Tuan Baron menyampaikan Visi dan Misinya bila nanti dirinya terpilih kembali menjadi ketua para pengusaha kelas kakap itu.Tak lupa pria itu juga menyampaikan kalau yang berumur pasti yang lebih banyak pengalamannya. Dia mengajak kembali semua anggota yang datang untuk menentukan pilihan dan tentunya banyak janji emas yang pria itu ucapkan di hadapan para pengusaha lainnya.Setelah sepuluh menit berdiri di depan podium akhirnya dia pria tua itu pun kembali ke tempat duduknya.“Terima kasih Tuan Baron, Visi misi anda memang selalu luar biasa,” puji sang pengantar acara, “baik untuk mempersingkat waktu sekarang kita minta Tuan muda Adamson untuk menyampaikan visi misinya.”Riuh tepuk tangan kembali terdengar saat Kevin berdiri dan berjalan tegak menuju podium.Dia pun mengambil posisinya tanpa berniat untuk membalas perlakuan Tuan Baron yang seorang menganggapnya tak punya pengalaman.“Selamat pagi saya ucapkan untuk para anggota pengusaha yang sudah menyempatkan diri untuk hadir pagi
“Dan yang terpilih menjadi ketua untuk periode lima tahun ke depan adalah Tuan Kevin Orion Adamson.”Teriakan kencang sang pengantar acara membuat kehebohan tersendiri di ruangan itu.Kevin mendapatkan suara 80% sedangkan sang mafia mendapatkan suara hanya 20% saja.Tentu ini tamparan keras untuk Tuan Baron, “brengsek, dia memperlakukanku seperti ini. Aku bersumpah akan menghabisinya dengan tanganku sendiri. Aku akan merubah suara teriakan ini menjadi teriakan hinaan untuknya.”Tatap matanya tajam ke arah Kevin, Kevin hanya melirik dengan ekor matanya saja pada sang mafia.Ini belum mulai, baru awal pembalasan Kevin terhadap orang-orang yang dengan keji telah membunuh seluruh keluarganya.Di saat semua orang memberi selamat pada Kevin, sang mafia dan rombongannya memilih pergi dari ruangan itu tanpa pamit.“Mampus kau, Tuan muda dilawan pakai ngejek tak punya pengalaman. Padahal dianya sudah bau tanah jalan saja pakai tongkat,” gumam Dimas kesal.Ferry yang mendengar umpatan Dimas men
“Kau baru pulang?” tanya Zara saat membukakan pintu apartemen untuk sang suami.“Hmmmm, hari ini ada pertemuan dengan para pengusaha,” jawab Kevin.Pria itu masuk ke dalam kamar lalu melonggarkan dasi yang sejak tadi mecekik lehernya.‘Kenapa dia tampan sekali tanpa menyamar jadi gembel.’Zara merutuki pikirannya itu, padahal dia menerima Kevin tanpa syarat saat sang kakek menyatukan cinta keduanya.Zara mengambilkan air minum untuk sang suami, Kevin duduk di ujung tempat tidur, dan tanpa diduga Zara malah berlutut membuka sepatu dan kaos kaki Kevin untuk pertama kalinya.‘Shiiiith.’ Kevin mengumpat di dalam hati saat melihat dua benda menyembul nan putih mulus di sela-sela baju yang dikenakan Zara.“Kau mandi dulu ya biar aku siapkan makan,” ucap Zara.Kevin bagai kerbau dicocok hidungnya hanya mengangguk patuh. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi.“Sial, sampai kapan aku baru bisa menyentuhnya? Berkali-kali aku harus berjuang sendiri di dalam kamar mandi,” gumam pria itu.Tapi dia t
“Kau harus berhasil membujuk anak-mu Zara untuk ikut datang ke tempat ini. Bila tidak semua kejahatanmu akan diungkap oleh Tuan Baron!”Mimpi apa Galen semalam pagi-pagi buta sudah dihadang anak buah mantan Bosnya.“Kau boleh kembali bekerja pada Tuan Baron, dan beliau akan memberikan posisi yang bagus untukmu setelah berhasil mengajak Zara datang. Kau sedang membutuhkan uang bukan? Apa kau tidak rindu mendapatkan uang banyak seperti dulu?”Mika Johanes yang kebetulan sedang bersama suaminya seketika berbinar.“Terima saja tawaran itu. Aku akan membantumu membujuk Zara untuk ikut. Dan kita pastikan Zara lebih bahagia bersama Tuan Baron daripada hidup dengan suaminya yang gembel.”Wanita paruh baya itu mencoba mengompori suaminya agar tak menolak permintaan sang mafia.“Lihatlah hidupmu setelah bertobat? Apa yang kau punya? Justru kita kembali miskin. Kalau kau menolak maka aku dan Jenny akan memilih pergi meninggalkanmu!”Anak buah Tuan Baron tersenyum bahagia. Ternyata justru istri
