Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu oleh Kevin tiba. Kali ini adalah sidang pertama pembacaan dakwaan terhadap dua terdakwa pembunuhan yang terlibat, yaitu Galen Johanes dan Daniel. "Sayang," panggil sang istri, ketika melihat Kevin di ruang tengah rumahnya, sedang menatap foto keluarga, di mana dirinya masih dalam gendongan sang mama. Kevin tak bisa menyembunyikan kesedihannya; bahkan saat ini, matanya telah basah oleh air mata.Sang istri memeluk Kevin dari belakang, mencoba menguatkan hatinya. "Mama dan Papa, dan keluarga yang lain pasti sudah bahagia di sana. Terlebih, mereka sangat bangga memiliki anak sehebat kamu. Sekarang, kita harus tetap melanjutkan hidup agar tidak larut dalam kesedihan yang tak berujung. Mama dan Papa pasti tidak suka hal itu," ucap sang istri, memberikan dukungan pada suaminya. Kevin mengangguk menyetujui ucapan istrinya, hatinya terasa teriris. "Semoga saja, Sayang. Mama, Papa, nenek, kakek, dan yang lainnya bahagia di sana." Dia mengepalkan tangann
Setelah sidang pertama berakhir, Kevin dengan penuh kelembutan mengantarkan sang istri pulang ke rumah. Sejak mengetahui bahwa wanita itu mengandung anak kembar mereka, ia lebih protektif dan mengutamakan keselamatannya. Bersama-sama mereka melangkah menuju kediaman mewah yang telah lama menjadi saksi kebahagiaan mereka. "Sayang, jangan lupa makan banyak ya, agar anak-anak kita tetap sehat dan kau juga tetap kuat. Aku yakin kau akan menjadi Mama yang hebat," ucap Kevin lembut pada sang istri saat mereka telah tiba di halaman rumah. Dimas dan sopir masih setia berada di sisi mobil yang terparkir di halaman depan rumah Kevin. "Iya, sayang, aku pasti akan menjaga kesehatan kita berempat," jawab sang istri dengan penuh kasih."Aku harus kembali ke kantor ya, Sayang. Hari ini ada pertemuan penting dengan klien baru, dan setelah itu ada peninjauan proyek mall di sudut kota. Mungkin aku akan pulang agak malam," ucap Kevin penuh penyesalan dan rasa cemas."Iya sayang, hati-hati di jalan
Sebagai seorang pemimpin yang tanggung jawab atas proyek yang dipegang oleh perusahaannya, Kevin selalu menyempatkan diri untuk melakukan peninjauan lapangan.Hanya dengan melihat langsung pembangunan yang berlangsung, hatinya merasa puas dan yakin bahwa proyek tersebut berjalan dengan baik. Bagaimanapun, Kevin tak ingin mengecewakan klien bisnisnya dengan proyek yang mangkrak di tengah jalan, sebab ia tahu betapa banyak kasus di mana proyek gagal ketika dibiarkan sepenuhnya pada anak buahnya. Dengan semangat api yang membara, Kevin melakukan komunikasi langsung dengan para pekerja dan tim yang ada di lapangan. Ia mendengarkan keluhan mereka, menyerap curahan hati mereka mengenai apapun yang berhubungan dengan proyek yang sedang dijalani. Para karyawan tentu sangat bersyukur bisa memiliki bos seperti Kevin, terutama kepala proyek yang selalu mendapat pujian dari sang pemimpin. Adanya dukungan dari Kevin membuat mereka semakin bergairah dan bersemangat untuk menyelesaikan proyek t
"Kau ini nakal, ya," celetuk pengusaha tua itu, nafasnya tersengal-sengal. "Selalu saja mencoba menggodaku. Aku tak bisa menahan hasrat ini lama-lama, kau harus segera melayani aku!" ucapnya dengan suara serak dan penuh nafsu yang kian membuncah.Dengan gerakan nakal, hasrat mereka memuncak di tempat itu. Tak peduli pengawal di sekitarnya, yang pura-pura tak melihat kejadian di depan mata mereka. Pakaian keduanya kini terlepas, berhubungan di depan orang lain bukanlah hal baru bagi pengusaha tua ini. Para pengawalnya telah kerap menyaksikan adegan mesra sang atasannya di berbagai tempat, bahkan di dalam pesawat. Kini, pengusaha itu kembali mengeksplorasi hasratnya bersama wanita muda yang imbalannya cukup untuk mencarikan pengacara guna meringankan hukuman Daniel dan Galen. Baginya, tak ada yang tak mungkin demi kebahagiaan dua gadis remaja ini, meski harus menghabiskan waktu bersama pria tua itu. Bosan atau tidak, tak ada jaminan bagi Raras dan Jenni yang masih berstatus "tawan
