Tidak berselang lama, Rocky pun sampai, dia langsung bergegas turun setelah menghentikan mobil.Semua orang sedang berada di ruang makan, dia di sambut oleh ibunda dan langsung di persilahkan duduk untuk makan malam bersama.“Aku merasa ada yang tidak beres di sini, mungkinkah ada musuh dalam selimut?” batin Rocky bertanya-tanya dalam hati. Akan tetapi, dia berusaha tenang seolah tidak pernah terjadi apa-apa, meskipun mendapatkan firasat buruk.“Halo Rocky, ini pertama kali kita bertemu …,” ucap si bibi yang bernama Erllina Virzha, “Aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu,”
Setelah selesai makan malam hangat dengan Ibunda, Rocky pamit pulang, karena takut membuat istri curiga.“Kau sudah beristri, kenapa tidak dikenalkan pada ibu?”“Waktunya belum tepat, nanti akan aku kenalkan pada ibu, setelah urusanku selesai,” balas Rocky lalu pulang ke rumah istri.***“Iya Hallo, bagaimana? Apa dia sudah mau berkata, siapa saja orang yang terlibat?” ucap Rocky dalam sambungan telepon,“Iya Tuan, Tetapi, mungkin Anda akan terkejut setelah mendengar ini …,” tutur Arfandi Waldo terhenti, karena takut mendapat amukan dari Tuan muda Briano, “Levya, Ibunda Anda sendiri,”“Apa! Mana mungkin? Aku tahu seperti apa ibuku, tidak mungkin dia tega melakukan itu!” balas Rocky terdengar berteriak dalam sambungan telepon.“Tetapi, itu yang dikatakan oleh Zidan,” ucap Arfandi.“Haruskah aku menyiksa dia terlebih dahuluuntuk mendapatkan kebenaran?!” ucap Rocky tidak terima dengan tuduhan tersebut, tetapi, dia juga tidak tahu siapa yang benar.“Aku tidak tahu mana yang benar, Tuan,”
Bab 66: Gabriel Hawthorne.“Aku pesan makan dan minun terlebih dahulu, sebelum kita lanjutkan obrolan,” ucap Rocky dan mendapat anggukan dari si wanita ular. Lalu menawarkan “Anda mau makan apa, biar sekalian aku pesankan,” Ema pun meminta spaghetti saja.Setelah pesan makanan mereka lanjut dalam pembahasan maksud dan tujuan Rocky mengajak dia bertemu.“Owh, kau masih muda tapi sangat berbakat dalam dunia bisnis,” puji Ema Emerson setelah mendengar penjelasan dari Rocky. “Bagaimana, apa kau tertarik untuk kerja sama dengan Briano Lion?”“Proyek ini sangat menguntungkan, saya jamin.” Dia berusaha meyakinkan wanita tersebut, karena terlihat dari raut wajah, sangat-sangat ragu untuk kerja sama dengan perusahaan pendataan baru tersebut.“Oke baiklah, kita akan kerja sama, apakah bisa langsung tanda tangan?” ucap Ema.“Martin, berikan dokumen perjanjian pada Nyonya Ema Emerson,” perintah Rocky dengan senyuman mengembang di bibir,
“Siapa yang berani membuat onar di tempatku?” ucap Rocky berjalan keluar dari dapur sambil memasukkan tangan di saku celana.Sontak, kedua preman jalanan itu tertawa seakan mendapat lelucon yang amat sangat lucu.“Ternyata kau, pemuda kota yang bertulang lembek,” balas preman berambut keriting panjang. “Lebih baik kau segera bayar uang keamanan, dari pada kita hancurkan tempat ini.” sambung preman yang berbadan kurus dan berambut pendek.“Bayar uang keamanan, ya?” Rocky berlari langsung memberikan tendangan pada preman yang berbadan kurus, kemudian memberikan hantaman pada yang satunya.Kedua preman itu langsung tergeletak di lantai, Rocky menginjak tangan si gondrong membuat dia berteriak kesakitan lalu menendang lempeng perut berulang-ulang.Setelah puas dengan yang gondrong, dia mendekat pada si kurus dengan tatapan sulit diartikan.“Mohon ampun, Tuan, tolong ampuni kami,” ucap si kurus membuat Rocky s
