Walaupun Ardika tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh komplotan Gileot, tetapi indranya yang tajam bisa merasakan mereka berniat jahat.Selain itu, orang yang mereka targetkan adalah Luna.Hal ini membuat sorot mata Ardika berubah menjadi agak dingin, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Jangan beromong kosong lagi, langsung mulai saja."Diam-diam, Gileot dan tiga orang rekannya tertawa dingin.'Kamu sangat ingin mencelakai istrimu sendiri, ya? Oke, kami kabulkan keinginanmu.' pikir keempat preman tersebut.Pelayan mengantarkan satu kotak minuman beralkohol ke dalam ruangan.Sesi minum-minum resmi dimulai."Ardika, aku nggak perlu banyak beromong kosong tentang peraturan lagi, 'kan? Ayo, minum dulu satu ronde! Aku akan menuangkan untukmu!"Gileot melangkah maju, lalu langsung menuangkan segelas penuh minuman beralkohol itu ke dalam gelas Ardika.Tanpa mengedipkan matanya sama sekali, Ardika langsung mengangkat gelasnya dan berkata, "Kalian adalah tamu, sebagai tuan rumah, aku
Sebaliknya, mata Gileot dan yang lainnya sudah memerah, wajah mereka lebih parah lagi, sudah seperti terbakar.Walaupun mereka juga sudah berpengalaman dalam hal minum-minum dan masih bisa bertahan saat ini, tetapi mereka benar-benar terkejut melihat kemampuan minum Ardika.Biarpun tidak mabuk, kalau sudah meneguk racun sebanyak itu, saat ini juga pasti sudah merasakan reaksi dalam tubuh.Namun, Ardika tampak baik-baik saja, seperti hanya meneguk air putih.Kalau bukan karena Ardika meminum minuman yang sama dengan mereka, mereka sudah mulai curiga apakah Ardika melakukan kecurangan dengan mengganti minuman keras menjadi air putih untuk diminum.Namun, saat ini sekotak minuman beralkohol itu juga sudah habis mereka minum."Ardika, bagaimana kalau kamu beristirahat sejenak? Kami akan menunggumu," kata Gileot sambil bertopang pada meja dengan telapak tangannya.Sebenarnya, dia sudah merasa sedikit tidak tahan. Namun, karena dirangsang oleh Ardika dan didorong oleh keinginan yang kuat unt
Apa pun yang terjadi, mereka hanya bisa memaksakan diri untuk bertahan.Bagaimana kalau sebenarnya Ardika sendiri juga sudah tidak kuat lagi, melainkan hanya masih memaksakan diri untuk bertahan sekarang?Intinya, selama mereka memaksakan diri untuk bertahan, mereka pasti ada kesempatan."Pak Gileot, kalau kamu berbicara seperti itu, aku sudah tenang. Kalau begitu, ayo lanjut minum!"Ardika menuangkan segelas penuh minuman beralkohol itu ke dalam gelas Gileot."Ayo, aku bersulang untuk Pak Gileot!"Dengan diselimuti perasaan getir, Gileot buru-buru berkata, "Beristirahatlah sejenak. Ardika, kita nggak sedang mengejar waktu, apa nggak bisa minum pelan-pelan saja?"Dia merasakan lambungnya sudah bergejolak hebat. Dia takut begitu dia meneguk segelas ini, sekujur tubuhnya akan meledak. Jadi, dia ingin beristirahat sejenak sebelum lanjut lagi."Pak Gileot, kalau kamu sudah lelah, aku sendiri yang akan menyuapimu."Sambil tersenyum, Ardika mengangkat gelas itu, lalu mengulurkan satu lengann
Dua menit kemudian, Gileot dan tiga orang rekannya sudah diseret berlutut di hadapan Ardika.Saat ini, sekujur tubuh mereka terasa lemas. Kalau bukan karena rambut mereka dijambak, mereka bahkan tidak bisa berlutut dengan stabil."So ... Sobat ... Ardika ... kami bersalah ... jangan pukul lagi ...."Gileot memaksakan diri untuk membuka sebelah matanya yang sudah memar itu untuk melihat Ardika. Saat dia berbicara, kelopak matanya tampak melompat-lompat."Di mana letak kesalahan kalian?"Ardika sedang meminum sebotol yogurt untuk meredakan efek alkohol. Dia mengajukan satu pertanyaan itu tanpa ekspresi."Ka ... kami seharusnya nggak memprovokasi Bu Luna ... nggak bertanding minum-minum denganmu," kata Gileot dengan lemah.Ardika melirik Levin. Levin langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Gileot. "Kalau nggak mau mati, patuh sedikit. Katakan, siapa yang mengirim kalian kemari?!"Wajah Gileot sudah mati rasa, dia sama sekali tidak merasakan sakit lagi.Namun, ekspresi galak Levin teta
