Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1894 Kamu Merangkak Keluar Saja

Share

Bab 1894 Kamu Merangkak Keluar Saja

Author: Sarjana
"Kak Ardika, walau si tua bangka ini sangat menyebalkan, kamu juga sudah menghajarnya sampai begitu menyedihkan. Tentu saja, menurutku dia bisa sedikit lebih menyedihkan lagi. Daripada menginjaknya sampai mati, biarkan dia hidup pasti lebih membuatnya menderita ...."

Futari, Handoko dan Hariyo juga ikut membujuk kakak ipar mereka.

Sejujurnya, sebagai keluarga, mereka juga sangat terkejut menyaksikan sisi kejam yang ditunjukkan oleh Ardika.

Walaupun mereka tahu Ardika marah karena mereka ditindas, tetapi mereka tetap saja merasa sedikit gugup.

Karena itulah, saat mereka membujuknya, mereka juga berbicara dengan lembut, takut merangsang kakak ipar mereka itu.

Namun, hal yang tidak mereka ketahui adalah sejak awal Ardika tetap bersikap tenang, sama sekali tidak merasakan gejolak emosi apa pun.

Kalau tidak, saat tamparan pertamanya saja, Tuan Anjing pasti sudah dipukul mati olehnya.

"Bawa majikan kalian dan enyahlah dari sini!"

Ardika langsung menendang Tuan Anjing.

Mendengar ucapan ini, t
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
lerra
sebelumnya wulan d cari mau d habisi...tapi setelah datang sendiri...malah d lepas lagi.... emang gak jelas nih penulis....payah...biarin dia mati...lalu ganti misuh yg lebih kuat....itu mulu bosen
goodnovel comment avatar
Adi Defatima
oiiiii anjing terlalu bertele tele babi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1895 Firasat Buruk Menjadi Kenyataan

    Tak lama kemudian, Levin sudah datang dengan membawa orang-orangnya.Tanpa butuh waktu lama, kekacauan di dalam vila sudah dibereskan, bahkan batu bata yang hancur juga sudah diperbaiki. Kemudian, mereka pun pergi dengan membawa jasad ketiga ekor anjing tersebut.Menghadapi Tuan Muda Kedua Keluarga Septio yang tidak menjalankan perannya sebagai tuan muda keluarga kaya dengan baik, melainkan hanyut dalam dunia preman, bahkan dengan senang hati menjadi anak buah Ardika ini, Luna sekeluarga sudah terbiasa.Melihat ruang tamu sudah tertata rapi seperti semula, satu keluarga itu masih sedikit linglung.Mereka merasakan apa yang barusan terjadi seperti mimpi."Wah! Kak Ardika, kamu benar-benar luar biasa!"Sementara itu, saat ini Futari tiba-tiba menerjang ke hadapan Ardika dengan senang, lalu merangkul lengan kakak iparnya itu sambil melompat dan bersorak gembira.Mencium aroma khas gadis muda itu, Ardika merasa sedikit tidak nyaman.Dia berniat untuk menjauh dari Futari, tetapi gadis muda

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1896 Sama Seperti Haron

    Ardika teringat akan kematian Haron, situasi sekarang juga sama seperti situasi kala itu.Sangat jelas, ada orang yang bersembunyi di belakang layar dan menargetkan dirinya!Tak lama kemudian, Jacky dan Desi juga terbangun.Tanpa banyak bicara lagi, tidak sempat beres-beres, satu keluarga itu bergegas pergi ke rumah duka.Subuh-subuh begini, suasana di rumah duka malah sangat ramai.Saat Ardika sekeluarga tiba di lokasi, terlihat ada banyak orang yang bergegas datang untuk memberi penghormatan terakhir di luar rumah duka tersebut.Tuan Anjing adalah ahli bela diri yang dipekerjakan secara khusus oleh Keluarga Basuki Kota Gamiga, bagi pihak-pihak di Kota Banyuli, status dan kedudukannya sangat terhormat.Tentu saja, di antara orang-orang itu juga ada banyak orang yang menggunakan alasan memberi penghormatan untuk datang mencari informasi.Hingga kini, berbagai pihak Kota Banyuli masih merasa trauma setelah menghadapi dua kali kegemparan yang dipicu oleh kematian Haron.Tuan Anjing beras

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1897 Amarah Tuan Besar Basagita