Jantung Galen berdebar kencang ketika dirinya dan sang istri tiba di sebuah Villa yang sering dipakai sebagai tempat beristirahat ketika sang mafia datang ke kota Victoire. Dia pernah kabur dari mantan bosnya ini, dan demi apapun dia takut kalau ini justru membuatnya akan dibunuh oleh Tuan Baron.Galen saksi hidup betapa kejamnya sang mafia dan tidak pernah mau peduli alasan apapun.“Silakan masuk.” ucap salah satu tangan kanan Tuan Baron mempersilahkan Galen dan istrinya menuju ruangan khusus.Dan di dalam ruangan khusus itu sudah ada pria yang menakutkan itu sedang menatap keluar jendela.“Kau masih ingat aku kan?” Suara itu diucapkan dengan pelan namun entah kenapa berhasil membuat Galen mengeluarkan keringat dingin.“Ma–Maafkan saya tuan,” ucapnya penuh sesal dan takut.‘Sial kemana larinya keberanianku tadi?’ Galen membatin.Sang mafia membalikkan badan untuk melihat wanita paruh baya dan mantan anak buahnya yang kini sedang berdiri menunduk tak berani menatapnya.“Aku akan mem
“Apa yang kalian bilang?” tanya Kevin dengan suara menahan amarah.“Kami sedang mencari Tuan, Tapi kita harus berhati-hati karena di dalam hutan ini banyak sekali binatang buas.”Kevin menggeleng, “Bisa-bisanya yang ada di depan mata kalian biarkan pergi, dasar tak becus bekerja!”Anak buah Kevin tak melawan, karena mereka memang salah, “maafkan kami, kami akan menemukan beliau.”Kevin menggeleng, “ayo kita cari sekarang, jangan membuang-buang waktu!”Pedro menahan tangan Kevin, “Tuan saya mohon tetaplah di dalam mobil, kami akan mencarinya.”“Tidak, aku harus ikut.”Dengan perlengkapan seadanya mereka pun berjalan menyusuri hutan belantara.Bahkan di desanya sendiri pun sepi, sangat sepi apalagi masuk ke dalam hutannya.Mereka didampingi oleh pemuka adat di desa itu. Kevin terus menyusuri hutan belantara dan hari semakin gelap karena perjalanan dari kota menuju ke desa yang sangat terpencil ini membutuhkan waktu yang sangat lama.Kevin tak ingin kehilangan mertuanya yang sudah ada di
“Kau tahu tidak kalau kau mati aku juga akan mati,” ucap Zara di samping ranjang pasien.“Aku tidak akan makan kalau kau tak mau bangun. Aku benar-benar akan mati denganmu.”Zara kembali menangis.Dia tak sanggup ditinggal Kevin, “aku harus bicara dengan dokter. Aku tinggal kau sebentar ya,” ucapnya.Zara pun berdiri lalu melangkah keluar bersamaan dengan suster yang akan memeriksa.“Suster saya titip suami saya dulu ya, saya ingin keluar sebentar,” tuturnya.“Oh iya, sekalian Non, saya membawa kwitansi pembayaran, anda boleh selesaikan dulu agar kami bisa memasukan obatnya ke tubuh pasien.”Zara mengangguk, Pedro mendekat. “Biar saya saja Non,” pintanya.“Tidak usah,” tolak Zara, “kau jaga sebentar suamiku ya, aku ingin bertemu dokter,” tambahnya lagi.Pedro pun mengangguk.Zara berjalan mendekati lift, sedangkan pengawalnya membuntuti di belakang. Mereka tahu Zara paling tidak suka dikawal. Bahkan para pengawal kevin duduk menyebar di dekat ruang rawat inap.Saat tiba di lantai sat
Zara melangkah keluar dari ruang rawat inap Galen dengan hati berdebar, ia merasa ada yang ganjil di udara. Matanya mencuri pandang ke sudut ruangan, di mana pria tua itu tengah berbincang serius dengan istrinya, sepertinya mereka mencoba menyembunyikan sesuatu. Ekspresi wajah mereka penuh kegelisahan, seolah-olah topik pembicaraan mereka sangat berat dan penting. Alis Zara berkerut mendalam, rasa penasaran yang menyiksa di dadanya membuat nafasnya terasa pendek dan sesak. "Apa yang sedang mereka bicarakan? Apakah mereka berusaha menyembunyikan sesuatu dariku?" gumam Zara lirih seraya menggenggam erat tangannya, mencoba menenangkan denyutan jantung yang semakin memburu."Kita harus berhasil meyakinkan Zara dan suami gembelnya, agar mereka percaya sepenuh hati bahwa kita telah menerima mereka," ujar Galen, wajahnya mencerminkan keteguhan hati. Di lubuk hatinya, dia merasa miris melihat nasib Zara dan suaminya yang pastinya hidup serba kekurangan karena pria itu sampai sekarang bel