Home / Romansa / Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan / Bab 5. Pekerjaan di luar kota.

Share

Bab 5. Pekerjaan di luar kota.

Author: Any Anthika
last update Last Updated: 2024-04-24 14:47:49

“Kamu kerja apa sih sebenarnya?” tanya Mia.

Gara tersenyum mendengar pertanyaan istrinya, lalu dia menjawab dengan tenang. “Kalau aku tidak punya pekerjaan tetap, apa kamu khawatir akan hidup menderita denganku?”

“Eh, bukan. Aku cuma penasaran. Tapi tidak masalah. Semua orang punya rezeki masing-masing. Kenapa harus khawatir?”

Gara melihat Mia lebih dekat, dia membelai wajah Mia polos itu dengan begitu lembut.

“Itu benar. Tapi kamu jangan khawatir, aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi. Aku janji padamu.”

Mia tersenyum, dia semakin merasa bahagia mendengarnya. Lalu mereka berangkat tidur.

Pagi ini, Mia bangun lebih terlambat dari biasanya. Tadi dia merasa sakit kepala dan Gara menyuruhnya untuk tidak bangun. Gara menggantikan pekerjaannya untuk membereskan rumah.

Saat Mia turun, dia melihat Gara sedang bersama ayahnya. Ada sebuah amplop di tangan ayahnya. Entah amplop apa itu, tapi sepertinya mereka baru saja berbicara serius.

Mendengar suara langkah kakinya mendekat, Gara menoleh dan segera menghampirinya.

“Mia, hari ini aku ada pekerjaan diluar kota. Bisa jadi aku akan menginap. Tapi aku usahakan cepat beres agar bisa pulang. Tidak apa-apa, kan?”

Pekerjaan diluar kota? Memang bekerja kuli bisa sampai ke luar kota? Mendadak Mia memikirkan hal itu.

Tapi Mia tidak enak untuk bertanya, dia mengangguk saja. “Tidak apa-apa. Kalau begitu, kamu sarapan dulu ya?”

“Aku buru-buru dan sedang ditunggu. Jangan khawatir, aku bisa sarapan di jalan saja.”

Gara mencium kening Mia dan berkata lembut, “Aku menyayangimu. Jaga diri baik-baik dirumah. Tunggu aku pulang ya?”

Mia tersipu malu. Selama menikah, baru kali ini Gara berkata demikian padanya. Mia hanya mengangguk.

“Oh iya. Aku menaruh uang dibawah bantalku. Berikan sebagian pada ibu untuk belanja dapur, sisanya untuk keperluan kamu.”

“Eh iya, terima kasih”

Gara mengangguk dan melangkah keluar, Mia mengantar sampai ke depan.

Seperti biasanya , Gara akan menggunakan motor butut miliknya yang ia parkir di samping mobil mewah milik Farhan.

Saat ini kebetulan Farhan juga keluar untuk bekerja di antar oleh istrinya.

Melihat Gara mengambil motor, Silvia berkata dengan nada cukup keras. “Heh, awas motor butut kamu mengenai mobil suamiku! Kalau sampai lecet, kamu tidak akan bisa mengganti rugi!”

Gara tidak menjawab, segera mendorong motornya ke belakang, dengan sabar menunggu Farhan mengeluarkan mobilnya terlebih dahulu.

Setelah mobil kakak ipar Mia itu pergi, Gara menghidupkan motornya, dia menoleh dulu pada Mia yang menunggu untuk melambaikan tangan.

Silvia kembali berkata lagi dengan suara keras. "Cepat pergi! Suara Motor butut kamu itu bisa merusak pendengaranku. Belum lagi asapnya, bisa membuat paru-paru sakit!”

Suara motor Gara memang sangat berisik. Belum lagi asap knalpotnya yang keluar sangat banyak dan hitam. Mungkin karena sudah lama tidak diganti oli.

“Sudah, cepat berangkat. Hati-hati dijalan.” Mia berkata pada Gara , dia benar-benar tidak enak dengan ucapan kasar kakaknya.

Setelah melihat suaminya pergi, dia kembali ke dalam.