    "Tuan Besar, jangan terlalu sedih, Tuan Anjing sudah mati, kalau sampai terjadi sesuatu pada Tuan Besar, itu hanya akan menguntungkan musuh dan merugikan diri sendiri!""Ya, benar! Kakek harus tegar, temukan pembunuh itu dan menegakkan keadilan untuk Tuan Anjing!"Satu per satu dari anggota Keluarga Basagita mulai buka suara membujuk Tuan Besar Basagita.Wulan yang tersadar dari lamunannya juga buka mulut. Dia langsung mengatakan ingin menemukan pembunuh itu.Saat berbicara, dia melirik Ardika dengan sorot mata tajam sekilas.Makin dibujuk, amarah Tuan Besar Basagita makin bergejolak.Dia mengetuk lantai dengan tongkatnya dengan keras, lalu berteriak dengan marah, "Di mana Jacky sekeluarga? Sudah datang belum?!""Kalau sudah datang, keluarlah!"Saat ini, anggota Keluarga Basagita juga terkejut setengah mati menghadapi ledakan amarah Tuan Besar Basagita.Mereka tidak pernah melihatnya semarah ini."Ayah ... kami sudah datang."Jacky yang duduk di kursi roda terpaksa meminta Desi untuk m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1898 Tanda-Tanda Bahaya

    "Tuan Besar, setiap kali ada masalah, kamu selalu melempar tanggung jawab, juga bukan baru sekali dua kali. Kami sudah terbiasa.""Kamu ingin keluarga kami menjadi kambing hitam, agar kamu bisa memberi pertanggungjawaban untuk Keluarga Basuki Kota Gamiga, aku bisa mengerti.""Tapi, bagaimanapun juga, kamu juga butuh sedikit bukti, bukan?""Kamu ingin aku mengakui akulah yang membunuh Tuan Anjing tanpa adanya bukti, apa kamu pikir Keluarga Basuki Kota Gamiga sebodoh kamu?"Ardika melontarkan kata-kata ejekan itu tanpa ragu.Menghadapi Tuan Besar Basagita, lansia yang tidak layak dihormati ini, dia sudah sangat lama tidak bersikap hormat dengan pria tua ini."Ardika, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu mengataiku bodoh?!"Diejek oleh Ardika di depan banyak orang seperti ini, Tuan Besar Basagita hampir muntah darah saking kesalnya.Dia hanya bisa melampiaskan api amarahnya pada Jacky dan Desi. "Semua ini salah kalian berdua! Dasar pecundang! Bisa-bisanya kalian membiarkan menantu benalu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1 Mandi

    "Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2 Kue Seharga Seratus Ribu

    Suara keras terdengar dari ujung telepon, seolah-olah ada meja dan kursi yang terbalik.Draco pun menjawab dengan nada gemetar, "Bos, ini benar-benar kamu? Ke mana saja kamu?""Selama ini, bos nggak ada kabar sama sekali. Teman-teman juga sangat panik.""Tapi, identitasmu sangat rahasia. Tanpa perintah, kami nggak berani pergi mencarimu."Sambil menghela napas, Ardika lalu menjawab, "Aku bertemu beberapa orang licik. Nggak masalah, sekarang aku sudah pulih.""Ada orang yang ingin mencelakakanmu? Siapa? Bos, berikan perintah! Aku akan bawa teman-teman untuk meratakan mereka," bentak Draco."Nggak perlu," jawab Ardika dengan ekspresi dingin. Terkait masalah Keluarga Mahasura, dia tidak ingin menggunakan bantuan dari luar. Semua ini harus diselesaikan oleh Ardika sendiri."Ada satu hal yang perlu kamu lakukan.""Malam ini, segera bawa Grup Angkasa Sura ke Kota Banyuli.""Selain itu, umumkan bahwa kita akan berinvestasi 20 triliun di Kota Banyuli."Selama tiga tahun bergabung dengan milite

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 3 Calon Pewaris

    "Ardika, jangan-jangan ... kamu sudah pulih?"Melihat tatapan Ardika yang jernih, Luna menutup mulutnya dengan tangan dan tampak tidak percaya."Ya, aku sudah pulih, sayang."Ardika menatap ke arah Luna, dia yang begitu tegas dalam medan perang, ternyata bisa merasa sedih juga.Seketika, air mata mengenang di mata Luna. Rasa bahagia membuatnya ikut menangis.Ardika langsung memeluk Luna. Beberapa tahun ini, Luna sudah menderita."Huh! Memangnya kenapa kalau sudah pulih?"Wulan berkata dengan sinis, "Dia tetap saja seorang pecundang."Sambil berkata, Wulan kembali duduk di kursinya. Sambil menunjuk kursi lipat di pojokan, dia pun berkata, "Duduk sana! Berkontribusi 20 triliun? Jangan membuatku tertawa."Ketika Ardika yang mengernyit ingin berkata, Luna segera menghentikannya dan menariknya untuk duduk.Mereka berempat duduk di kursi lipat yang ada di pojokan. Melihat makanan yang mahal dan enak di meja lain, di atas meja mereka hanya ada empat mangkuk mi.Melihat suasana yang begitu hid