"Ka ... kalau begitu, setelah kami melakukannya, apakah Tuan Ardika bisa mengantar kami keluar dari Kota Banyuli, ke sebuah tempat di mana nggak ada seorang pun yang bisa menemukan kami?!"Gileot menatap Ardika dengan tatapan penuh permohonan.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalian nggak berhak mengajukan permintaan."Dengan tindakan beberapa orang ini, dia tidak menghabisi mereka saja, sudah termasuk sangat berbesar hati."Baik, aku setuju, aku setuju ...."Gileot terduduk di lantai, ekspresinya tampak pucat pasi.Menyetujui permintaan Ardika, paling tidak mereka masih punya kesempatan untuk melarikan diri.Ardika beranjak bangkit, lalu melambaikan tangannya pada Levin dan berkata, "Kamu atur saja.""Oke!"Ardika langsung pergi, dia tidak berminat untuk menyaksikan pemandangan menjijikkan itu.Malam itu juga, Ardika menerima sebuah video dari Levin.Dia hanya melirik ekspresi kesakitan Zilwar di sampul video tersebut, lalu langsung menyimpan ponselnya. Dia bahkan tidak be
Jangankan beberapa hari lagi, dia bahkan tidak tahan membiarkan Gileot dan beberapa orang rekannya itu hidup selama dua puluh empat jam lagi.Anak buahnya itu buru-buru berkata, "Tentara Bayaran Lane juga berbisnis di Negara Nusantara. Salah satu dari rekan tentaraku bernama Charles. Belakangan ini dia berada di Provinsi Denpapan. Dia bahkan menghubungiku dan mengatakan setelah tugasnya selesai, akan datang mencariku untuk minum-minum bersama.""Kalau begitu, cepat hubungi dia!"Zilwar melontarkan satu kalimat itu dengan tidak sabar.Charles bukan hanya berada di Provinsi Denpapan, saat ini pria itu bahkan berada di Kota Banyuli.Jadi, setelah dihubungi oleh anak buah Zilwar, tidak butuh waktu lama bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan bersama."Oke, minta anak buah mereka untuk menanyakan pada beberapa orang bajingan itu siapa yang memberi mereka instruksi sebelum menghabisi mereka."Zilwar masih telungkup di atas tempat tidur, ekspresinya tampak sangat muram.Saat ini, di
Harus Tisya akui, ucapan Charles sangat masuk akal.Namun, Ardika tidak berencana menargetkannya, dia malah tidak berencana untuk melepaskan pemuda itu.Selama ini, dia berpikir untuk menghabisi Ardika setiap saat.Dia mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya, "Charles, bagaimana hasil diskusimu dengan petinggi Perusahaan Lane?"Setelah Chamir yang membawa anggota Organisasi Snakei untuk melakukan operasi penargetan Ardika gagal, Tisya hanya bisa menaruh harapannya pada Tentara Bayaran Lane.Dia terus meminta Charles untuk menghubungi mereka, berharap mereka mengirim anggota yang lebih kuat lagi untuk menghadapi Ardika."Nyonya, sebelumnya kantor pusat perusahaan terus membuat perhitungan mengenai kekuatan Ardika. Hari ini, aku baru mendapatkan jawaban dari mereka. Mereka sudah setuju untuk mengirim anggota yang lebih kuat kemari."Charles mengangguk, lalu berkata, "Tapi, seharusnya Nyonya juga tahu, kalau kantor pusat perusahaan mengirim anggota kemari, biayanya sangatlah tinggi."D
"Zilwar!"Ekspresi Luna sedikit berubah.Tentu saja dia mengenal orang ini.Sebelumnya, orang ini pernah ditangkap oleh kantor polisi pusat Kota Banyuli selama beberapa waktu. Karena hal ini pula, Keluarga Mahasura terus memberi tekanan, memaksa Ardika untuk pergi ke kantor polisi pusat, meminta mereka untuk membebaskan Zilwar.Keluarga Mahasura bahkan mengundang Leon, pamannya, untuk menjadi membantu membicarakan hal ini.Hanya saja, sejak Zilwar dipulangkan dalam kondisi patah kaki, tidak ada lagi kabar mengenai Keluarga Mahasura di Kota Banyuli cukup lama.Bahkan Perusahaan Investasi Mahasura juga tidak menonjolkan diri lagi.Hari ini Zilwar datang mencarinya, pasti atas niat jahat.Namun, Luna sangat cerdas. Dia langsung menyadari sesuatu."Zilwar, kemarin kamu yang mengirim sekelompok orang Grup Fermoso itu, 'kan?"Luna menatap Zilwar dengan dingin dan berkata, "Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?""Sepertinya Kak Luna cukup cerdas. Kalau begitu, aku nggak perlu berbicara panj
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,
"Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!
Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar
Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi
"Seharusnya Tuan Ardika juga tahu, bukan Negara Enggrim saja yang melakukan hal seperti ini ...."Harrison mengamati ekspresi Ardika dengan hati-hati, mencoba untuk membela diri.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Tapi Andrew meminta mereka untuk mematahkan lengan dan kakiku, lalu menghabisiku.""Karena mereka adalah anggota luar departemen luar negeri Negara Enggrim, kalau begitu bukankah aku boleh menganggap hal ini sebagai bentuk provokasi Negara Enggrim terhadapku?"Begitu mendengar ucapan Ardika, saking ketakutannya Harrison segera bersujud tanpa henti di hadapan Ardika."Tuan Ardika, Tuan salah paham! Negara Enggrim sama sekali nggak bermaksud seperti itu! Tuan nggak perlu ragu, negara kami nggak mungkin bermaksud seperti itu!""Pasti ada orang-orang tertentu yang mencoba untuk merusak hubungan antara kita, kami sama sekali nggak bermaksud nggak hormat pada Tuan!"Semua orang di dalam ruangan tersebut menyaksikan pemandangan ini dengan tercengang.Sebenarnya siapa Ardika? Bisa-b
Harrison mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Andrew, saat itu juga dia melihat Ardika.Ekspresinya langsung berubah drastis, sekujur tubuhnya mulai gemetaran.Walaupun dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi hal ini, tetapi begitu mendengar Andrew mengatakan ingin menghabisi Ardika, perasaan ketakutan langsung menyelimuti hatinya."Diam!"Harrison melangkah maju satu langkah, melayangkan satu tendangan ke dada Andrew.Andrew berteriak kesakitan. Saking kesakitannya, tubuhnya meringkuk, dia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi."Brak ...."Kemudian, di bawah tatapan terkejut semua orang, Harrison berlutut di lantai."Tuan Ardika, aku sudah datang dalam sepuluh menit! Silakan beri instruksi!"Kemudian, dalam posisi bersujud, Harrison merangkak menghampiri Ardika, lalu mengucapkan kalimat itu dengan sangat merendah.Menyaksikan pemandangan itu, semua orang langsung tersentak.Selain Luna yang sudah pernah menyaksikan adegan yang sama, saat ini bahkan Felda yang m
Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika langsung memutuskan panggilan telepon.Orang-orang lainnya tidak bisa mendengar suara Harrison di ujung telepon sana, mereka tidak tahu bagaimana sikap sang Konsul Jenderal terhadap Ardika.Mereka hanya mendengar Ardika mengucapkan beberapa patah kata dengan santai, lalu langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Terlebih lagi, jelas-jelas Ardika memerintahkan Harrison untuk kemari, tentu saja hal ini membuat mereka semua tercengang.Memerintahkan Konsul Jenderal Negara Enggrim yang bertugas di Provinsi Denpapan untuk kemari?Apa mereka salah dengar?Atau bocah ini benar-benar sudah gila?Andrew memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, berani-beraninya kamu memerintahkan Pak Harrison untuk kemari! Tamat sudah riwayatmu!""Apa kamu tahu sebelum dia menjadi seorang konsul, dulu dia adalah salah seorang prajurit yang paling terkenal di Negara Enggrim?""Berani-beraninya kamu menghinanya seperti itu! Dia p
Ekspresi Luna juga sedikit pucat, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan dingin, "Memangnya kalau suamiku nggak memperlakukan mereka seperti itu, Grup Kamel akan melepaskan kami?"Melihat Andrew begitu menyedihkan, dia merasa ketakutan sekaligus puas."Eh ... ini ...."Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Apa maksud Luna, dia ingin hancur bersama?"Bam!"Tepat pada saat ini, Ardika mengambil sebotol anggur, lalu menggunakan botol anggur itu untuk memukuli kepala Andrew tanpa ragu.Saat itu juga, botol anggur pecah, kepala Andrew juga berdarah. Dia merasa kesakitan setengah mati.Ardika melirik Piom dan Lando dengan sorot mata dingin. "Kalau kalian mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, aku akan menghantam kepalanya dengan satu botol anggur.""Kamu!"Piom membuka mulutnya, tetapi segera menutup mulutnya.Dia takut Ardika benar-benar memukuli Andrew sampai mati. Saat itu tiba, dia juga akan ikut terseret dalam masalah.Orang-orang lainnya juga tidak