“Mia, kamu bantu ibu bikin kue untuk acara Dinda. Biar tidak terlalu banyak pengeluaran.” Rita berkata pada Mia.

Acara pernikahan Dinda memang akan digelar Minggu besok, jadi hari ini mereka sudah sibuk menyiapkan segala sesuatunya.

"Aku mau mencuci baju suamiku dulu, Bu. Suruh kak Silvia dulu yang bantu, sepertinya dia sedang menganggur." Mia menjawab Karena melihat Silvia sedang duduk saja sampai bermain ponsel.

Mendengar Mia berkata seperti itu, Silvia marah. “Aku bukan menganggur, sedang memilih dekorasi untuk pelaminan Dinda. Kamu saja yang membantu ibu. Mencuci baju nanti sore saja, kan?”

“Nggak bisa. Baju suamiku cuma sedikit. Kalau dicuci nanti sore, dia tidak akan punya ganti.”

“Ya ampun, Mia! Kenapa suamimu bisa semiskin itu sih? Bukannya bisa menyenangkan kamu, malah merepotkan saja. Benar-benar deh nasib kamu itu, sangat tidak beruntung mendapatkan suami.” Sindir Silvia.

Mia tidak ingin memperdulikan sindiran kakaknya, dia memilih cepat pergi sana untuk mencuci pakaian Gara.

Setelah selesai, Mia merasa lapar. Tapi baru saja dia membuka tudung saji, ibu menepis tangannya dengan kasar.

“Kamu mau apa?”

“Sarapan, Bu. Aku sudah lapar.”

“Tidak bisa! Kamu belum bekerja, tidak ada makanan untuk kamu.”

"Bu, aku sedang tidak enak badan. Tapi tadi pagi sebelum berangkat, suamiku sudah menyapu dan mengepel lantai untuk menggantikan pekerjaanku.”

“Itu Gara! Pokoknya, kamu bantu ibu dulu baru makan! Kalau kamu nggak mau, jangan makan masakan ini!"

Hati Mia merasa sangat sakit mendengar perkataan ibunya.

Ibunya memang seperti itu dari dulu, tidak pernah sedikitpun lembut atau memberi perhatian padanya.

Dia berpikir setelah menikah, ibunya akan berubah. Apalagi Gara sudah memberi patungan biaya hidup di rumah ini, juga untuk pengobatan rutin ayahnya.

Kadang Mia berpikir kalau dia bukan anak yang dilahirkan wanita ini. Dia dibedakan. Ibu sangat menyayangi Kakak dan adiknya tapi tidak menyayanginya.

Mia terdiam.

"Kenapa? Nggak punya uang, kan? Makanya, kalau mau kenyang jangan membantah!" Seru Ibu.

"Jelas dia tidak punya uang, Bu .Suaminya saja pekerjaannya tidak jelas! Mana bisa memberinya uang untuk makan?” Sindir Silvia.

Mia merasa dadanya begitu sesak. Dia hampir menangis. Kemudian memilih pergi ke kamar meninggalkan mereka yang terus menghinanya.

Mia menangis di kamar. Kenapa ibunya sangat tidak menyukainya. Sebenarnya, apa salahnya?

Apa karena suaminya miskin? Tidak seperti suami Silvia yang bekerja di kantoran? Bukan seperti Calon suami Dinda yang seorang Pengusaha?

Kadang kala, Mia ingin mengajak Gara untuk keluar dari rumah ini. Tapi dia takut Gara tidak memiliki uang untuk menyewa rumah kontrakan.

Mia termenung, mengusap perutnya yang terasa perih.

Dia teringat sesuatu, lalu segera membuka bantal yang biasa untuk tidur suaminya.

Ada sebuah amplop coklat disana. Mia mengambil dan membukanya.

Mia terkejut saat menghitungnya jumlah uang di dalamnya.

Ini banyak sekali?

Mia sampai berkali-kali menghitungnya. Ada Lima juta.

Dia belum pernah memegang uang sebanyak ini selama hidupnya.

Mia langsung banyak pikiran. Dia cepat mencari ponselnya.

“Aduh, mana ponsel?” Dia kebingungan. Lalu menepuk keningnya sendiri. Ponsel ada disamping dia duduk, tapi dia sudah mencari kemana-mana.

