“Tolong nikahi Zara dan lindungi cucuku itu. Jangan lupa, sembunyikanlah identitas aslimu.”
Kevin Orion Adamson menghembuskan napas kasar.Presiden Direktur paling berpengaruh di West Country itu masih ingat betul kalimat terakhir pria tua yang menyelamatkan nyawanya di Kota Victoire dua tahun silam.Hanya saja, Kevin tak sempat bertanya lebih lanjut karena kakek dari istrinya itu menghembuskan napas terakhirnya setelahnya.Oleh sebab itu, Kevin pun menikahi Zara dan menahan diri dari segala hinaan mertua dan adik iparnya, hingga bawahannya berhasil menyelidiki kebenaran dari keluarga sang istri beberapa waktu lalu.Ternyata, pria yang selama ini Kevin panggil ayah mertua–bukanlah keturunan asli Keluarga Johanes. Dia hanyalah anak angkat saja yang bertingkah hebat dan arogan.Pria itu tak bisa mengurus perusahaan dengan baik, hingga mulai bangkrut.“Tenang saja, aku akan melindungi Zara dan membalas perbuatan keji mereka yang semena-mena menggunakan nama keluarga Johanes,” ucapnya di depan batu nisan yang tertutup salju itu lalu melangkah menjauhi makam kakek Zara.Bersamaan dengan itu, sebuah mobil MPM keluaran terbaru berwarna putih sudah menunggu di depan makam dan seorang pria berjas hitam menunduk pada Kevin.“Kita langsung pulang ke rumah Johanes,” titah Kevin langsung pada Dimas–tangan kanannya itu.“Baik Tuan.”Kevin pun mengangguk.Sepanjang perjalanan, pria itu sibuk dengan tabletnya–menyelesaikan pekerjaan yang mungkin akan sulit dia sentuh bila sudah tiba di kediaman Johanes.Untungnya, Zara selama ini menerima alasan Kevin yang kadang-kadang harus ke West Country dengan alasan dirinya harus mencari pekerjaan di tempat lain.Kalau tidak, penyamaran pria itu bisa terbongkar sebelum misinya selesai.Tak terasa, bangunan familier tertangkap netra Kevin.Pria itu pun gegas berganti pakaian yang tak layak digunakan oleh seorang Presiden direktur terpandang.Melihat itu, Dimas mengerutkan kening. “Tuan, apa Anda masih akan menyembunyikan identitas Anda?” bingungnya.“Kita harus mendapatkan bukti-bukti kejahatan Galen selengkap mungkin sebelum aku membongkar identitasku,” ucap Kevin teringat pada sang mertua licik yang tak akan tinggal diam jika tahu siapa dirinya.Dan juga … paman Kevin yang selama ini ingin menguasai harta kekayaan keluarga Adamson. Pria paruh baya itu selalu ingin menjodohkannya dengan perempuan-perempuan yang bisa diaturnya–dengan harapan Kevin dapat ikut tunduk pada sang paman.Dimas yang memahami itu pun mengangguk. “Baik, Tuan.”Menyadari keduanya sudah semakin dekat, Kevin pun memberikan isyarat agar mobil berhenti di ujung jalan agar keluarga Johanes melihatnya keluar dari mobil mewah.“Turunkan aku di sini,” perintahnya.Kini, seluruh pakaian mahal dan sepatu seharga motornya Kevin sudah diganti dengan sepatu butut yang warnanya mulai pudar.Diam-diam, Dimas salut pada sang atasan karena berhasil mengelabui keluarga Johanes selama dua tahun ke belakang.“Nanti aku akan menghubungi lagi,” ucap Kevin sebelum turun dari mobil setelah melihat situasi aman.