"Tina, Edrik sudah menunjukkan bukti konkret bahwa kamu adalah pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian. Apa lagi yang ingin kamu katakan?"Melihat Tina keluar dari mobil, pedang dalam genggaman Titus sudah sedikit terangkat.Tina menutup pintu mobil dengan perlahan, lalu menoleh dan menatap Titus."Paman Titus, kediaman Komandan Draco dari tim tempur Kota Banyuli terletak di sebelah Kompleks Vila Bumantara."Dia berkata dengan tenang, "Sebelumnya, saat Bromo mengutus dua puluh pembunuh ke sini untuk membalas dendam, mereka semua langsung ditembak mati di sini.""Kalau Paman berencana membunuhku di sini, Paman sendiri yang akan rugi besar."Tentu saja Tina tidak ingin mati.Apalagi mati tidak berdaya karena menjadi kambing hitam Edrik.Jadi, begitu keluar dari mobil, dia langsung menyampaikan beberapa patah kata itu.Dia ingin Titus segera mengurungkan niat untuk membunuhnya.Selama Titus tidak langsung bertindak, maka dia memiliki waktu untuk meyakinkan pria tua itu dan memberi penjelasa
Saat menerima panggilan telepon dari Desi, Ardika baru kembali ke kediaman mewah Draco yang bersebelahan dengan kediaman mewahnya.Dia sangat senang karena Desi berinisiatif meneleponnya dan memintanya pulang ke rumah.Dia mengira amarah ibu mertuanya itu sudah mereda.Jadi, dia bergegas meninggalkan kediaman mewah Draco dan pulang ke rumah."Ibu, aku pulang! Apa kalian sudah makan? Kalau belum, aku akan masak untuk kalian!" kata Ardika dengan senang. Dia juga menyapa Amanda sekeluarga dengan ramah.Siapa sangka, Amanda sekeluarga bahkan tidak meliriknya sama sekali."Di saat seperti ini, makan apaan lagi? Kamu dan Luna pergi ke kantor catatan sipil terlebih dahulu. Mengenai hal lainnya, nanti kita baru bicarakan lagi. Aku akan menemani kalian ke sana!"Kebetulan, Desi baru turun dari lantai atas dengan membawa sebuah kantong dokumen. Kemudian, dia langsung menyodorkan kantong dokumen itu kepada Ardika.Luna bertanya dengan bingung, "Ibu, untuk apa kita pergi ke kantor catatan sipil?"
Sebenarnya, Ardika merasa sedikit malu meminta asistennya membantunya mengurus urusan seperti ini.Namun, Jesika adalah seorang asisten yang profesional. Dia sama sekali tidak menunjukkan tanggapan yang aneh.Dia berkata, "Aku mengerti, Pak Ardika."Kurang dari setengah menit kemudian, ponsel Ardika berdering.Panggilan telepon dari Ridwan."Tuan Ardika, Tuan memintaku menutup kantor catatan sipil untuk mengulur waktu, ya?""Ya, benar.""Aku punya satu cara. Belakangan ini, negara kita berencana untuk membuat sebuah peraturan baru mengenai 'masa tenang setelah mengajukan perceraian'. Kelak, kalau ada pasangan suami istri yang mengurus perceraian, proses perceraian baru akan berlangsung satu bulan setelah pengajuan perceraian.""Tapi, peraturan ini baru akan resmi dijalankan tahun depan. Sekarang hanya tersisa beberapa bulan lagi.""Dengan identitas Tuan Ardika, selama Tuan angkat bicara, aku yakin pihak yang berwenang bisa mengumumkan peraturan itu lebih cepat."Ardika merasa ide Ridwa
"Ardika, apa maksudmu?!"Ekspresi Xavier langsung berubah menjadi muram.Ardika berkata sambil tersenyum tipis, "Aku datang ke sini untuk mengurus perceraian dengan istriku, apa hubungannya denganmu? Untuk apa kamu tergesa-gesa datang ke sini? Apa kamu senang melihat istriku menangis?""Jangan berbicara omong kosong! Aku nggak bermaksud datang mentertawakan Luna!"Melirik Luna yang sangat sedih tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Xavier buru-buru melontarkan bantahan."Oh? Bukan datang untuk mentertawakannya? Kalau begitu, untuk apa kamu datang ke sini?""Aku datang ke sini untuk mewakili Luna menyampaikan satu kalimat untukmu."Xavier tersenyum, lalu menunjukkan sikap layaknya seorang pemenang dan berkata dengan perlahan, "Berpisahlah baik-baik dan melewati kehidupan masing-masing dengan baik."Dia merasa kalimat ini sangat cocok untuk situasi Luna dan Ardika saat ini."Xavier, kalau begitu, aku juga akan menyampaikan satu kalimat untukmu."Ardika juga tersenyum."Katakan saja," kata
"Pak Dendi, kamu baik-baik saja, 'kan?!"Melihat Dendi tiba-tiba berlutut di lantai tanpa sebab, semua orang buru-buru menghampirinya untuk memapahnya.Xavier berkata, "Pak Dendi, apa karena tadi kamu datang dengan terlalu tergesa-gesa, sampai-sampai kamu merasa nggak enak badan? Bagaimana kalau kamu istirahat sejenak, baru mengurus urusan perceraian. Lagi pula, sepertinya nggak perlu terlalu terburu-buru?""Eh, ini, ini ...."Dendi menatap Ardika dengan tatapan ketakutan sekaligus tidak berdaya. Saking ketakutannya, dia menjadi tidak bisa berkata-kata."Pak Dendi mengenalnya?"Xavier mengerutkan keningnya.Dia merasa sorot mata yang ditujukan oleh Dendi pada Ardika sangat aneh.Dia menatap Ardika dengan kebingungan, tetapi dia tidak mendapati ada sesuatu yang aneh.Di matanya, Ardika hanyalah orang yang biasa-biasa saja, seorang pecundang yang tidak bisa apa-apa."Ya, pernah bertemu, pernah bertemu."Melihat Ardika sama sekali tidak peduli dengannya, Dendi juga tidak berani banyak bic
"Pengumuman apa?"Dendi tertegun sejenak.Tingkatan kantor catatan sipil pusat jauh di atas kantor catatan sipil mereka.Biarpun ada pengumuman baru, bukankah seharusnya disampaikan terlebih dahulu pada kantor catatan sipil di atas tingkatan mereka, baru disampaikan kepada mereka? Kenapa malah mereka yang langsung menerima pengumuman baru?Kecuali menyangkut hal yang sangat penting dan darurat!"Sebelumnya ada peraturan baru mengenai 'masa tenang setelah mengajukan perceraian' yang akan dikeluarkan oleh negara. Awalnya, peraturan baru tersebut akan diterapkan pada bulan satu tahun depan."Dengan memasang ekspresi sangat terkejut, staf itu berkata, "Baru saja, kantor catatan sipil pusat mengeluarkan pengumuman baru yang menyatakan bahwa peraturan itu segera diterapkan!""Apa maksudnya 'masa tenang setelah mengajukan perceraian'?"Desi dan yang lainnya tertegun."Nyonya Desi, itu artinya mulai sekarang, pendaftaran perceraian nggak bisa dilakukan secara langsung, melainkan harus terlebih
Orang yang berteriak dengan marah itu bukan Ardika, melainkan Luna.Dia langsung bangkit dari kursinya dan memelototi Xavier dengan marah. "Ardika benar. Aku bercerai dengannya atau nggak, nggak ada hubungannya denganmu!"Saking terkejutnya, mulut Xavier terbuka lebar seakan-akan sebuah telur ayam juga bisa masuk di dalamnya.Dia sama sekali tidak menyangka, Luna tidak hanya memarahinya demi Ardika, melainkan melontarkan kata-kata itu dengan nada kasar!Luna tidak memedulikan pria itu, dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berkata sambil tertawa dan menangis pada saat bersamaan, "Sebenarnya, aku sama sekali nggak membutuhkan masa tenang itu.""Aku nggak butuh waktu satu bulan untuk mempertimbangkannya lagi. Sekarang, aku bisa mengatakan dengan sangat jelas bahwa aku nggak akan bercerai dengan Ardika!"Desi panik bukan main. "Luna, apa kamu berencana mencelakai keluarga kita?! Apa kamu nggak tahu siapa yang dia provokasi?! Kenapa kamu begitu gegabah?!""Ibu, anggap saja aku ge
"Ayo, keberhasilan kita dalam menyingkirkan seorang pesaing dengan mudah patut dirayakan!"Edrik secara pribadi menuangkan segelas anggur kepada anak buahnya yang berada di hadapannya."Terima kasih, Kak Edrik."Sopir itu menerima gelas berisi anggur yang disodorkan oleh Edrik itu dan menyesapnya, lalu berkata sambil terkekeh, "Sebenarnya, Kak Edrik nggak perlu kecewa. Walau Tina sudah mati, Luna, sahabatnya juga merupakan wanita cantik yang unggul.""Aku dengar sejak menikah dengan idiot itu, wanita cantik ini nggak pernah tidur dengan suaminya."Begitu mendengar ucapan bawahannya, kilatan mesum melintas di mata Edrik.Walaupun dia belum pernah bertemu dengan Luna, tetapi dia pernah melihat foto wanita itu.Memang benar, wanita itu adalah wanita yang sangat cantik. Dia dan Tina memiliki kecantikan masing-masing dan tidak ada salah satu di antara mereka yang lebih unggul dari yang lainnya.Melihat hati Edrik sudah tergerak, sopir yang sudah tidak sabar ingin menjilat atasannya itu pun
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d