Awalnya dia ingin menghubungi suaminya, tapi dia melihat ada pesan chat dari Gara.

"Uang itu untuk kamu belanja, Mia. Jangan ditabung.”

Mia tersenyum membaca pesan itu. Kebiasaan Gara memang selalu begitu. Setiap memberinya uang mengingatkan untuk jangan menabungnya.

Gara selalu mengatakannya jika uang itu khusus untuk dirinya, masalah menabung itu sudah menjadi urusannya. Mia tidak boleh khawatir.

Mia masih memegang erat uang itu, dia teringat perkataan ibunya yang meminta semua orang dalam rumah ini patungan untuk pesta Dinda. Jika dia tidak bisa memberi uang patungan, Mia khawatir ibu akan semakin menghina suaminya.

Dia langsung membalas pesan suaminya.

“Ibu kan meminta kita untuk patungan, uang ini aku berikan ibu saja ya?”

Tidak lama kemudian ada balasan dari Gara. “Tadi, aku sudah memberi uang patungan pada Ayah. Uang itu untuk kamu saja, untuk beli makanan atau jajan. Baju untuk pesta dan perhiasan nanti kita beli setelah aku pulang. Uangnya sudah ada padaku. Jangan khawatir.”

Hah! Apa? Mia terkejut lagi.

“Gara sudah memberi uang patungan? Uang ini untuk aku? Terus, Gara nanti mau membeli baju pesta dan perhiasan?”

Yang benar saja?

Pikiran Mia langsung linglung. Dari mana suaminya mempunyai uang sebanyak itu?

Apa dia habis gajian?

“Oh! Mungkin saja seperti itu.”

Tapi, ada yang tidak masuk akal.

Mia mencoba menghitung perkiraan uang yang dimiliki suaminya saat ini. Lima juta di tangannya, lima juta di tangan ayahnya. Lalu yang saat ini ada ditangan Gara?

Apa mungkin gaji suaminya lebih dari perkiraannya?

Mia merasa pusing karena kebanyakan menebak, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Notifikasi pesan dari Gara kembali masuk. Beberapa foto baju pesta dan perhiasan emas berlian dikirim oleh Gara.

“Mia, kamu pilih yang mana?”

Apa? Suaminya mau membeli baju pesta dan perhiasan semahal itu?

Mia segara mengetik balasan, “Kamu mau beli itu? Itu sangat mahal harganya.”

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Ayira Wibowo
Suami idaman, meski kaya tp gk manja
goodnovel comment avatar
Sofiz Sofia
nak sabar aku
goodnovel comment avatar
Helionor Ngambut
ceritanya bagus, memang di dunia nyata kasang memang ada ibu yg materialis
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 6. Sedang di kantor Bos?

    Sambil menunggu balasan dari Gara, Mia turun menemui ibunya. Dia meletakan uang satu juta di atas meja. “Ini untuk ibu belanja keperluan dapur.” Hanya berkata seperti itu saja lalu dia membalikkan badannya dan melangkah pergi.Kedua mata Rita melebar melihat uang, kemudian dengan cepat mengambilnya. “Coba kamu pengertian seperti ini setiap hari, tidak harus kena marah dulu baru keluar uangnya.” Silvia melihat, dia mendekat dan berkomentar, “Tumben Mia punya uang.”“Mungkin saja suaminya baru dapat gajian. Biarkan saja, yang penting mereka bisa membantu kebutuhan dapur. Bukan hanya makan dan minum gratis, bisanya.”Mia masih mendengar ucapan mereka, dia hanya menggelengkan kepalanya.Sebenarnya beberapa hari yang lalu suaminya juga sudah memberi uang patungan, tapi itu sepertinya tidak dihitung oleh ibunya.Padahal Silvia hanya akan memberi uang patungan belanja satu bulan sekali setelah suaminya gajian, sementara Dinda selama ini malah tidak pernah memberi uang patungan.Tapi menur

    Last Updated : 2024-04-26
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 7. Siapapun kamu, aku mencintaimu.

    Hal itu seperti tidak masuk akal bagi Mia. Dia membolak-balikkan tubuhnya di atas tempat tidur. Banyak sekali pertanyaan dan rasa penasaran yang sekarang muncul dalam pikirannya mengenai siapa sebenarnya suaminya itu. Karena lelah menebak, akhirnya Mia tertidur sampai sore hari.Dia melonjak kaget saat mendengar suara ibunya berteriak memanggil.“Mia, cepat turun dan bantu ibu?” Ibunya mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.Saat ini Mia tidak ingin memperdulikan dulu, dia tidak membukakan pintu dan membiarkan ibunya memanggil dan terus mengetuk pintu sampai tidak terdengar lagi suara ibunya. Mia bangun dan pergi ke kamar mandi. Selesai mandi dan membereskan wajah, suara ketukan pintu terdengar lagi.Mia merasa kesal sekarang. Kenapa tidak membiarkan dia tenang dalam sehari saja?"Ada apalagi sih, Bu? Biarkan aku istirahat sehari ini, saja!” Mia berkata demikian sambil membuka pintu.“Gara?” Mia tercengang. Ternyata yang datang adalah suaminya. Pria itu tersenyum dengan hangat padan

    Last Updated : 2024-04-26
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 8. Tidak boleh hamil dulu.

    "Aku ini anak bungsu. Sudah seharusnya hari pernikahanku diistimewakan! Aku tidak mau seperti kamu, yang menikah secara diam-diam dan tidak ada pesta sedikitpun! Lagian, calon suamiku itu seorang pengusaha. Bagaimana mungkin kalau pestanya hanya apa adanya saja?” Rita juga merasa kesal dengan Mia dan ikut berkata, “Benar apa yang dikatakan Dinda. Kita akan malu jika tidak ada pesta besar ibu pernikahan Dinda dengan seorang pengusaha. Harusnya kamu itu sebagai kakaknya ikut mendukung! Bukan malah bicara seperti itu!"Wibowo merasa pusing mendengar mereka berdebat, lalu segera angkat bicara. "Sebenarnya aku setuju dengan pendapat Mia. Daripada kita memaksakan diri, sampai berhutang kesana-kemari, malah pusing untuk membayar hutang setelah pesta. Lebih baik apa adanya saja. Modal yang ada, bisa untuk modal rumah tangga kalian nanti."Mendengar suaminya mendukung pendapat Mia, Rita tidak terima."Bapak diam saja! Tidak usah ikut campur. Yang memikirkan semua biaya itu kami, bukan bapak

    Last Updated : 2024-04-26
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 9. Bawa saja aku pergi.

    "Tidak! Pokoknya kamu tidak boleh hamil! Hidup masih serba susah, mau punya anak! Kemana kamu akan membawa hidup kamu nanti hah! Suruh suami kamu kerja yang benar dulu, baru punya!" Bentak Rita, dia benar-benar marah dan tidak ingin Mia hamil dulu. Dia khawatir itu akan semakin menyusahkan dan menambah beban keluarga saja."Hamil itu rezeki dari Tuhan, Bu. Tidak mungkin untuk ditolak. Ibu tidak bisa melarangku kalau aku memang hamil!" Bantah Mia.Air matanya sudah mengalir, dia benar-benar tidak tahan dengan sikap ibu padanya."Kamu ini ya, kalau orang tua bicara jangan membantah! Hidup kita ini sudah susah! Jangan ditambah susah dengan adanya anak kalian, nanti!"Mia terkejut melihat tangan ibunya yang sudah terangkat dan melayang ke arahnya."Cukup!" Gara tiba-tiba menangkap tangan Rita dan mendorong tubuhnya dengan kasar sampai Rita mundur beberapa langkah ke belakang.Gara menarik tubuh Mia dan membawanya dalam pelukannya. Mia dapat melihat kalau sorot mata Gara berubah mengerikan

    Last Updated : 2024-04-27
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 10. Kenapa dia memanggilmu, Tuan?

