Seorang pelaku tindak kriminal yang membawa tongkat bisbol di bajunya, menunjuk Levin dengan mengancam."Simpan saja," kata Ardika dengan santai. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah pelaku tindak kriminal itu, lalu bertanya dengan penuh minat, "Kalian adalah orang-orangnya siapa?"Tanpa banyak berkomentar lagi, Levin segera menyimpan ponselnya.Para pelaku tindak kriminal di hadapan mereka saat ini, anak buahnya saja bahkan bisa menangani semua orang ini seorang diri, tentu saja sama sekali bukan ancaman bagi Ardika."Sebentar lagi kamu juga akan tahu sendiri."Orang tersebut melirik Ardika sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon. "Tuan Muda Gijran, kami sudah mengepung bocah itu di sebuah hotel bintang lima.""Bagus, kerja bagus.""Lanjutkan, aku akan segera datang!""Malam ini aku akan memberinya pelajaran, agar dia tahu diri.""Orang-orang tertentu, nggak bisa dia provokasi!""Wanita-wanita tertentu, juga nggak bisa dia sentuh!""Setelah malam ini berlalu, aku
"Oh? Kalau begitu, itu artinya kamu kurang berwawasan.""Tapi, sekarang seharusnya kamu sudah menambah wawasanmu."Menghadapi sindiran Gijran, Ardika tetap bersandar di kepala mobil dan menanggapinya dengan santai."Kamu bilang aku kurang berwawasan?"Gijran tertawa mendengar ucapan Ardika. Namun, raut wajahnya berubah menjadi sangat dingin, sangat aneh.Bagi orang-orang yang sudah mengenal Gijran sudah tahu.Setiap kali dia menunjukkan ekspresi seperti itu, pasti akan ada orang yang tertimpa masalah.Tertimpa masalah besar!Walaupun Gijran bukan tuan muda keluarga kaya, juga bukan pangeran dari keluarga bangsawan, tetapi dengan mengandalkan pamannya, Jace, yang merupakan Wali Kota Ibu Kota Provinsi dengan kedudukan setara dengan wakil kodam, tentu saja dia selalu bertindak arogan.Paling tidak, di ibu kota provinsi, dia bisa bertindak sesuka hatinya."Eh, Ardika, kamu benar-benar terlalu menganggap serius dirimu, ya?"Dengan memasang ekspresi muram, Ardika mengisap rokoknya. Dia menat
Gijran mengisap rokoknya. Melalui asap rokok yang menutupi pandangannya, dia menatap Ardika sambil tersenyum palsu.Adapun mengenai sorot mata dingin Ardika, dia sama sekali tidak peduli.Saat ini, wanita yang sebelumnya dipeluk oleh Gijran itu, melangkah maju, merangkul lengan Gijran dan berkata dengan nada bicara manja, "Eh, bocah, cepat lakukan instruksi Tuan Muda Gijran! Aku berani jamin, kalau Tuan Muda Gijran sampai turun tangan sendiri, nasibmu pasti akan sangat ... sangat mengenaskan!"Para pelaku tindak kriminal yang berada di sekeliling tempat itu juga menatap Ardika dengan lekat sambil tertawa terbahak-bahak. Suara tawa mereka menunjukkan dengan jelas mereka sangat meremehkan Ardika.Mereka sempat mengira bocah yang berani melawan Gijran ini adalah seorang tokoh hebat.Eh, ternyata hanya seorang bocah kampungan yang berasal dari sebuah kota kecil.Dengan identitas Gijran, dia bahkan bisa bertindak semena-mena di ibu kota provinsi. Ada banyak tuan muda keluarga kaya yang suda
Semua orang tercengang menyaksikan pemandangan itu!Tidak ada yang menyangka dalam situasi seperti ini, Ardika berani menyerang dengan begitu liar.Selain itu, dia bahkan menyiksa Gijran tanpa berbelas kasihan, menggunakan cara seperti ini untuk menyiksa Gijran.Baik wanita itu maupun para pengikut dan para pelaku tindak kriminal di tempat itu, mereka merasa seperti menyaksikan sesuatu hal yang baru.Ini adalah pertama kalinya, ada orang yang berani melawan Gijran dengan kekerasan di wilayah ibu kota provinsi, bahkan menyiksa Gijran dengan cara seperti ini.Bagaimanapun juga, dia adalah keponakan Wali Kota Ibu Kota Provinsi.Bahkan para ketua preman di berbagai wilayah pun, setelah mengetahui identitas Gijran, mereka akan memperlakukannya dengan sopan dan ramah.Kalau berani menyinggung Gijran, walaupun kamu adalah seorang ketua dunia preman, juga akan lenyap kapan saja.Bagaimanapun juga, sejak zaman dahulu, rakyat biasa tidak pernah melawan para pejabat.Terlepas dari seberapa hebat
"Kalau orang yang kamu panggil kemari benar-benar bisa membuatku takut, aku akan mematahkan kedua lengan dan kedua kakiku untukmu."Selesai berbicara, Ardika melayangkan satu tamparan lagi, hingga tubuh Gijran terpental keluar, lalu tergeletak di lantai dan dalam kondisi berkedut."Apa lagi yang kalian tunggu? Apa gunanya Tuan Muda Gijran memelihara kalian? Cepat serang!"Saking ketakutannya, wanita cantik itu langsung berteriak dengan suara melengking.Akhirnya, para tindak pelaku kriminal yang berjumlah sekitar dua puluh orang itu tersadar kembali. Mereka segera mengeluarkan senjata sendiri, lalu menerjang ke arah Ardika."Kak Ardika, biar aku saja!"Tanpa perlu Ardika turun tangan sendiri, Levin sudah menyambut orang-orang itu dengan ekspresi senang dan penuh semangat. Dia bahkan menghadapi lawannya dengan tangan kosong.Dengan iringan serangkaian suara tamparan, satu per satu dari dua puluh orang itu terjatuh ke lantai dan mengeluarkan teriakan menyedihkan.Setelah mulai bekerja un
Ardika mengirimkan foto ikan yang dimakannya sebelumnya kepada Luna. Kemudian, dia juga mengetikkan pesan balasan kepada Luna. Dia meyakinkan istrinya dia baik-baik saja di ibu kota provinsi, meminta istrinya untuk tidak mengkhawatirkannya.Tentu saja Luna tidak tahu, baru hari pertama tiba di ibu kota provinsi saja, Ardika sudah mengalami serangkaian kejadian.Ardika menyunggingkan seulas senyum bahagia.Orang-orang mengatakan dia sudah diusir oleh istrinya, tetapi mereka tidak tahu istrinya bahkan ingin menyusul ke ibu kota provinsi untuk menemaninya.Akan tetapi, melihat senyumannya itu membuat amarah Gijran mencapai titik puncaknya.Sekitar belasan menit kemudian, satu per satu mobil mewah melaju kemari.Model mobil-mobil ini cukup unik dengan penampilan luar yang menawan. Hanya dengan melihat luarnya, sudah bisa diketahui karakter masing-masing pemilik mobil.Ya, kenyataannya memang demikian.Kalangan pertemanan Gijran di ibu kota provinsi sangat luas, dia memanggil semua tuan mud
Kelihatannya persyaratan Ardika tidak sekejam persyaratan Ardika.Akan tetapi, lebih nyata.Hal ini membuat semua orang di tempat itu mengerti, Ardika berbicara serius, tidak sedang bercanda.Banyak orang yang membelalak kaget, menatapnya dengan tatapan terkejut.Bagaimana orang kampungan ini bisa begitu berani? Di hadapan mereka yang berjumlah begitu banyak, bocah itu masih berani melawan Gijran?Sangat jelas Gijran juga tidak menyangka, Ardika masih berani melawannya seperti ini.Dia langsung melompat turun dari mobilnya dan berkata dengan marah, "Eh, Ardika, kalau kamu terus memprovokasiku seperti ini, nanti kamu akan berakhir dengan lebih mengenaskan lagi!""Saat aku turun tangan sendiri nanti, persyaratan akan makin bertambah!"Ardika melirik sekeliling, lalu tertawa pelan dan berkata, "Gijran, kalau kamu hanya memanggil para pecundang ini kemari, sebaiknya kamu segera berlutut, lalu merangkak menuju ke arah akses keluar tempat parkir bawah tanah ini.""Bagaimanapun juga, jaraknya
Ada orang luar kota yang baru datang ke ibu kota provinsi berani memprovokasi Gijran?Tanpa banyak bicara lagi, Cahdani memutuskan untuk datang sendiri. Lagi-lagi orang dari luar kota.Dia tidak bisa menginjak-injak Ardika, bukan berarti dia tidak bisa menginjak-injak orang lain!Karena memilih untuk menjadi orang luar kota yang berlagak hebat di dalam wilayah ibu kota provinsi, maka malam ini bocah itu sudah ditakdirkan untuk sial!Jadi, Cahdani bergegas memanggil anak buahnya, lalu datang secepat mungkin."Tuan Muda Cahdani, kamu sudah datang!""Tuan Muda Cahdani, apa kamu terluka? Kamu harus memperhatikan kondisi tubuh sendiri ....""Ya, benar. Tuan Muda Cahdani adalah sosok tokoh yang mewakili kami, para generasi muda ibu kota provinsi ...."Melihat Cahdani melangkah maju, para nona dan tuan muda itu segera melangkah mundur, membuka jalan untuk Cahdani. Selain itu, dengan senyum lebar menghiasi wajah mereka, mereka menyapa Cahdani, bahkan terkesan menyanjung dan menjilat pria itu.
