"Sssttt! Jangan berbicara sembarangan! Apa kamu mau nyawamu melayang?!""Seharusnya kamu sudah bersyukur berhasil membeli tiket masuk. Hanya segelintir orang yang bisa melihat Dewa Perang secara langsung seperti ini.""Selain itu, Keluarga Lukito adalah pemilik lokasi acara ini. Tapi, mereka juga ditempatkan di sini, 'kan? Mereka saja nggak berkomentar apa pun."Bisa menghadiri acara ini saja, semua orang sudah sangat puas.Bagaimanapun juga, ini adalah acara peresmian jabatan sekaligus acara internal tim tempur. Menurut peraturan yang berlaku, seharusnya acara ini tidak terbuka untuk umum.Mereka hanya disediakan bangku-bangku kecil, bahkan tidak ada tenda untuk melindungi mereka dari cahaya matahari.Tentu saja tidak ada yang melayani mereka dengan menyiapkan buah-buahan dan camilan untuk mereka di sini.Di antara orang-orang itu, biasanya mereka hidup serba berkecukupan, ke mana pun mereka pergi ada yang mengantar dan menjemput mereka. Sejak kapan mereka merasakan situasi seperti in
"Orang itu adalah Dewa Perang? Walau aku nggak bisa melihat wajahnya dengan jelas, aku merasa dia biasa saja.""Eh, jangan cari mati!"Baru saja salah seorang anggota tiga keluarga besar melontarkan gumaman tersebut, dia langsung ditegur oleh banyak orang."Bukankah seorang tokoh hebat memang seperti itu? Walau dia terkesan biasa saja, semua orang tunduk padanya, bahkan sangat ingin menjadi anak angkatnya!""Ya, benar. Menilai seseorang dari penampilan luarnya, kalian benar-benar berpandangan sempit.""Penduduk biasa seperti kita sama sekali nggak berhak untuk menilai Tuan Dewa Perang!"Setelah berdiskusi sejenak, semua orang mulai bangkit dari tempat duduk mereka dan mengalihkan pandangan mereka ke panggung.Walaupun mereka tidak bisa melihat wajah Dewa Perang dengan jelas, tetapi tetap tidak mengurangi rasa hormat mereka kepada Dewa Perang."Hormat, grak!"Suara Draco yang berada di atas panggung menggema di seluruh tempat itu. Dia mengangkat lengannya dan memberi hormat militer.Sor
Sorot mata Liander dipenuhi dengan penantian.Keinginan Keluarga Septio Provinsi Aste adalah menjalin relasi dengan Thomas untuk memperluas bisnis mereka dengan tim tempur.Namun, kalau hari ini dia mendapat perhatian dari Dewa Perang, maka dia akan menjalin relasi dengan Dewa Perang.Kalau dia berhasil menjalin hubungan dengan Dewa Perang, tentu saja akan menjadi kabar baik di luar dugaan bagi Keluarga Septio Provinsi Aste!Fiona buru-buru menyeka keringat di wajahnya dengan tisu basah, lalu memperbaki riasan wajahnya.Hari ini dia bisa mendapat pengampunan dari Dewa Perang atau tidak berpengaruh pada kariernya. Hanya ada dua pilihan baginya, yaitu menjadi makin terkenal atau sepenuhnya diblokade dari dunia hiburan.Bahkan, ada sedikit harapan yang menyelimuti hatinya.Karena Dewa Perang masih muda dan bugar, kalau saja Dewa Perang tertarik padanya, dia bahkan tidak berharap untuk menjadi istri, selir maupun simpanan pria itu.Kalau dia bisa terlibat dalam "cinta satu malam" dengan De
"Di mana Liander dari Keluarga Septio Provinsi Aste?" tanya Dewa Perang yang berada di atas panggung sekali lagi.Bagaimanapun juga, Liander berwawasan cukup luas. Jadi, boleh dibilang reaksinya cukup tenang.Saat masih berjarak sangat jauh dari panggung, dia sudah mengangkat kepalanya. Dia ingin melihat bagaimana penampilan Dewa Perang.Namun, sebelum dia tiba di depan panggung, dia langsung berlutut di tanah."Cih! Bukankah dia adalah tuan muda dari keluarga terkemuka? Dia terlihat kuat saja di luar, tapi mentalnya lemah!"Anggota tiga keluarga besar terkekeh."Di mana tiga keluarga besar, yaitu Kepala Keluarga Lukito, Kepala Keluarga Hamdani dan Kepala Keluarga Santosa?"Di bawah kepemimpinan kepala keluarga tiga keluarga besar, anggota keluarga tiga keluarga besar sebanyak tiga ratus hingga empat ratus orang berjalan ke arah panggung dengan postur tubuh tegap.Namun, saat mereka masih dalam setengah perjalanan menuju ke panggung, anggota tiga keluarga besar mulai berlutut di tanah.