    Mia sebenarnya ingin tertawa, bisa-bisanya suaminya ini malah bercanda saat darurat seperti ini. Tapi dia paham jika Gara sedang marah. Mia tidak ingin menambah kekacauan hati Gara, jadi dia mengiyakan saja. Mia hanya meraih Ponsel dan dompetnya karena teringat masih ada sisa uang cukup lumayan dari pemberian Gara tadi pagi.Sebelum melangkah, Mia sempat meraih satu bantal. Dia berpikir jika bantal itu bisa berguna untuk mereka. Tapi Gara merebutnya dan melemparnya sembarangan."Sudah kukatakan, jangan bawa apapun!""Hehe. Kalau begitu Selimut saja ya. Biar nanti kita tidak kedinginan jika ada dibawah kolong jembatan."Gara menggeleng, lalu menarik tangannya. "Ayo!"Mereka melangkah keluar tanpa membawa apapun dari rumah ini. Mia hanya bisa memasrahkan diri saja. Dia mencoba mempercayakan semuanya pada suaminya.Mereka pergi tanpa berpamitan pada siapapun. Tadinya Mia mencari keberadaan ayahnya, tapi karena ayahnya tidak terlihat dia melanjutkan langkahnya menyusul Gara. Tapi

    Last Updated : 2024-04-27
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 11. Bukankah kita akan tidur diteras?

    "Oh.." Mia langsung mendengus kasar. Hampir saja dia jantungan.Dia hampir mengira jika dia sedang berada di dunia Novel.Suami Dadakan Ku Ternyata Bos! Novel Romance yang akhir-akhir ini menjadi bacaan favoritnya. Mereka mendadak menikah. Dikira si pria itu orang biasa saja eh ternyata seorang Bos.Mia jadi sering ikut terbuai khayalan. Andai saja yang di dalam novel itu adalah dirinya?Apalagi sifat Gara yang pendiam dan terkesan tertutup dengan latar belakangnya. Mia sampai menaruh kecurigaan.Apa jangan-jangan, suaminya juga orang kaya? Seorang CEO yang sedang menyamar?Mia tertawa sendiri tanpa sadar. Merasa geli dan konyol dengan pikirannya sendiri. Baginya Gara sudah cukup. Melebihi segalanya, melebihi peran pria dalam novel itu. Suaminya ini ada di dunia nyata. Sangat baik, lembut, perhatian dan lebih tampan daripada mereka yang hanya ada di dunia novel.Gara, aku mencintaimu."Kenapa senyum-senyum?" Suara Gara mengejutkannya. Mia tersipu saat menyadari kalau Gara menangkapny

    Last Updated : 2024-04-27
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 12. Mungkin hanya orang yang mirip saja.

    “Gara, sudahlah. Jangan mencari masalah. Tidak apa-apa kita tidur diluar saja. Aku tidak ingin kamu dimarahi bos kamu dan bisa kehilangan pekerjaan karena kita sudah tidak sopan.” Gara tertegun, dia merasa bersalah melihat wajah panik dan cemas istrinya. Dia menghela nafas panjang kemudian bergerak untuk meraih tengkuk Mia. Lalu mendaratkan kecupan hangat di keningnya. “Mia, maafkan aku.” Wajah Gara yang tadi penuh semangat, tiba-tiba berubah muram, kedua mata beningnya terlihat berkaca-kaca. Mia melihat itu segera berkata, “Jangan merasa bersalah. Tidak apa-apa. Ayo kita keluar. Tidur di teras juga lebih baik daripada kita di rumah ibu. Itu sudah menjadi kesepakatan kita, ka Ayo,” Mia kembali menarik tangan Gara, tapi lagi-lagi Gara menahan tangannya. "Ini kamar kita. Ayo masuk. Maafkan aku karena sudah membohongimu. Kumohon jangan bingung." Gara kemudian berbalik badan dan membuka pintu. “Mari.” Gara menarik Mia untuk masuk kedalam kamar itu. Mia semakin tidak mengerti, tapi

    Last Updated : 2024-04-28
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 13. Aku tidak bekerja sebagai serabutan.

    "Sebenarnya, aku tidak tinggal disini. Aku membeli Apartemen ini sehari setelah menikahimu. Aku sengaja membeli apartemen ini untuk hadiah pernikahan kita. Tapi aku belum memberitahumu karena tadinya aku ingin memberimu kejutan. Tapi karena keadaan terdesak, aku bingung mau mengajakmu kemana. Rumahku sangat jauh dari sini. Jadi aku membawamu kesini saja.”Mia mendongak, sekali lagi menatap Gara untuk memastikan jika pria di depannya ini adalah benar suaminya. Otaknya masih seperti membeku.Pria ini benar Gara, benar suaminya.Tapi apa benar Apartemen ini miliknya? Mana mungkin? Apa dia hanya sedang membual?“Gara, aku ini istrimu. Tolong jujur padaku. Kalau kamu hanya bekerja serabutan, mana mungkin kamu bisa memiliki Apartemen seperti ini?”"Iya kamu benar. Maafkan aku, semua ini salahku yang tidak memberitahu dari awal." Mia masih menunggu kalimat lanjutan dari Gara.“Aku tidak bekerja sebagai serabutan atau seorang kuli, tapi aku berbisnis dalam usaha properti. Masih banyak peke

    Last Updated : 2024-04-28

Latest chapter

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 405. Akhirnya Mereka Sah Juga

    Tidak ada tetangga yang datang karena mereka sengaja, lamaran malam ini dengan sederhana saja. Tidak ada yang dibawa oleh Dodi karena memang mereka sudah berunding untuk tidak memaksakan diri dan tidak membawa apapun. Ini adalah pesan Gita, jadi Dodi datang hanya membawa ucapan niat dan cincin seberat 2 gram saja sebagai tanda pengikat antara mereka. Acara lamaran berlangsung sederhana namun penuh keseriusan dari kedua belah pihak. Pakde Gita tak banyak bicara, sebab di sini ia hanya menjadi saksi, bukan untuk dimintai pendapat. Sebelumnya, Bu Mila sudah berpesan demikian. Sebelum lamaran ini, Pakde sempat menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pernikahan Gita dengan Dodi. Alasannya, masa depan Dodi kurang cerah dan hanya akan membebani Gita, terlebih Gita kini sudah sukses. Pakde khawatir banyak orang berbiat buruk, lalu menjadikan alasan ingin menikahi Gita. Bu Mila menegaskan untuk tidak perlu ikut campur urusan mereka . Dodi memandang Heru dengan mata terbelalak, seperti kura

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 404. Memberi Solusi

    Sebagai orang tua, mereka hanya perlu menyetujui, memberi restu, dan dukungan. Meski tak suka, Pakde tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan.Mungkin ia sadar bahwa selama ini ia tak pernah membantu atau ikut memberi makan Gita dan Anisa sejak mereka lahir, lalu mereka ditinggal orang tua mereka, dan kini telah tumbuh dewasa.Acara lamaran selesai, disambung dengan obrolan ringan, basa-basi sebelum waktunya pulang.Tidak ada yang istimewa di acara malam ini, tetapi bagi Gita dan Dodi, acara ini sangat spesial dan membekas di hati. Karena malam ini, mereka resmi menjadi sepasang tunangan dan berencana menikah bulan depan. Awalnya, ketika ditanya oleh Pak De kapan mereka akan menikah, Dodi masih ragu untuk menjawab. Bukan karena ragu, tetapi dia ingin benar-benar siap. Namun, Gita yang langsung menjawab, "Rencana kami adalah bulan depan, Pak De. Setelah bulan ini habis, kami akan berunding lagi untuk menentukan hari yang tepat."Dodi tidak bisa berkomentar karena takut Gita tersinggu

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 403. Benar-benar Datang Ke rumah

    Dodi menarik nafas resah. Tadinya, dia sudah cukup senang, khayalannya melambung tinggi, menikahi Gita dan hidup bahagia penuh cinta. Namun, setelah obrolan dengan ibunya, perasaannya berubah menjadi kacau.Jika nanti dia menikah, bagaimana mungkin dia bisa tinggal bersama Gita? Bagaimana dengan ibu dan dik-adiknya? Tapi jika dia mengajak Gita untuk tinggal bersamanya, tentu saja itu juga tidak mungkin. Dia tidak bisa membawa Gita untuk tinggal di pondok mereka dan mengurus keluarganya.Tiba-tiba, sebuah pesan singkat dari Gita masuk. "Dodi, sedang apa? Apa kamu sudah pulang kerja?""Iya, Gita. Aku sudah pulang dari tadi." Mulai hari ini dan seterusnya, Dodi memang sudah mau belajar untuk memanggil Gita dengan nama saja. Mereka sudah sepakat."Bisa gak nanti malam ke rumah? Ada hal yang ingin aku bicarakan."Karena Dodi juga ingin membicarakan suatu hal dengan Gita, dia pun setuju. "Iya, aku akan ke sana nanti malam."Gita tersenyum, selain memang ada sesuatu yang ingin dibicarakan se

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 402. Akan melamarnya l

    Yang di sana menutup mulutnya dengan satu tangan menahan agar tidak tertawa keras karena saking senangnya.Ya ampun… Ternyata Dodi romantis juga ya?Akhirnya sepanjang malam ini mereka sama-sama begadang, melanjutkan chat mesra dan rencana untuk kedepannya nanti. Sampai terlupa, ketiduran tanpa sengaja. Ponsel masing-masing terjatuh dari tangan dan paginya ponsel mereka sama-sama ngedrop!Dodi merasa sangat kesal karena tidak bisa mengirimi pesan atau melihat pesan chat dari Gita. Akhirnya berangkat kerja tanpa membawa ponsel.Gita juga demikian, terpaksa pergi mengajar meninggalkan ponselnya di rumah untuk dicas.Di tempat kerja, mereka tidak konsen.Saling memikirkan satu sama lain. Andai saja tadi ponsel bisa dibawa, setidaknya bisa berkirim chat, menanyakan kabar. Lagi ngapain? Udah makan belum?Duh, kasmaran!Sayangnya semalam lupa , seharusnya sambil di cas saja. Kan tidak sampai ngedrop?Saat Dodi pulang dari kerja, di jalan melihat kecelakaan. Sebuah mobil sedan menabrak seora

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 401. Kasmaran

    Anisa mengusir mereka dengan bercanda, "Sudah, jalan sana, nanti keburu magrib."Gita dan Dodi akhirnya berangkat menggunakan motor Anisa. Mereka berboncengan, menarik perhatian orang-orang di jalan karena penampilan mereka yang berbeda dari biasanya. Beberapa mencibir, tapi banyak juga yang memuji kecocokan mereka.Sesampainya di acara, suara musik orgen tunggal menyambut. Mereka disambut oleh tim penyambut tamu, dan beberapa orang langsung mengenali mereka, "Mbak Gita sama Mas Dodi? Wah, cocok banget!”Gita dan Dodi hanya tersenyum malu mendengar godaan-godaan itu. Setelah mengambil makanan, mereka duduk bersama dan menikmati hidangan. Sesekali mereka melirik satu sama lain dan tersenyum, tapi tidak bisa fokus karena hati mereka sama-sama berdebar.Setelah makan, Dodi mengajak Gita untuk memberikan amplop kepada pasangan pengantin. "Cepat menyusul kami ya!" ucap mempelai wanita, membuat Gita semakin tersipu."Kenapa semua orang berpikir kita pacaran?" tanya Gita saat mereka kembali

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 400. Ke Pesta Bersama

    Penjelasan Gita diterima, dan beberapa siswa bahkan membuka platform novel online untuk memeriksa kebenarannya. Mereka akhirnya paham bahwa kehidupan Gita dan Anisa telah berubah berkat kerja keras Gita.Sejak saat itu, tak ada lagi yang menuduh atau membicarakan Anisa dan keluarganya. Kabar tentang Gita yang menjadi penulis menyebar, dan kehidupan mereka menjadi lebih damai. Tidak ada lagi tuduhan atau hinaan dari Cindy dan teman-temannya.Hari itu, Gita merasa sangat lelah setelah seharian membersihkan rumah bersama Anisa. Malam harinya, ia mengalami sakit kepala yang parah. Anisa khawatir melihat suhu tubuh kakaknya yang sangat panas."Mbak Gita sakit, ya? Badannya panas sekali!" seru Anisa.Gita mengeluh, "Kepala Mbak sakit, tubuh juga rasanya ngilu-ngilu."Anisa segera memberi tahu Bu Mila, yang panik. "Tunggu sebentar, Anisa. Biar nenek menemui Mbak Nita.""Biar Anisa saja, Nek. Nenek tungguin Mbak Gita," ujar Anisa, langsung berlari ke rumah Nita. Mendengar kabar itu, Nita dan