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk
Walaupun menggunakan kata-kata rahasia yang sama, tetapi masing-masing pihak menggunakan cara yang berbeda untuk mengartikannya. Jadi, biarpun kamu berhasil merebut rahasia dari pihak lain, tanpa cara mengartikan dari pihak tersebut, juga tidak ada artinya.Kalau bersikeras menggunakan cara pihak sendiri untuk mengartikannya, lalu digunakan untuk berlatih. Hasil akhirnya hanya akan kerasukan!Windono membuka mulutnya dengan sangat lebar, dia menatap Ardika dengan tercengang.Karena cara mengartikan Ardika sama persis dengan yang dilakukan oleh para ahli fengsui dari kalangan Windono.Enam belas kata yang dibacakan oleh Ardika adalah enam belas kata rahasia yang paling penting bagi para ahli fengsui dari kalangan Windono."Gu ... Guru, bagaimana kamu bisa tahu cara mengartikan kata-kata rahasia kalangan kami?"Dengan tenggorokan yang terasa kering, Windono mengajukan pertanyaan itu. Dia bahkan mulai mencurigai Ardika dikirim oleh kalangan lain, merupakan mata-mata yang dikirim untuk men
Mendengar ucapan Ardika, Windono tertegun sejenak. Kemudian, sorot mata senang dan bersemangat tampak jelas di matanya."Brak!"Tanpa banyak bicara lagi, Windono langsung berlutut, lalu berkata dengan senang, "Guru yang terhormat, terimalah penghormatan dari muridmu ini!"Menyaksikan pemandangan itu, Futari langsung tercengang.Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Boleh dibilang Windono ini hampir seumuran dengan ayahnya, tetapi pria paruh baya ini malah mengakui kakak iparnya sebagai guru?Ardika juga tidak bisa berkata-kata lagi.Windono benar-benar terlalu cepat dalam mengambil tindakan. Dia bahkan belum sempat selesai berbicara.Sambil melambaikan tangannya, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Berdirilah dulu, aku belum setuju untuk menerimamu sebagai muridku.""Guru, kalau hari ini kamu nggak mengakui ikatan kita ini, aku nggak akan berdiri lagi!"Windono kembali menunjukkan sikap tidak tahu malunya, dia bertingkah seolah-olah dia akan tetap berlutut hingga mati di sana kalau Ardi
Ardika baru saja memarkir mobilnya di depan vila nomor satu, dia sudah melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.Windono keluar dari mobil, lalu bergegas menghampiri Ardika dan berkata, "Guru, vila nomor satu ini adalah pemberian dari Pak Jace untukmu, 'kan?"Raut wajah Ardika tampak agak dingin. "Kamu membuntutiku?"Bisa-bisanya bocah yang satu ini memasuki Gunung Halfi dengan mulus. Hal ini membuat Ardika agak terkejut."Nggak, nggak, aku nggak berani!"Windono buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Guru, jujur saja, aku juga membeli sebuah vila di sini. Hanya saja, aku hanya menginap di sini sesekali!"Ardika tidak bisa berkata-kata lagi.Melihat ekspresi menjilat yang menghiasi wajah jelek Windono, dia hampir saja melupakan identitas pria itu.Bocah yang satu ini adalah Kepala Asosiasi Fengsui sekaligus pemimpin Harven. Boleh dibilang dia sudah termasuk seorang tokoh hebat di ibu kota provinsi."Oh, kalau begitu pulanglah ke vilamu, untuk apa kamu mengikutiku?"Ardika
"Sejauh ini nggak ada ahli bela diri yang bisa diandalkan dari pihak Wilgo. Saat Keluarga Gozali dalam situasi genting, kita baru membiarkan orang-orang Tuan Muda Jerfis untuk maju mendapatkan posisi ketua cabang untuk Keluarga Gozali.""Sebagai ucapan terima kasih, Wilgo pasti akan memaksa Rosa untuk menikah dengan Tuan Muda Jerfis. Bukankah ini sama saja dengan sekali mendayung dua pulau terlampaui?""Intinya, kalau hal ini dilakukan dengan baik, Tuan Muda Jerfis bukan hanya nggak akan memarahi kalian, mungkin saja dia juga akan memandang tinggi kalian, membiarkan kalian menjalin relasi dengannya!"Saat perbincangan santai ini tengah berlangsung, sebuah rencana keji yang sempurna sudah keluar dari mulut Timnu."Kak Timnu, aku sudah mengerti maksudmu!"Sorot mata Werdi langsung berbinar.Namun, tak lama kemudian, dia berkata dengan khawatir, "Kak Timnu, walau rencana ini sangat bagus, bagaimana kalau bocah itu berhasil mengalahkan Vita?""Perlu diketahui bahwa kekuatan yang ditunjukka