Semua anggota tiga keluarga besar bersujud di lantai, tidak ada seorang pun di antara mereka yang berani membantah ucapan Dewa Perang."Dari luar berpura-pura menjalin hubungan persahabatan dengan Delvin, sahabatku, ternyata diam-diam mengatur kecelakaan mobil untuk membunuhnya, menuduhnya melecehkan Fiona, memaksanya melompat turun dari gedung, membuang abunya.""Dosa mematikan yang pertama adalah mengkhianati kepercayaannya!"Sambil menyebut dosa-dosa yang telah mereka perbuat, Ardika menatap mereka dengan lekat."Menghina orang tua, istri dan anak sahabatku, memaksa Elsy, istrinya untuk menikah lagi, serta mencelakai keluarganya, ini adalah dosa kedua kalian!""Menyusun rencana licik untuk membuat Grup Bintang Darma bangkrut, mencuri rahasia bisnis perusahaan, mencelakai dan menyakiti karyawan yang setia, ini adalah dosa ketiga kalian!""Memelihara kekuatan dunia preman untuk menekan saingan bisnis, merusak lingkungan bisnis Kota Banyuli, merebut aset milik orang lain, ini adalah do
Orang-orang memadati luar Vila Pelarum, bahkan masih orang yang tak terhitung jumlahnya sedang bergegas menuju ke Vila Pelarum.Sudah terjadi kemacetan parah di jalanan menuju vila.Suasana lalu lintas kacau balau.Departemen Lalu Lintas di bawah naungan Kediaman Wali Kota terpaksa mengirimkan anggotanya dalam jumlah besar untuk mengatur ketertiban lalu lintas.Sejak Kota Banyuli didirikan, pemakaman berskala besar seperti ini baru pertama kali terjadi!Karpet merah mahal yang secara khusus digelar di lokasi itu segera disingkirkan.Panggung mewah yang dibangun secara khusus segera dibongkar.Dekorasi bunga warna-warni juga disingkirkan.Demi menyiapkan acara peresmian jabatan ini dan menyenangkan hati Dewa Perang, tiga keluarga besar sudah mengeluarkan dana sebesar puluhan miliar.Kini, hanya dengan satu perintah dari Ardika, semuanya dihancurkan begitu saja!Seluruh bangunan Vila Pelarum didekorasi dengan dekorasi yang cocok untuk acara peringatan kematian Delvin.Bunga krisan tampak
"Abu Delvin sudah lama dibuang oleh tiga keluarga besar.""Karena itulah, seluruh anggota Keluarga Lukito diusir dari Vila Pelarum, lalu tempat ini dijadikan sebagai tugu makam Delvin!" kata seorang penonton, memberi penjelasan.Saat ini, Robin dan Selvi memegang pakaian dan barang-barang yang pernah digunakan oleh putra mereka dengan erat, lalu memasukkan semua barang-barang itu ke dalam peti mati dengan sedih."Ayah, ini adalah mainan yang Ayah belikan untuk Livy ...."Elsy menggandeng Livy, meminta putrinya untuk memasukkan sebuah mainan bebek kecil ke dalam peti mati.Mendengar ucapan polos bocah perempuan itu, benar-benar membuat hati orang yang mendengarnya terasa sakit.Pada akhirnya, Elsy memutuskan untuk membawa Livy ke sini.Bagaimanapun juga, dia adalah putri Delvin satu-satunya.Setelah peti mati ditutup, peti mati tersebut pun dikubur.Kemudian, sebuah batu nisan ditancapkan di sana."Makam Delvin Darma."Siapa sangka, patung giok leluhur Keluarga Lukito yang berukuran bes
Setelah tertegun selama beberapa saat, semua orang sadar kembali."Ardika, kamu sedang membohongi siapa? Dewa Perang baru saja pergi, kamu menyebut-nyebut dirimu adalah dia lagi!"Jangankan Wulan yang berprasangka buruk terhadap Ardika tidak memercayai ucapan Ardika, bahkan Luna juga tidak percaya.Ardika bertanya dengan tenang, "Sayang, kemarin saat berada di Vila Pelarum, aku pernah mengatakan bahwa hari ini Keluarga Lukito harus pindah keluar dari Vila Pelarum, lalu Vila Pelarum akan dijadikan sebagai tugu makam Delvin. Semua anggota tiga keluarga besar harus ikut dalam proses pemakaman untuk memberi penghormatan pada Delvin. Saat itu, kalian merasa aku sedang membual, 'kan?"Ardika tidak pernah berpikir untuk menyembunyikan identitasnya dari Luna, karena Luna adalah istrinya.Biarpun Luna sudah mengetahui identitas aslinya adalah Dewa Perang, selama dia berpesan pada istrinya untuk menjaga rahasia tersebut, maka istrinya pasti tidak akan membocorkan rahasia itu kepada siapa pun.De