Malam ini Kayla mengundang Ardika ke Gedung Goldis, agar pria itu bisa menambah wawasan, mengetahui gaya hidup kalangan kelas atas.Kalau bisa, dia ingin membuat Ardika merasa malu.Dia ingin pria itu mengerti biarpun pria itu berusaha dengan mengandalkan kemampuan sendiri seumur hidup, juga tidak akan bisa menjalani kehidupan kalangan kelas atas seperti ini.Kemudian, pria itu akan berakhir dengan meninggalkan kota besar ini.Awalnya dia mengira saat Ardika sedang naik lift menuju lantai seratus ini saja, hati pria itu sudah terguncang. Setelah tiba di sini, pria itu pasti sangat gugup dan malu setengah mati hingga tidak bisa berkata-kata.Namun, siapa sangka orang tersebut tidak hanya duduk di seberang dirinya dan sahabatnya dengan tenang dan rileks, bahkan berbalik seolah-olah berperan sebagai tuan rumah dan mengajukan pertanyaan seperti itu padanya.Walaupun ekspresi Ardika sangat tenang, tetapi Kayla tetap bisa merasakan diprovokasi. Hal ini membuatnya sangat tidak nyaman."Kenapa
"Ardika, pesanlah, kamu pasti masih belum makan, 'kan?" kata Stefi dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya.Setiap hidangan di restoran ternama ini sangatlah mahal.Harga makanan satu orang yang paling rendah sudah mencapai lebih dari 6 juta. Sesungguhnya, makan di sini demi harga diri, demi menunjukkan kemewahan kalangan kelas atas.Menurut mereka, Ardika tidak akan mampu memesan makanan di sini.Ardika melirik menu tersebut, lalu melambaikan tangannya pada pelayan dan berkata, "Maaf, untuk sementara waktu ini aku nggak butuh."Setelah pelayan itu pergi, Stefi berkata dengan ekspresi meremehkan, "Kenapa? Bukankah tadi kamu sangat hebat membual? Sekarang kamu bahkan nggak mau makan lagi?"Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Makanan di sini adalah makanan barat, nggak cocok dengan seleraku.""Cih! Bilang saja kamu nggak sanggup bayar! Untuk apa berlagak hebat seperti itu!"Mendengar ucapan Ardika, Kayla mencibir.Baginya, level makanan barat lebih tinggi dibandingkan makanan Nu
"Apa? Kalau begitu, ini adalah?"Mendengar gelang manik-manik emas ini bukanlah barang yang diberkahi oleh Biksu Karuna secara pribadi, Kayla merasa agak kecewa.Namun, setelah berpikir sejenak, dia juga sudah bisa menerima kenyataan ini.Dalam satu tahun, barang berkualitas bagus itu hanya tersedia kurang dari sepuluh buah. Setiap kali satu barang itu diedarkan, pasti akan segera direbut oleh orang-orang dari kalangan kelas atas yang kaya dan berkuasa. Bagaimana mungkin mereka bisa mendapatkannya?Gilto berkata, "Sebenarnya, gelang manik-manik emas ini juga cukup bagus, dibuat khusus dari Kuil Mudita. Selain itu, di seluruh Provinsi Denpapan, hanya bisa dibeli di pusat perbelanjaan internal Grup Goldis.""Harganya dimulai dari 400 juta, tapi melalui relasiku yang merupakan seorang wakil presdir Grup Goldis, aku baru bisa membelinya dengan harga 200 juta."Begitu mendengar ucapan pacarnya, Kayla juga sangat senang.Gelang manik-manik emas yang dibuat khusus oleh Kuil Mudita, pamannya p
"Ardika, dengan mempertimbangkan aku, Gilto baru berbaik hati mengingatkanmu beberapa patah kata.""Kamu bukan hanya nggak berterima kasih, malah melawannya.""Memangnya kamu pikir kamu siapa?"Bagi Kayla, kedudukan Ardika dan pacarnya sama sekali tidak setara.Jadi, harusnya Ardika berterima kasih telah diingatkan oleh Gilto.Stefi juga mencibir dan berkata, "Ardika, jadi orang itu harus tahu diri, nggak semua orang bisa kamu singgung.""Lihatlah pacar Kayla, begitu Kayla mengatakan ingin memberikan hadiah ulang tahun untuk pamannya, pacarnya langsung menemui wakil presdir Grup Goldis, lalu membeli gelang manik-manik emas bernilai 200 juta.""Sebaliknya kamu, kamu bahkan nggak mampu memesan makanan per orang yang hanya bernilai 6 juta.""Ini yang dinamakan dengan kesenjangan. Apa kamu mengerti?"Kayla mendengus dengan acuh tak acuh. "Huh! Memangnya dia tahu apa?!""Bilang saja mau menghormati guru, tapi akhirnya bukan hanya pergi makan gratis dari pamanku dengan tangan kosong, bahkan