Pagi pun tiba, Rocky sudah berpenampilan rapi dia kini berada di depan cermin sedang memasang dasi.Tiba-tiba ponsel berdering tanda ada panggilan masuk.“Martin,” gumam Rocky kemudian mengangkat panggilan tersebut.“Gimana Martin, apa ada kabar baik untukku, pagi ini?” tanya Rocky saat panggilan terhubung.“Dua hari lagi ada pertemuan dengan Ema Emerson, dan saya sudah agendakan pertemuan kalian,” balas Martin dari dalam sambungan telepon.“Kerja bagus, jika kita berhasil, akan ada bonus besar untukmu,” ucap Rocky pada sambungan telepon.”Oh iya, selidiki kasus kecelakaan yang menimpa Delia Trump, apakah ada campur tangan dari Erllina, atau tidak,” pintanya kemudian memutuskan sambungan telepon sepihak.Senyuman licik pun mengembang di bibirnya saat menatap bayangan dibalik cermin. “Ema Emerson, kau yang mulai permainan ini, dan kau harus juga yang harus mengakhiri” ucapnya kemudian mengambil tas lalu keluar dari kamar untuk berg
Di kediaman Anggara, semua orang tanpak cemas karena tetua keluarga dan putra semata wayang tidak kunjung pulang.“Pa, Ayah dan Yudis belum juga pulang, gimana ini, Pa?” ucap Verry Alham cemas bercampur dengan khawatir.“Apa perlu kita lapor pada pihak hukum, Ma?” balas suami.“Nanti lama, Pa. Kita harus segera mencari mereka,” tutur Verry sudah tidak sabar lagi, karena merasakan firasat buruk terhadap putra tercinta.“Ayo kita cari.” ajak suami kemudian bergegas pergi untuk mencari dua keluarga Anggara.***Di sisi lain Rocky tersenyum kepikiran dengan ucapan sang istri saat dalam sambungan telepon.“Akankah dia benar-benar membatalkan kontrak nikah?” gumam Rocky bertanya-tanya pada diri sendiri sambil mengemudikan mobil. “Jika itu benar-benar terjadi, aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini, dan aku akan melamarmu kembali, kita akan melangsungkan pernikahan mewah dihadiri banyak tamu, bukan s
Setelah berbincang tentang rencana memanfaatkan Selly, tiba-tiba datang dua orang berbadan kekar masuk dalam ruangan Widhi.“Kalian ikut kami, atau, kami patahkan tulang-tulang kalian!” ucap pria bertato dengan nada tegas.“Siapa kau, kenapa bisa masuk ke dalam perusahaan ini?” tanya Widhi dengan nada bergetar, ketakutan.“Itu tidak penting,” balas pria tersebut kemudian membawa Widhi dan Yudis keluar dari ruang pribadi,Setelah tiba di parkiran, mereka langsung di masukkan ke dalam mobil. “Kami mau dibawa ke mana?” Yudis bertanya dengan nada ketakutan.“Diam! Atau aku buat kau tidak bisa bicara selamanya!” ucap pria berbadan kekar dan berambut pirang.Seketika, mulut Yudis terbungkam oleh bentakan dari pria tersebut, dan mereka berdua hanya bisa pasrah tanpa bertanya lagi.***Di AGP, Selly mendapat panggilan telepon dari suami, dia pun bergegas menjauh dari keramaian kantin untuk mengangkat panggilan tersebut.
Saat masih berada di taman pelangi, Selly mendapatkan panggilan dari Widhi Anggara.“Kakek menghubungiku, ada apa?” batin Selly bertanya-tanya. “Sebentar ya, Sov,” ucap Selly kemudian sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.“Hallo, ada apa?” tanya Selly saat panggilan terhubung.“Maaf Selly, aku telah salah padamu, kau boleh bekerja kembali di AGP dan melanjutkan proyek kerja sama dengan Briano Lion,” ucap Widhi dari jauh dalam sambungan telepon membuat sang cucu wanita mengangkat alis sebelah tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.“Apa Kakek sedang membohongiku, dan akan mempermalukan aku lagi?” tanya Selly pada sambungan telepon.“Tidak, aku mohon kembalikanlah dan aku akan memberikanmu hadiah istimewa,” ucap sang Kakek kemudian memutuskan sambungan telepon sepihak.“Hallo …, Kakek,” Selly pun melihat ponselnya, ternyata sambungan telepon sudah terputus.“Dasar manusia pal
“Kau mau ikut denganku, berarti kau akan mengundurkan diri dari AGP?” tanya Selly setelah merasa lebih tenang.“Iya, untuk apa aku memperkaya orang sombong seperti Tuan Yudis dan Tuan Widhi,” jawab Sovia membuat atasan membulatkan mata, tidak percaya.“Jangan, jaman sekarang sulit mencari pekerjaan,” sambung Selly tidak ingin mengorbankan si asisten.Sovia menghela napas panjang, kemudian berkata, “Benar juga, tapi aku tidak bisa bekerja di tempat orang tidak punya hati.”“Kamu harus tetap bekerja di sana, ingat, kamu juga butuh uang untuk makan,” tutur Selly mengingatkan Sovia agar tetap bertahan, meskipun berkerja di tempat orang paling menyebalkan sedunia.***Setelah menunggu cukup lama, Widhi dan Yudis pun datang menemui Presdir Briano Lion. Namun, mereka tidak mengenali siapa sosok Tuan muda dibalik masker.“Maaf Tuan muda, apa yang membuat Anda memanggil kami datang ke sini?” tanya Widhi d
“Sudah-sudah, enggak usah dibahas, aku sudah pusing gegara Presdir, malah kau tambah lagi,” ucap Selly menepis pertanyaan Sovia si asisten.Ketika sampai di AGP, dia disambut oleh sepupu.“Lihatlah, siapa yang datang,” ucap Yudis dengan penuh kesombongan.“Minggir, aku tiada urusan denganmu,” balas Selly malas berdebat dengan siapapun.“Aku yang ada urusan denganmu.” ucap Yudis seolah tidak pernah lelah mencari masalah dengan sepupu.“Apa lagi? Masalah kemarin? bukankah kau telah berjanji untuk tidak menggangguku?” tanya Selly sudah sangat lelah menghadapi sikap keras kepala pria yang sedang berdebat dengannya.“Urusan yang kemarin belum selesai, menurut keputusan kakek, kau dipecat tanpa hormat,” ungkap Yudis membuat sang sepupu menganga, terkejut tidak percaya.“Aku dipecat? kesalahan aku apa? bukankah aku sudah berhasil mendapatkan proyek yang diinginkan kakek?” ucap Selly dalam keadaan syok.
Rocky menceritakan tentang rencana yang dia bahas dengan Martin kemarin, “Apa?! Ema Emerson?!” Zee sangat terkejut setelah mendengar nama itu.“Ada apa kau takut?” tanya Rocky menyipitkan mata ketua menatap wajah Ceo lekat-lekat.“Tidak, jika itu sudah menjadi tugasku, aku tidak akan takut,” balas Zee membuat Rocky tersenyum puas, “Bagus jika memang begitu.” tutur Rocky sambil menepuk pundaknya.“Kau boleh pergi, selamat mengumpulkan tenaga untuk tugas yang aku berikan,” usir Rocky membuat dia hanya mampu menelan saliva untuk membasahi tenggorokan yang tiba-tiba kering. Dengan langkah gontai,diapun berjalan keluar dari ruang Presdir, dan setelah kepergian Zee, Rocky kembali menggunakan masker karena jam meeting akan segera dimulai.Saat di ruang meeting, Rocky memperhatikan sang istri begitu pandai dalam mempresentase proyek yang akan dia garap. begitu cerdas dan kata perkata mudah di pahami.Setelah 30 menit, mee