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 4 Herkules

    Melihat Ardika yang percaya diri, Luna pun merasa ragu. Setelah memikirkan kondisi keluarganya sekarang, dia pun menggertakkan gigi, lalu berdiri dan berkata, "Kakek, aku akan pergi menagih utang.""Kamu! Kamu sudah gila, ya? Kalau sampai wajahmu rusak karena dipukul Kak Herkules, Tuan Muda Tony pasti akan meninggalkanmu."Desi langsung panik.Semua orang terkejut, bahkan Tuan Besar Basagita juga tidak menyangka Luna akan menyetujuinya.Wisnu dan yang lain hanya mendengkus dingin.Wisnu tiba-tiba mengeluarkan sepuluh ribu dari sakunya, lalu dilemparkan ke kaki Luna sambil berkata, "Melihat keberanianmu itu, aku kasih sepuluh ribu untuk naik transportasi umum."Wulan juga menyilangkan tangannya di dada, lalu mengangkat alisnya sambil berkata, "Kamu sendiri yang mau pergi, ya? Kalau dihajar sampai lumpuh, jangan bilang Keluarga Basagita yang memaksamu."Ardika melirik beberapa orang itu dengan tatapan dingin. Dia tidak ingin memedulikan orang-orang tidak penting ini.Ardika langsung berd

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1898 Tanda-Tanda Bahaya

    "Tuan Besar, setiap kali ada masalah, kamu selalu melempar tanggung jawab, juga bukan baru sekali dua kali. Kami sudah terbiasa.""Kamu ingin keluarga kami menjadi kambing hitam, agar kamu bisa memberi pertanggungjawaban untuk Keluarga Basuki Kota Gamiga, aku bisa mengerti.""Tapi, bagaimanapun juga, kamu juga butuh sedikit bukti, bukan?""Kamu ingin aku mengakui akulah yang membunuh Tuan Anjing tanpa adanya bukti, apa kamu pikir Keluarga Basuki Kota Gamiga sebodoh kamu?"Ardika melontarkan kata-kata ejekan itu tanpa ragu.Menghadapi Tuan Besar Basagita, lansia yang tidak layak dihormati ini, dia sudah sangat lama tidak bersikap hormat dengan pria tua ini."Ardika, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu mengataiku bodoh?!"Diejek oleh Ardika di depan banyak orang seperti ini, Tuan Besar Basagita hampir muntah darah saking kesalnya.Dia hanya bisa melampiaskan api amarahnya pada Jacky dan Desi. "Semua ini salah kalian berdua! Dasar pecundang! Bisa-bisanya kalian membiarkan menantu benalu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1897 Amarah Tuan Besar Basagita

    "Tuan Besar, jangan terlalu sedih, Tuan Anjing sudah mati, kalau sampai terjadi sesuatu pada Tuan Besar, itu hanya akan menguntungkan musuh dan merugikan diri sendiri!""Ya, benar! Kakek harus tegar, temukan pembunuh itu dan menegakkan keadilan untuk Tuan Anjing!"Satu per satu dari anggota Keluarga Basagita mulai buka suara membujuk Tuan Besar Basagita.Wulan yang tersadar dari lamunannya juga buka mulut. Dia langsung mengatakan ingin menemukan pembunuh itu.Saat berbicara, dia melirik Ardika dengan sorot mata tajam sekilas.Makin dibujuk, amarah Tuan Besar Basagita makin bergejolak.Dia mengetuk lantai dengan tongkatnya dengan keras, lalu berteriak dengan marah, "Di mana Jacky sekeluarga? Sudah datang belum?!""Kalau sudah datang, keluarlah!"Saat ini, anggota Keluarga Basagita juga terkejut setengah mati menghadapi ledakan amarah Tuan Besar Basagita.Mereka tidak pernah melihatnya semarah ini."Ayah ... kami sudah datang."Jacky yang duduk di kursi roda terpaksa meminta Desi untuk m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1896 Sama Seperti Haron

    Ardika teringat akan kematian Haron, situasi sekarang juga sama seperti situasi kala itu.Sangat jelas, ada orang yang bersembunyi di belakang layar dan menargetkan dirinya!Tak lama kemudian, Jacky dan Desi juga terbangun.Tanpa banyak bicara lagi, tidak sempat beres-beres, satu keluarga itu bergegas pergi ke rumah duka.Subuh-subuh begini, suasana di rumah duka malah sangat ramai.Saat Ardika sekeluarga tiba di lokasi, terlihat ada banyak orang yang bergegas datang untuk memberi penghormatan terakhir di luar rumah duka tersebut.Tuan Anjing adalah ahli bela diri yang dipekerjakan secara khusus oleh Keluarga Basuki Kota Gamiga, bagi pihak-pihak di Kota Banyuli, status dan kedudukannya sangat terhormat.Tentu saja, di antara orang-orang itu juga ada banyak orang yang menggunakan alasan memberi penghormatan untuk datang mencari informasi.Hingga kini, berbagai pihak Kota Banyuli masih merasa trauma setelah menghadapi dua kali kegemparan yang dipicu oleh kematian Haron.Tuan Anjing beras

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1895 Firasat Buruk Menjadi Kenyataan

    Tak lama kemudian, Levin sudah datang dengan membawa orang-orangnya.Tanpa butuh waktu lama, kekacauan di dalam vila sudah dibereskan, bahkan batu bata yang hancur juga sudah diperbaiki. Kemudian, mereka pun pergi dengan membawa jasad ketiga ekor anjing tersebut.Menghadapi Tuan Muda Kedua Keluarga Septio yang tidak menjalankan perannya sebagai tuan muda keluarga kaya dengan baik, melainkan hanyut dalam dunia preman, bahkan dengan senang hati menjadi anak buah Ardika ini, Luna sekeluarga sudah terbiasa.Melihat ruang tamu sudah tertata rapi seperti semula, satu keluarga itu masih sedikit linglung.Mereka merasakan apa yang barusan terjadi seperti mimpi."Wah! Kak Ardika, kamu benar-benar luar biasa!"Sementara itu, saat ini Futari tiba-tiba menerjang ke hadapan Ardika dengan senang, lalu merangkul lengan kakak iparnya itu sambil melompat dan bersorak gembira.Mencium aroma khas gadis muda itu, Ardika merasa sedikit tidak nyaman.Dia berniat untuk menjauh dari Futari, tetapi gadis muda

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1894 Kamu Merangkak Keluar Saja

    "Kak Ardika, walau si tua bangka ini sangat menyebalkan, kamu juga sudah menghajarnya sampai begitu menyedihkan. Tentu saja, menurutku dia bisa sedikit lebih menyedihkan lagi. Daripada menginjaknya sampai mati, biarkan dia hidup pasti lebih membuatnya menderita ...."Futari, Handoko dan Hariyo juga ikut membujuk kakak ipar mereka.Sejujurnya, sebagai keluarga, mereka juga sangat terkejut menyaksikan sisi kejam yang ditunjukkan oleh Ardika.Walaupun mereka tahu Ardika marah karena mereka ditindas, tetapi mereka tetap saja merasa sedikit gugup.Karena itulah, saat mereka membujuknya, mereka juga berbicara dengan lembut, takut merangsang kakak ipar mereka itu.Namun, hal yang tidak mereka ketahui adalah sejak awal Ardika tetap bersikap tenang, sama sekali tidak merasakan gejolak emosi apa pun.Kalau tidak, saat tamparan pertamanya saja, Tuan Anjing pasti sudah dipukul mati olehnya."Bawa majikan kalian dan enyahlah dari sini!"Ardika langsung menendang Tuan Anjing.Mendengar ucapan ini, t

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1893 Penindasan

    "Ahhh, bajingan kecil ...."Sambil muntah darah, Tuan Anjing berteriak dengan suara keras. Dia sudah hampir menggila.Dia tidak pernah ditindas seperti ini seumur hidupnya."Baru dua tamparan saja, kamu sudah nggak tahan?""Ini baru permulaan."Seulas senyum dingin sekaligus kejam menghiasi wajah Ardika ketika dia mengangkat kakinya dan menginjak pergelangan tangan Tuan Anjing."Krak ...."Terdengar suara patah tulang yang menakutkan.Pergelangan tangan Tuan Anjing langsung diinjak oleh Ardika hingga hancur berkeping-keping."Ya, aku memukulmu, memangnya kenapa?""Krak ....""Kamu memelihara beberapa ekor anjing ganas untuk menakut-nakuti siapa?""Krak ....""Menekan istriku dengan aturan Keluarga Basuki Kota Gamiga? Memangnya kamu pikir kamu siapa?""Krak ....""Siapa yang memberimu keberanian untuk mematahkan kedua kakinya?""Krak ....""Futari adalah adik iparku, berani-beraninya kamu menamparnya!""Krak ....""Kamu adalah pelayan Keluarga Basuki Kota Gamiga, berani-beraninya kamu i

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1892 Hotpot Daging Anjing

    "Hana!"Tuan Anjing berteriak dengan tidak percaya. Dia tidak menyangka anjing kesayangan yang telah dilatihnya selama bertahun-tahun itu, telah dipukul mati oleh Ardika hanya dengan satu tamparan."Dasar bajingan sialan! Aku ingin membunuhmu!""Dul, Set, gigit dia sampai mati!"Sambil memberi perintah kepada dua ekor Raja Anjing yang tersisa, Tuan Anjing menerjang ke arah Ardika sambil berteriak dengan suara melengking."Plak!""Plak!"Menghadapi Dul dan Set yang menerjang ke arahnya, Ardika tetap melayangkan dua tamparan saja. Saat itu juga, dua ekor anjing tersebut pun terpental.Kemudian, tanpa memberi waktu kepada Tuan Anjing untuk bereaksi, Ardika langsung menerjang ke depan.Detik berikutnya, dia sudah muncul di hadapan pria itu, melayangkan sebuah tamparan dengan kekuatan luar biasa ke arah lawannya itu."Plak!"Tuan Anjing mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, lalu seperti dua ekor anjing kesayangannya itu, dia juga terpental sambil muntah darah, bahkan memecahkan beberapa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1891 Ingin Makan Daging Anjing

    Terlebih lagi, tiga ekor anjing yang dipelihara oleh Tuan Anjing juga bukan merupakan anjing ganas biasa.Masing-masing dari ketiga ekor anjing tersebut adalah Raja Anjing yang pernah memenangkan lebih dari seratus pertandingan anjing dunia preman Kota Gamiga.Merupakan makhluk ganas yang luar biasa!Pertandingan anjing dunia preman Kota Gamiga sangatlah kejam dan dipenuhi dengan pertumpahan darah."Bocah, kamu sama sekali nggak tahu, seberapa menakutkan Raja Anjing yang mampu bertahan hidup setelah menjalani seratus pertandingan anjing dunia preman!"Tiga orang pelayan anjing itu menatap Ardika seakan-akan Ardika sudah dicabik-cabik dan hancur berkeping-keping.Karena bagi mereka, Ardika akan berakhir seperti itu sebentar lagi.Sementara itu, mendengar ucapan ini, tubuh Luna dan yang lainnya gemetaran sejenak.Desi juga berteriak dengan ekspresi pucat pasi, "Ardika, jangan berlagak hebat! Menyulut amarah Tuan Anjing, apa kamu ingin mencelakai kami semua?!""Ckckck, Ardika, ibu mertuam

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1890 Merangkak Keluar dari Sini

    Siapa sangka ternyata ketiga orang pelayan anjing itu juga merupakan ahli bela diri.Dalam sekejap, mereka sudah menerjang ke hadapan Luna. Saking cepatnya pergerakan mereka, Desi dan yang lainnya tidak sempat bereaksi.Luna sendiri juga memejamkan matanya saking ketakutannya.Walaupun sikapnya sangat tegas, tetapi saat menghadapi situasi seperti ini, hanya tersisa ketakutan yang menyelimuti hatinya."Bam!"Tepat pada saat ini, sosok bayangan seseorang tiba-tiba muncul di hadapannya, lalu mengangkat satu kaki dan melayangkan tendangan ke arah pelayan anjing yang menerjang di paling depan itu. Dengan darah muncrat dari mulutnya, tubuh pelayan anjing itu terpental."Ardika!"Wulan meneriakkan nama Ardika dengan kesal, dia memelototi pria itu dengan penuh kebencian.Begitu mendengar teriakan ini, secara refleks Luna membuka matanya.Saat dia melihat sosok bayangan familier yang berdiri di depannya dan melindungi dirinya itu, matanya langsung memerah.Tidak peduli kapan pun dan seberapa be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status