“Siap Tuan,” jawabnya lalu memperhatikan Kevin yang perlahan menjauh dari sana.Pria itu terus berjalan menyusuri jalanan–mengabaikan bajunya sedikit basah karena salju yang turun semakin banyak, sampai akhirnya dia tiba di kediaman keluarga Johanes.Dapat dia dengar, riuh rendah di sana.Galen Johanes–ayah angkat sang istri–sedang bercengkrama hangat dengan keluarganya sambil membahas karir Zara yang akhir-akhir ini semakin bersinar.“Selamat siang,” sapa Kevin saat memasuki ruang tengah.Dia memang berharap tak disambut.Namun, melihat senyum mereka mendadak sirna, tetap saja membuat Kevin kesal.Terlebih, kala mendengar ucapan sinis sang ibu mertua, “Dua bulan pergi dengan alasan bekerja, ternyata menantu tak berguna ini masih belum mampu membelikan oleh-oleh untuk keluarga Johanes?”“Maaf, Kevin belum bisa membelikan oleh-oleh untuk keluarga ini. Hasil yang Kevin dapatkan sudah habis untuk bayar kontrakan dan makan sehari-hari,” jawab pria itu berbohong.Galen dan istrinya menatap sinis.Di sisi lain, Zara mendadak berdiri menghampiri suaminya. “Sebaiknya kau ganti pakaian dulu dan istirahat. Nanti sore, tolong anterin aku ke makam kakek,” pintanya.Kevin membalas dengan anggukan.Setiap kali dia berada di keluarga Johanes, Kevin memang selalu siap menjadi sopir pribadi untuk sang istri tercinta.Dan, dia menerima itu dengan senang hati karena bisa menghabiskan waktu dengan Zara.Meski di awal pernikahan, Kevin memang sama sekali tak memiliki rasa padanya.Tapi, sikap lemah lembut Zara berhasil membuat Kevin jatuh cinta begitu dalam pada wanita itu.Dia bahkan melakukan segala macam cara untuk membuat Zara menjadi artis terkenal di Victoire.Dan sekarang, semua orang sudah mengetahui nama Zara Johanes sebagai artis dengan bayaran termahal.Meski demikian, dia tetap mengakui Kevin sebagai suaminya!Kevin pun menahan senyum.Sayangnya, istri Galen tampak tak tinggal diam.“Istirahat?” ucap ibu mertua Kevin tiba-tiba, “enak saja! Kau harus buatkan kami masakan yang enak untuk makan malam nanti.”Note Author : Hai kak novel ini akan terbit setiap jam 18.00 WIB ya. Terima kasih“Cek bahan masakan di kulkas. Kalau habis, kau beli sana ke supermarket!” tambahnya lagi.Mendengar itu, wajah Kevin mengeras. Namun, dia segera menormalkan ekspresinya kala mengingat dirinya butuh bukti lebih banyak lagi agar bisa menyelamatkan Zara dan mengajaknya pergi dari Kota Victoire.“Baik Ma,” jawab Kevin.Melihat perlakuan sang ibu, Zara terdiam.Entah mengapa, hatinya selalu sakit setiap kali kedua orang tuanya selalu menghina Kevin.“Ma, biarkan Zara nanti pesan makanan di restoran langganan kita,” ucapnya, “biarkan Kevin istirahat dulu, dia–” “Sudahlah Zara! Jangan kau bela dia terus!” potong Galen sinis, “kalau dia berani pulang lagi ke rumah ini dan tetap menjadi gembel, biarkan dia menjadi manusia yang sedikit berguna!”Tangan Kevin lantas mengepal di samping tubuhnya saat sang papa mertua mengatakan kalimat menyakitkan itu. Dia berjanji akan membuat mereka menyesali semua permainannya selama ini.“Tidak apa, Zara. Tadi, aku sudah beristirahat kok di kereta saat per