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 399. Di Bully

    "Udah, jangan dilihat terus. Besok langsung dicoba aja," goda Nita, sambil tersenyum melihat Anisa yang terus memandangi motor barunya.Anisa tertawa kecil, benar-benar tidak menyangka dirinya bisa mendapatkan motor sebagus itu. Dia menoleh pada Gita, "Mbak Gita, terima kasih ya. Pasti mahal banget."Gita tersenyum dan menepuk tangan Anisa lembut, "Yang penting kamu senang, Anisa. Harga motor ini nggak ada apa-apanya dibanding kebahagiaan kamu.""Ya ampun, Mbak Gita! I love you deh!" Anisa memeluk kakaknya dengan rasa terima kasih."Makanya, jangan bandel. Kamu nggak kerja tapi dibeliin motor sama HP baru. Semangat belajar dan bantu-bantu di rumah, ya," Bu Mila mengingatkan."Siap, Nek! Anisa makin semangat," jawab Anisa riang, disambut tawa seluruh keluarga.Heru lalu berdiri, "Maaf, aku harus pulang. Toko nggak ada yang jaga lama-lama.""Aku juga pulang, nih," kata Nita sambil mengeluarkan kado kecil dari sakunya.Heru melihat kado itu dan tertawa, "Ya ampun, kado kamu kecil banget,

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 398. Kejutan

    Karena Anisa memang adik yang pengertian, meskipun hatinya sedikit terluka oleh ucapan kakaknya, dia tidak berani menjawab. Anisa mencoba mengerti, mungkin kakaknya sedang banyak pikiran atau lelah, jadi dia memilih untuk diam saja.Kemudian, Anisa beranjak dari kamar Gita untuk mencari neneknya, tetapi tidak menemukannya. Dia lalu pergi ke dapur dan membuka tudung saji. Ternyata tidak ada makanan apapun di meja. Bahkan di magic com pun tidak ada nasi. Anisa mendengus kesal, lalu kembali ke kamar Gita."Mbak, nenek nggak masak ya? Nenek pergi kemana?" tanya Anisa lagi.Kakaknya terlihat kesal, lalu melemparkan guling ke arah Anisa."Kamu itu manja banget sih! Kamu kan bisa masak sendiri, masak mie, ceplok telor, atau apa gitu. Nggak usah terus ngandelin nenek. Nenek lagi pergi ke rumah Bude dari tadi pagi, jadi nggak sempat masak. Kamu aja yang masak nasi, sana!” ujar kakaknya.Anisa merasa sedih melihat perubahan kakaknya yang tiba-tiba menjadi pemarah. Namun, dia tidak berani memban

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 397. Kenapa Kak Gita tiba-tiba berubah?

    “Ya Allah, ternyata ini pekerjaan Mbak Gita yang jarang diketahui orang. Pantas saja Mbak bisa membeli ini itu dan mengubah ekonomi keluarga. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Mbak bisa sehebat ini.”Gita mengangguk kemudian tersenyum kecil sambil melanjutkan untuk memberitahu Dodi tentang aplikasi-aplikasi novel miliknya.“Mungkin beberapa orang di kampung banyak yang membicarakan aku, tapi aku tidak mau peduli. Karena mereka juga tidak tahu apa yang aku lakukan sebenarnya. Yang terpenting bagiku adalah aku mencari pekerjaan secara halal dan ini merupakan anugerah serta rezeki dari Allah yang diberikan padaku. Aku telah diberi jalan untuk bisa mengubah ekonomi keluargaku.”Dodi mendongak, "Mungkin sebagian orang membicarakan keluarga Mbak karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Tapi benar kata Mbak, tidak usah dipedulikan. Bukankah Mbak tidak merugikan siapa-siapa? Mbak menulis dengan ide sendiri tanpa mengganggu orang lain.""Itulah yang sering dikatakan oleh Mbak Nita. Makany

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status