"Sekarang bocah kampungan itu malah sudah mendapatkan keuntungan dari Nona Rosa. Biarpun nggak terjadi apa pun di antara mereka berdua tadi malam, tapi tetap saja akan beredar rumor di luar sana.""Kalau kita nggak melakukan apa pun, setelah Tuan Muda Jerfis kembali dari Kota Sewo, mungkin kita nggak akan bisa mempertanggungjawabkan ini padanya.""Saat itu tiba, nggak hanya orang kampungan itu yang menjadi target pelampiasan amarah Tuan Muda Jerfis, kita juga!"Raina juga sengaja untuk memecah belah dengan berkata, "Ya, benar. Selain itu, tadi malam begitu si Ardika itu meninggalkan Hainiken, Nona Rosa langsung keluar mengejarnya. Saat itu, semua orang melihatnya.""Siapa tahu apa yang telah dilakukan oleh mereka berdua ....""Plak ...."Sebelum Raina bisa menyelesaikan kalimatnya, dia sudah ditampar oleh Timnu hingga tubuhnya terpental."Kak Timnu ... kamu!"Werdi tidak menyangka Timnu akan tiba-tiba marah besar. Saking ketakutannya, ekspresinya sudah berubah menjadi pucat pasi."Mera
Timnu tidak melirik Werdi sama sekali, juga sama sekali tidak ada gejolak emosi di matanya.Werdi merasa malu sekaligus marah, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum dan berkata, "Kak Timnu, aku sudah tahu aku salah. Kelak aku nggak akan merepotkanmu dengan urusan-urusan seperti itu lagi.""Tapi, kali ini orang kampungan itu benar-benar .... Kak Timnu, tahukah kamu dia bahkan berani menghancurkan Hainiken!"Timnu mengangguk dan berkata, "Aku tahu bocah itu, namanya Ardika, baru datang ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Selain itu, dia juga memiliki satu identitas lagi.""Identitas apa?" tanya Werdi dengan refleks.Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Jadi, ucapanku tadi nggak kamu cerna dengan otakmu itu. Anak yang dicampakkan oleh Keluarga Mahasura, membuat Keluarga Mahasura kalah telak di ibu kota provinsi, adalah dia."Sangat jelas, Timnu bukan sama sekali tidak mengetahui kejadian tadi malam.Sekembalinya dia, dia segera menggerakkan sumber dayanya untuk menyelidiki identit
Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Masih ada langit di atas langit. Tanpa membicarakan beberapa orang raja preman itu, hanya beberapa keluarga kaya di ibu kota provinsi saja, juga mempekerjakan banyak ahli bela diri secara diam-diam.""Pihak-pihak ini sudah menguasai Provinsi Denpapan selama bertahun-tahun, fondasi mereka sangat kuat, relasi mereka juga sangat luas. Keluarga mana yang nggak memiliki beberapa orang tokoh hebat sebagai penjaga mereka?"Werdi menyunggingkan seulas senyum menjilat dan berkata, "Meski begitu, orang-orang itu sudah tua. Berbeda dengan Kak Timnu. Kamu masih muda, masih berada di puncak performamu.""Selain itu, dengan pengakuan dari Tuan Muda Jerfis terhadap dirimu, biarpun pria-pria tua dari keluarga-keluarga kaya itu menyerang, kamu juga bisa menginjak-injak mereka!"Timnu hanya tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan tersebut. "Siapa yang tahu? Sebelum nyawa terancam, nggak akan ada yang mengekspos kartu as sendiri.""Contohnya saja sep
Hainiken terdiri dari sembilan lantai, disebut Surga Sembilan.Sementara itu, di atas Surga Sembilan adalah tempat tinggal sekaligus tempat kerja Timnu, manajer umum Hainiken.Hari ini, Werdi dan Raina datang secara khusus untuk mencari Timnu.Tadi malam, saat Hainiken dihancurkan oleh Ardika, Timnu tidak berada di tempat. Pagi ini pria itu baru kembali. Jadi, Werdi dan Raina berencana untuk membujuk Timnu turun tangan menangani masalah ini, mencari Ardika dan membalaskan dendam pada bocah itu.Tadi malam, setelah jari mereka dipotong, mereka segera pergi ke rumah sakit untuk menyambungkan nyari mereka kembali.Hanya saja, pihak rumah sakit mengatakan bahwa biarpun jari mereka sudah disambung kembali, kelak juga tetap tidak bisa bergerak dengan leluasa seperti sedia kala lagi.Dengan kata lain, boleh dibilang jari mereka itu sudah dilumpuhkan, hanya terlihat masih ada tetapi sesungguhnya sudah tidak berguna lagi.Hal ini membuat Werdi dan Raina memendam kebencian yang mendalam terhadap