Stefi juga berkata, "Pacar Kayla adalah staf instansi pemerintahan Kediaman Wali Kota Ibu Provinsi, memiliki masa depan yang menjanjikan. Bahkan dia saja nggak punya akses untuk mendapatkan barang yang diberkahi oleh Biksu Karuna sendiri. Bagaimana mungkin kamu bisa?""Coba bercermin dulu sana, lihat siapa dirimu!"Sambil tersenyum, Gilto menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ardika, 'kan? Kalau kamu benar-benar bisa mendapatkan barang yang telah diberkahi oleh Biksu Karuna, aku akan berlutut di lantai, menampar diriku sendiri, lalu mengakui kesalahan dan meminta maaf padamu!"Begitu mendengar ucapannya, Kayla dan Stefi pun tertawa dingin.Membuat Gilto berlutut di lantai, menampar diri sendiri dan meminta maaf?Itu tidak mungkin terjadi.Yang memungkinkan adalah Ardika yang berlutut.Sambil menutupi mulutnya, Kayla berkata sambil tertawa, "Gilto, kamu sudah terlalu memandang tinggi dia. Bagaimana mungkin aku nggak mengenal siapa dia? Dia nggak mungkin bisa melakukan itu ....""Kalau b
Sangat jelas, Stefi sama sekali tidak percaya Ardika punya akses untuk mendapatkan barang yang sudah diberkahi oleh Biksu Karuna sendiri.Limdo ini pasti adalah aktor yang disewa oleh Ardika.Sementara itu, gelang manik-manik Buddha dalam kotak tersebut adalah barang murahan yang dijual di toko pinggir jalan.Ya, pemikirannya ini memang cukup masuk akal.Bagaimanapun juga, di sebuah area tempat wisata, ada banyak toko kecil yang menjual barang-barang murahan seperti ini.Kayla juga tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia berkata dengan nada bicara menggurui, "Ardika, sebagai murid pamanku, kamu bukan hanya nggak meraih pencapaian apa pun, bahkan demi harga dirimu, kamu menyewa orang untuk menunjukkan pertunjukan yang payah seperti ini?""Apa kamu tahu ini adalah penipuan?""Aku yakin pamanku nggak ingin muridnya menipunya seperti ini.""Jadilah orang yang benar. Jatuh pada titik terendah untuk sementara waktu, sebenarnya juga nggak masalah. Tapi, demi membanggakan diri se
Karena itulah, Kayla langsung melangkah maju untuk menarik Gilto dan berkata, "Gilto, untuk apa kamu memanggilnya dengan panggilan hormat seperti itu? Apa kamu yakin nggak salah orang? Pak Limdo apaan? Bocah ini adalah aktor yang disewa oleh Ardika untuk berlagak hebat di hadapan kita!""Plak!"Gilto buru-buru mengangkat tangannya, lalu melayangkan satu tamparan ke wajah Kayla. "Aktor apaan?! Ini adalah sopir Pak Jace!"Dalam kurun waktu sesingkat ini saja, Gilto sudah tahu apa yang terjadi.Tidak tahu ada hubungan apa yang terjalin antara Gilto dan Ardika. Akan tetapi, intinya Limdo sudah mendapatkan gelang manik-manik yang diberkahi oleh Biksu Karuna sendiri dari Kuil Mudita, lalu membawakannya pada Ardika.Alhasil, Kayla dan Stefi, dua wanita bodoh ini malah menganggap Limdo sebagai aktor yang disewa oleh Ardika, bahkan mengolok-olok Limdo.Mengingat tindakan bodoh yang telah dilakukan oleh dua orang wanita bodoh ini saat dia pergi ke kamar kecil, Gilto benar-benar ingin melayangkan
"Aku ...."Wajah Gilto langsung memerah, api amarah tampak jelas di matanya.Bagaimanapun juga, Gilto sendiri juga merupakan staf instansi pemerintahan Kediaman Wali Kota Ibu Kota Provinsi. Boleh dibilang di ibu kota provinsi dia adalah orang yang lumayan sukses.Sekarang memintanya untuk meminta maaf pada orang lain sambil berlutut di depan banyak orang, bahkan orang tersebut adalah Ardika yang sebelum tidak dianggap serius olehnya, bagaimana mungkin dia bisa terima?"Bam!"Tepat pada saat Gilto masih ragu, Ardika tiba-tiba mengangkat kakinya dan melayangkan tendangan ke perut pria itu.Dengan iringan suara "bam" teredam, kedua lutut Gilto langsung terasa lemas dan membentur lantai."Plak!"Ardika langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Gilto. Dalam sekejap, wajah pria itu langsung memerah dan membengkak.Sambil memperhatikan gelang manik-manik Buddha dalam genggamannya, Ardika berkata dengan acuh tak acuh tanpa mengangkat kepalanya, "Nggak mampu melakukannya, jangan berlagak heba
Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d
"Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman
Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad
Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika