Saat ini, Alden, sang raja preman yang menggemparkan Kota Banyuli berbicara dengan sangat rendah hati dan sungkan pada lawan bicaranya.Mengapa demikian? Karena orang yang di ujung telepon adalah Vrenzent Andalas yang memiliki gelar dokter genius di ibu kota provinsi.Jangankan raja preman Kota Banyuli, bahkan keluarga-keluarga kaya dan terkemuka di ibu kota provinsi saja sangat menghormati pria tua ini.Pada zaman sekarang ini, orang yang makin kaya, makin menghargai nyawa sendiri.Mereka semua ingin panjang umur, kalau bisa sampai umur lima ratus tahun.Karena itulah, dokter terkenal yang bisa menyelamatkan nyawa seseorang di saat krisis seperti Vrenzent dihormati, bahkan dijilat oleh mereka yang memiliki status dan kedudukan tinggi.Karena dulu memiliki hubungan yang cukup dalam dengan Vrenzent, Alden baru berani mengundang sang dokter genius untuk datang ke Kota Banyuli.Kalau tidak, tidak peduli seberapa tinggi status seseorang, orang tersebut tetap harus menemui sang dokter geniu
"Kak Ardika, sepulang kerja nanti kami akan berlari!"Seolah-olah merasa diremehkan oleh sikap acuh tak acuh Ardika, Zakheus dan para petugas keamanan lainnya berteriak di belakang Ardika seakan-akan sedang menyemangati diri mereka sendiri.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung meninggalkan Grup Lautan Berlian tanpa menoleh ke belakang.Karena bosan, dia memutuskan untuk pergi menemui Luna di Grup Perfe.Setibanya di Gedung Ansa, dia melihat ada banyak truk yang berlalu-lalang di depan gedung untuk mengantar berbagai perlengkapan dan peralatan kantor."Tuan Ardika, Tuan sudah datang!"Begitu melihat kedatangan Ardika, Vania yang sedang mengatur dan mengawasi pengantaran perlengkapan dan peralatan kantor itu segera menyapanya dan melemparkan sorot mata kagum sekaligus penuh terima kasih padanya.Melihat suasana sibuk itu, Ardika berkata, "Hari ini kamu baru saja mengalami kejadian yang mengejutkan seperti itu, kenapa kamu nggak beristirahat sehari atau dua hari baru da
"Hmm, aku sudah pergi, juga sudah direkrut," kata Ardika sambil tersenyum.Setelah mendengar ucapan suaminya, Luna baru menghela napas lega. Kemudian, dia mulai memarahi Ardika lagi. "Karena kamu sudah direkrut, kenapa kamu nggak berkerja dengan baik? Kenapa kamu malah berkeliaran sesuka hatimu? Itu adalah sebuah perusahaan, bukan rumah!"Mengingat istrinya memilih untuk menyembunyikan kebenaran demi menjaga harga dirinya, Ardika menatap istrinya dengan tatapan penuh kasih sayang."Karena aku sudah naik jabatan menjadi manajer departemen keamanan. Sebagai seorang atasan, waktu bekerjaku lebih bebas.""Benarkah? Di hari pertama kamu bekerja, kamu sudah naik jabatan menjadi manajer departemen keamanan."Pertanyaan demi pertanyaan berputar-putar dalam benak Luna. Memanfaatkan kesempatan saat Ardika pergi ke kamar kecil, diam-diam dia menelepon Tina untuk menanyakan kondisi Ardika di perusahaan kepada sahabatnya itu.Dia mengira Tina begitu menjaga Ardika karena mempertimbangkan dirinya.H
Velove berteriak dengan marah, "Tina, kamu sedang mengatai siapa?!""Plak!"Setelah melayangkan satu tamparan ke wajah wanita itu, Tina berkata, "Dasar nggak tahu sopan santun! Apa kamu pikir kamu boleh memanggil namaku secara langsung seperti itu?"Velove menutupi wajahnya. Saking kesalnya, sekujur tubuhnya sampai gemetaran.Edrik berkata dengan ekspresi muram, "Tina, bagaimanapun juga Velove adalah petinggi perusahaan. Kenapa kamu memukul dia begitu saja ....""Plak!"Sebelum Edrik sempat menyelesaikan kalimatnya, Tina sudah melayangkan sebuah tamparan ke wajah pria itu. "Memangnya kenapa kalau dia adalah petinggi perusahaan? Jangan lupa bagaimana proses pendirian Grup Lautan Berlian. Peraturan perusahaan lain nggak ada hubungannya dengan Grup Lautan Berlian. Di perusahaan ini, selama seorang bawahan nggak sopan pada atasannya, maka pantas dipukul."Melihat bekas tamparan yang sangat jelas di wajah Edrik, tiba-tiba Velove merasa tamparan yang diterimanya bukan apa-apa."Tina, kamu be