Satu Bulan berikutnya.Hari ini, Kevin bersama beberapa pengusaha lainnya menghadiri sebuah acara besar yang diadakan oleh pemerintah yang selama ini melindunginya. Mereka bersaing memperebutkan sebuah proyek raksasa, dan sejatinya pihak pemerintah sendiri cenderung condong untuk menyerahkan proyek ini kepada Adamson Corporation. Namun, demi menjalankan alur dan prosedur yang ada, mereka harus mempertimbangkan beberapa poin penting, seperti mengkaji kembali isi proposal dan melihat presentasi yang disajikan demi menilai pilihan terbaik yang akan diambil. Meski begitu, intuisi pemerintah tetap meyakini bahwa Adamson Corporation-lah yang akan keluar sebagai pemenang. Dalam sesi tersebut, beberapa pengusaha berkompetisi dengan memperlihatkan kemampuan terbaik mereka lewat presentasi masing-masing. Semakin lama, suasana acara menjadi semakin tegang, menguras tenaga dan emosi para peserta yang saling beradu keunggulan. Akhirnya, saatnya Kevin mendapat giliran untuk tampil sebagai pen
Sementara itu, di sisi lain, Dimas mengalami kesialan yang luar biasa. Ia tak sengaja menabrak seseorang hingga orang tersebut kecelakaan dan menderita patah tulang pada tangannya. Dimas berjanji akan membiayai semua pengobatan untuk wanita tersebut, yang ternyata sosok wanita cantik yang membuat hatinya berdebar. "Kau telah membuat anakku cacat! Aku akan menuntutmu ke kantor polisi!" teriak seorang wanita paruh baya di hadapan Dimas, wajahnya memerah penuh amarah. "Maaf, Nyonya... tadi saya benar-benar tidak sengaja. Saya tidak melihat kalau anak Anda datang dari arah yang berlawanan. Kalau saya tahu, saya tidak mungkin menabraknya," ucap Dimas dengan suara bergetar, masih menahan emosinya. Sejak tadi, dirinya sudah dimaki-maki, padahal ia bertanggung jawab dan kini sudah berada di rumah sakit bersama wanita yang ditabraknya. Dengan nada mendesak, wanita paruh baya itu berkata, "Kau harus menikahi anakku! Karena tidak mungkin ada orang yang mau menikahi anakku setelah melihat ko
"Saya yakin Anda yang akan memenangkan tender ini, Tuan," ucap sang asisten penuh keyakinan setelah satu minggu mereka melakukan presentasi tentang proyek besar itu. Hari ini, mereka seharusnya mendapatkan email penting dari pihak pemerintah. "Semoga saja," gumam Kevin sambil mengusap dagunya. "Aku juga berharap perusahaan kita yang mendapatkan kontrak kerjasama tersebut. Ini kan jangka panjang dan lumayan bisa membantu banyak karyawan di kantor ini untuk memiliki penghasilan lebih." Asisten mengangguk penuh semangat, "Doakan saja, mudah-mudahan kita yang memenangkan tender itu,” ucap Kevin.“Saya sih sangat yakin Anda memang pemenangnya, Tuan. Tak mungkin yang lain!" Saat ini mereka berada di ruang kerja Kevin, yang baru saja menyelesaikan rapat pagi bersama seluruh karyawannya. Suasana di ruangan itu terasa penuh harap dan tegang. Kevin mengalihkan perhatiannya sejenak, "Apa jadwalku hari ini?" tanyanya pada sang asisten. "Hari ini Anda memiliki pertemuan dengan Duta Besar da
Asisten yang mendengarkan sepakat, "Saya juga berpikir begitu, Tuan. Rasanya mustahil Kevin selalu menang dalam semua bidang dan seolah tak pernah gagal. Kali ini bahkan kedutaan besar dari negara tetangga sudi datang ke kota ini untuk bertemu dengannya, lalu difasilitasi oleh pemerintahan. Sungguh ironis jika ternyata ia menggunakan cara kotor untuk mencapai semua ini." Asisten tersebut menambahkan, menggigit bibirnya, berusaha menyembunyikan rasa takut dan kekhawatirannya akan masa depan perusahaan mereka yang terancam oleh dominasi Kevin di pasar.“Kita harus membalas semua perbuatannya! Jangan biarkan dia terus menguasai kota ini. Dia harus ditumbangkan dan digantikan oleh pemimpin perusahaan yang lebih kompeten dan visioner. Banyak orang kaya di kota ini, tapi dia terus menyogok pemerintah. Kota ini akan stagnan jika dia terus berkuasa," ujar seorang pria dengan penuh kebencian. "Dia harus menerima akibat perbuatannya." "Anda tenang saja, Tuan," sahut sang asisten, matanya berk