Mendengar itu, Kevin menahan senyum. Tentu saja, dia tak bisa bilang kalau ini adalah ulahnya.Yang ada, Zara akan mengiranya membual.“Ayo sudah duduk saja,” jawabnya sambil menggenggam tangan Zara dengan lembut.Perempuan itu mendesahkan nafas berat, lalu duduk. Dia pun mulai melihat-lihat majalah yang ada di depannya.“Wah ini bagus buat Papa,” ujar Zara. Dia kembali melihat setiap halaman majalah itu. “Ini juga bagus buat Mama dan Jenni,” sambungnya lagi.Kevin melirik sekilas. Meski dia tak suka dengan Galen dan keluarganya, tapi dia ingin Zara senang.Jadi, dia kembali diam-diam menghubungi Dimas dan meminta sang bawahan untuk menyiapkan permintaan Zara.“Suatu saat aku akan membelikanmu yang seperti ini,” ucap Zara mendadak.Dia tiba-tiba menunjuk model laki-laki yang mengenakan pakaian bermerek dunia. Kevin tersenyum. Meski dia sudah memiliki banyak baju model itu, tetapi dia senang karena sang istri punya niat untuk membelikannya.“Terima kasih,” jawabnya tulus.Hanya saj
Zara sontak terkejut. Rasanya, dia ingin bersumpah jika “suami pelitnya” itulah yang memberikan ini semua agar orang tuanya percaya.Namun, belum sempat berbicara, suara pria menginterupsi.“Jeni, kasih dulu kakakmu yang memakainya. Nanti pasti juga kau boleh sesekali meminjam milik kakakmu,” ucap Galen Johanes.Mata Jenni langsung berbinar. “Benar juga! Tapi, kayanya kalau sudah lulus kuliah, Jenni juga mau jadi artis kayak kak Zara,” ujarnya.“Tentu saja sayang, biarkan nanti itu menjadi urusan kakakmu. Mama yakin Zara pasti sudah memikirkan yang terbaik untuk adiknya.”Jenni pun mengangguk.Sementara itu, Kevin yang sudah kembali ke lantai bawah begitu geram mendengar ucapan Galen dan istrinya.Bisa-bisanya mereka bersantai dan memanfaatkan Zara sebagai sapi perah keluarga ini?!Tapi, Kevin harus mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan kekuatannya di depan keluarga Johanes.Suatu saat, perbuatan mereka akan mendapat balasan dari tangan Kevin sendiri.“Hei, Kevin. Masak yang
“Zara apa yang kamu lakukan?” ucapnya lantang, “Duduk!”Namun, Zara tampak tak takut. “Maaf, Pa. Zara belum lapar,” jawabnya.Galen semakin geram. “Zara!” hardiknya cepat.Melihat sang papa yang murka, dengan berat hati, Zara kembali duduk.Dia tahu betapa tempramentalnya Galen dan takut bila Kevin dilukai olehnya.Meski demikian, dia tak nyaman memikirkan Kevin yang tak ikut makan bersamanya.Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar di atas meja makan. Suasana mendadak horor setelah Galen Johanes membentak anak sulungnya yang terkenal penurut.“Duduk di samping Nak Irfan!” bentak sang papa.Zara pun mengikuti kemauan Papanya. Dia juga diminta melayani Irfa saat makan malam.Irfan mencoba menyentuh tangan Zara, namun sang artis membentaknya.“Apa-apaan ini? Apa seperti ini kelakuan pria terhormat?”Mendengar itu Galen dan istrinya tampak tidak suka tapi mereka melihat kode dari Irfan yang memintanya untuk tidak memperpanjang masalah itu.Mereka pun melanjutkan makan malamnya.
“Masa jemput Zara saja kau lama? Jangan-jangan kau sengaja ya biar tak masak makan malam?” tuduh Mika sadis.Bila Kevin tak ada, Keluarga Johanes biasanya mempekerjakan satu pelayan untuk bersih-bersih. Namun, tidak ada yang pernah menginap.Jadi, perihal makan selalu mereka urusan sendiri-sendiri. Hanya saja, setiap kali ada Kevin, Galen dan keluarganya ini seolah mengambil untung dengan menjadikan suami Zara itu layaknya pelayan penuh waktu di rumah itu. Bahkan, seperti budak!Kevin hanya bisa menerima itu semua sembari menunggu rencananya berjalan.Hanya saja, Zara kali ini benar-benar tampak tak suka. “Ma, kok gitu ngomongnya? Biasanya, kalau tidak ada Kevin, kita beli makanan secara online.”“Lagipula, Zara yang minta antar Kevin untuk casting peran utama di sinetron yang akan tayang dua bulan lagi,” sambungnya lagi.Mendengar kata “sinetron”, mata Mika berbinar.Ini tandanya Zara akan mendapat uang lagi untuk keluarga mereka.“Lalu, bagaimana hasilnya? Kau berhasil ‘kan mendapa
“Dia rela menunggu selama bertahun-tahun hanya untuk bisa menjadi istrimu. Padahal, banyak pria kaya dan tampan yang mau dengannya tapi dia tetap mau menikah hanya denganmu, Kevin.”Mendengar ucapan panjang lebar Daniel, Kevin kembali berdecak malas.Ia pun menggelengkan kepala, lalu berkata, “Harusnya, Paman bisa menasehatinya untuk menikah dengan orang yang dia cintai.”“Tapi, Raras mencintaimu dan tergila-gila padamu,” balas Kevin, “Paman harap, kamu tidak mengecewakannya.”Daniel kembali menegaskan pada sang keponakan bahwa apapun yang terjadi Kevin harus menikahi Raras anak semata wayangnya.Kevin menghela nafas panjang. “Tapi Kevin tak mencintainya Paman.”Suaranya terdengar pelan, tetapi penuh penekanan.Daniel menahan emosi.“Paman tidak peduli. Kebahagiaan Raras adalah yang utama untuk Paman,” ucapnya. Dia pun berdiri, lalu bersiap untuk pergi dari ruang kerja sang keponakan agar dirinya tak semakin dibuat emosi.“Ingat Kevin, jangan coba-coba menjalin hubungan dengan wanita
“Kalau saja Om bisa segera menyingkirkan menantu Om yang tidak berguna itu, mungkin saya bisa langsung memberikan suntikan dana di perusahaan Om.”Seperti biasa, Irfan akan selalu berjuang untuk menghasut pria paruh baya ini guna memenuhi keinginannya.Galen sendiri sudah tidak sanggup mengatasi masalah keuangan di kantornya. Dia pun mengangguk. “Tenang saja Nak Irfan, Om pasti akan segera membuat mereka berpisah. Kalau Zara menolak untuk bercerai Om punya sejuta cara untuk memisahkan keduanya.”“Saya yakin Om bisa melakukannya. Kalau Om butuh bantuan untuk menyingkirkan menantu Om, tinggal bilang saja sama saya.”Kebatulan, Irfan punya kenalan pembunuh bayaran, kemungkinan hanya itu cara paling aman untuk mereka tempuh. Irfan benar-benar sudah muak melihat Kevin terus bersama Zara.“Terima kasih Nak Irfan. Kalau Om memang membutuhkan bantuan Nak Irfan nanti Om hubungi. Dan bisa dipastikan tak lama lagi keduanya pasti berpisah.”“Ya sudah kalau begitu saya harus balik kerja dulu OM. T
Di sisi lain, Daniel tampak senang.Akhirnya hari yang dinanti olehnya dan keluarganya tiba. Acara "pertunangan" akan diadakan di ballroom hotel mewah di Kota West Country. Daniel dan keluarganya bahkan sengaja menginap di hotel yang sama. Mereka tak akan menyia-nyiakan moment ini sekaligus menjebak Kevin di depan umum untuk segera melangsungkan acara ini. “Apa Papa yakin Kevin tidak tahu menahu soal rencana pertunangan ini Pa?” tanya Dewi sang istri yang sama liciknya seperti Daniel. “Tentu saja sayang, kalau dia tahu dia pasti sudah menghubungi kita dan menolak untuk datang. Kau lihat sendiri bukan dia bersungguh-sungguh akan datang.” Daniel sudah mengenal betul watak sang keponakan dan dia sangat yakin rencananya kali ini akan berjalan mulus. “Kau tak perlu memikirkan yang bukan-bukan. Kita hanya perlu fokus bagaimana cara menghabiskan harta kekayaan keluarga Adamson.” Mereka tergelak bersama. Begitu rakusnya dengan uang mereka merencanakan semua ini untuk bisa menjadikan