"Hehehe ...."Rohan tertawa sinis dan berkata, "Tuan Muda Edrik nggak perlu bereaksi berlebihan seperti ini. Tuan Billy nggak tertarik pada Grup Lautan Berlian. Ibarat satu hutan nggak bisa menampung dua penguasa, Tuan Billy hanya ingin menjadi satu-satunya raja hutan di Kota Banyuli.""Adapun mengenai setelah ayahmu meninggal, Grup Lautan Berlian tetaplah Grup Lautan Berlian, sedangkan kamu, Tuan Muda Edrik akan menjadi presdir Grup Lautan Berlian.""Saat itu tiba, siapa lagi yang berani menampar wajahmu ...."Tanpa sadar, Edrik mengusap-usap wajahnya.Kata-kata yang keluar dari mulut Velove tadi bagaikan seekor ular berbisa yang menyelimuti hatinya.Kilatan kekejaman melintas di matanya, lalu dia bertanya dengan gigi terkatup, "Kapan kita mulai beraksi?""Besok, kami pasti akan membantu Tuan Muda Edrik."Seolah-olah sudah bisa menebak Edrik tidak akan menolak penawarannya, Rohan langsung menyampaikan waktu kapan mereka beraksi tanpa berpikir dua kali lagi."Kalian membantu aku? Hah,
"Apa luka korban separah itu?"Begitu mendengar pihak keluarga korban menginginkan kompensasi sebesar satu miliar baru bisa menyelesaikan masalah ini secara baik-baik, ekspresi Desi langsung berubah menjadi pucat pasi.Gibran menganggukkan kepalanya, lalu berkata dengan nada mendesak, "Jadi, kalian harus segera mengambil uang untuk menebus putramu. Kompensasi sebesar satu miliar ini pun disepakati oleh pihak keluarga korban setelah kami berupaya keras membujuk mereka secara baik-baik. Kalau nggak, mereka berencana meminta kompensasi sebesar dua miliar dari kalian. Siapa suruh putramu memukuli orang lain? Kalau nggak memberi kompensasi, putramu hanya bisa masuk penjara!"Luna tidak begitu mudah dikelabui oleh Gibran seperti Desi.Walaupun Gibran terlihat seolah-olah sedang membantu meringankan beban mereka dan agar adiknya tidak perlu masuk penjara, tetapi dia bisa mendengar nada mengancam dari ucapan pria itu. Tentu saja hal ini membuatnya merasa ada yang tidak beres.Dia mengerutkan k
"Ya, benar."Ardika menganggukkan kepalanya.Farhan segera membungkukkan badannya dan berkata, "Tuan Ardika, selamat datang di kantor polisi kota cabang selatan untuk mengawasi kerja kami!"Melihat pemandangan itu, Gibran langsung gugup setengah mati.Ekspresinya juga berubah menjadi pucat pasi!'Sebenarnya apa identitas pemuda itu sampai-sampai atasanku sehormat itu padanya?!'Desi juga membelalak kaget, seakan-akan baru pertama kali mengenal menantunya."Pak Farhan nggak perlu sesungkan ini, aku bukan datang untuk mengawasi kerja kalian."Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Mungkin adik iparku melakukan sedikit kesalahan dan dibawa ke kantor polisi kalian. Gibran yang merupakan wakil ketua di sini beranggapan keluarga kami nggak punya latar belakang apa-apa. Dia menghubungi kami ke sini, tapi dia bahkan nggak mengizinkan kami untuk masuk ke dalam gedung kantor polisi, juga nggak mengizinkanku untuk bertemu dengan adik iparku. Tanpa bukti konkret, dia mengatakan adik iparku sudah me
Kedua kaki Gibran langsung lemas, ekspresinya sudah sepucat secarik kertas putih.Dia tahu, kali ini dia benar-benar sudah tertimpa masalah besar.Tak lama kemudian, mereka sudah memahami kronologis kejadiannya.Hari ini, Handoko dan beberapa orang temannya bermain bola di lapangan olahraga.Fio yang sebelumnya pernah menjilat Wisnu juga berdiri tidak jauh dari sana untuk melihat sekelompok pemuda itu bermain bola.Saat mereka sedang bermain bola, beberapa orang pemuda datang ke lapangan.Begitu sampai di lapangan, salah seorang di antara mereka yang bernama Hanif Setiadi langsung menggoda dan menyentuh Fio.Handoko dan beberapa orang temannya tentu saja tidak akan membiarkan orang lain menggoda dan menyentuh teman wanita mereka. Melihat teman wanita mereka ditindas oleh orang lain, mereka langsung maju menghampiri para pemuda itu.Namanya juga anak muda, amarah mereka mudah tersulut. Sesaat kemudian, kedua belah pihak langsung terlibat dalam pertengkaran sengit.Dengan mengandalkan po