"Hellow… Silvia, kamu kena Prank ya..! Suami miskin Mia, ternyata orang kaya!""Dulu saja itu suami mia dihina Mulu sama kamu, Sil! Sekarang jilatan tuh pantatnya biar kamu dapat saweran! Lumayan kan buat nyicil hutang kamu?"Bagaimana tidak beberapa orang berkata begitu, kemarin pas panik di tagih cicilan, Silvia sibuk meminjam uang pada teman-temannya."Ya Ampun! Itu Mia? Pangling aku. Cantiknya nggak ketulungan! Kabarnya Suaminya Seorang Pengusaha kaya raya ya? Tampan enggak? Aku penasaran!"Yang lain membalas komentar ini."Sangat tampan! Aku sudah melihat saat pernikahan Dinda! Artis pun kalah!""Masa sih? Ya Ampun, penasaran aku!""Suami Dinda sama suami Silvia.. Halah.. tidak ada seujung kukunya!"Bermacam komentar yang lain dan sebagainya.Nyesel Aku!..Niat ingin mendapat pujian atau mencari sensasi, justru diserang kutukan dari netizen. Yang mendapatkan pujian malah Mia lagi, Mia lagi.Silvia mengomel, kemudian tidak berapa lama, Konten tidak tersedia.Netizen mengeluh saat
Rita juga menatap Mia dengan sangat canggung. Dia juga bisa melihat begitu banyak kecanggungan di mata Mia, hatinya terasa dipenuhi pecahan beling. Perih, sakit, seperti teriris-iris rasanya.Terbayang semua kesalahannya terhadap Mia, anak yang ia sudah sia-siakan selama dua puluh lima tahun ini.Dia memang tidak menyiksanya fisiknya, tidak memukuli seperti cerita ibu tiri yang kejam. Tapi dia terus menyakiti hatinya.Pergi sana! Dasar anak tidak tahu diri! Malas aku lihat muka kamu itu!Mia! Cuci piring! Cuci baju! Masak! Awas ya, kalau Ibu bangun tidur kerjaan belum kelar semua! Nggak ada jatah buat makan kamu!Masak buruan ..! Keburu Silvia dan Dinda pulang, nanti mereka kelaparan!Ibu benar-benar ingin berlari dari sini, tidak sanggup menanggung malu dan rasa bersalahnya."Ibu, " Mia berlutut, kemudian meraih kedua tangannya."Maafkan atas semua kesalahanku. Aku tahu, Ibu tidak suka dengan kehadiranku. Jika boleh memilih, sebenarnya aku akan memilih untuk tidak mengganggu kebahagi
"Aku akan menyenangkan hari-harimu untuk kedepannya dan seterusnya. Lihatlah, aku akan membayar semua kesedihanmu tempo lalu. Tidak aku izinkan air matamu untuk menetes lagi."Gara memeluk Mia dan akhirnya ikut tenggelam ke alam mimpi.Sementara di kamar lain.Silvia dan Farhan sudah berbaring di ranjang lebar dengan kasur yang empuk.Farhan memeluk Silvia yang sedang sibuk dengan ponselnya dari belakang."Sayang…Bagaimana kalau kita ulangi bulan madu kita disini? Kita kan tidak pernah menginap di hotel sebagus ini. Jadi anggap saja kita sedang mengulang bulan madu." Rayu Farhan.Silvia tertawa geli. "Ya ampun.. dasar miskin! Mau bulan madu di hotel saja harus numpang! Modal Dong.. ih.. Sana!" Sambil mendorong tubuh Farhan dengan kakinya."Modal kepalamu itu! Uang gaji bulanan, lemburan sampai bonus-bonusnya selalu ludes buat membayar hutangmu dan hutang ibu! Bagaimana mau ngomongin modal?" Kesal Farhan."Eh, baru bayarin hutang saja sudah mengeluh! Bagaimana kalau bayarin Apartemen s
Tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Dinda, jika Alex akan kaget melihat dirinya memergoki jumlah nominal uang dalam buku tabungannya, lalu akan menyembunyikan buku itu ke belakang punggung.“Dinda, sini.” Alex justru tersenyum renyah kemudian menarik tangannya, lalu meletakkan buku tabungan di pangkuan Dinda dan segera memintanya untuk memeriksa.Dinda melotot sempurna, ini bukan uang sedikit! Banyak sekali! Kalau untuk membeli rumah seukuran milik Ibu di kota saja, bisa dapat sepuluh rumah! Dan itu masih sisa banyak!Dinda menoleh pada Alex yang tersenyum, kemudian kembali ke buku tabungan. Berulang kali begitu.Uang sebanyak ini? Dari mana Alex mendapatkannya? Jika dihitung, gaji selama dia bekerja saja tidak mungkin sebanyak ini.Apa dia korupsi? Dinda ingin menebak."Itu hadiah pernikahan kita, Dinda. Surprise!"Dinda terbengong, banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di otaknya. Kalau Alex mempunyai uang sebanyak ini, kenapa pada saat lamaran dia hanya memberi uang satu
Sementara siang ini,Keluarga Mia telah diantar pulang oleh orang suruhan Gara.Mereka pulang dengan membawa kelegaan. Ibu lega karena baik Mia maupun Gara sudah memaafkan kesalahannya. Tapi bukan berarti hati Rita sudah merasa senang. Dia masih saja terus menyesal dengan semua kesalahannya terhadap Mia selama ini.Jika boleh meminta, dia ingin menebus kesalahannya dengan sisa umur yang dia miliki.Ketika saat tadi mereka pulang, Mia sempat menyelipkan sebuah amplop ke tangannya. Dia tidak mau, Rita terus menolak. Mengepalkan erat-erat telapak tangannya."Tidak perlu, Mia. Sungguh tidak perlu. Kalian sudah menanggung semua biaya kami selama disini. Ibu sudah sangat berterima kasih sekali.""Bu, terima saja. Ibu kan perlu buat biaya berobat Ayah juga." Saran dari Silvia. Dia sangat kesal ibunya sok-sok menolak! Padahal kan butuh?‘Hutang buk, pikirin hutang kita!’Mata Silvia melotot seolah ingin berbicara.Jika tidak gengsi, ingin rasanya dia yang mengulurkan tangannya untuk menerima
Baru saja Mia ingin bertanya, mobil sudah berhenti dan pintu mobil sudah terbuka."Ayo." Gara sudah mengulurkan tangannya.Mia menyambut dan melangkah menuruni mobil.Dia menatap beberapa pelayan pria dan wanita yang sudah berdiri menyambut mereka."Selamat datang Tuan, selamat datang Nyonya besar. Selamat atas pernikahan kalian." Mereka melempar senyuman lebar dengan tubuh membungkuk memberi hormat.Mia hanya mengulum senyum, tapi penuh kebingungan. Semua diluar bayangannya tadi.Halaman ini memang luas. Tapi ini terlalu Luas. Bagaimana mau menanam bunga? Sedang bunga-bunga sudah berjejer rapi disana. Tidak terhitung jumlahnya.Ini bukan perumahan, tapi istana!"Gara, ini,""Ayo masuk dulu." Gara sudah mengambil tangannya dan membawanya melangkah.Pintu dihadapannya sudah terbuka lebar, dengan Para Pelayan wanita dan juga Pria."Selamat datang di rumah kembali, Tuan." Seorang Pria separuh baya namun terlihat gagah dengan Jas berdiri paling depan, menyapa Gara dengan hormat.Gara hany
Dinda tersenyum puas, ketika seorang pria menyodorkan berkas dihadapan Alex. Itu adalah sertifikat tanah. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung membeli tanah berukuran luas dua puluh hektar dengan harga lima ratus juta.Bagaimana orang seperti Dinda tidak langsung tergiur dan meminta suaminya untuk mengiyakan harga semurah itu?Dia pernah menjadi seorang Mahasiswa, tentu saja dia tahu bagaimana harga sebuah lahan, ditambah Alex yang memang bekerja di Perusahaan Properti sudah pasti tahu pasaran harga tanah.Ketika Pihak pertama menyebutkan harga Dua Puluh Lima juta dalam satu hektar tanah, mereka langsung terbengong.Murah banget?Dinda mengedipkan matanya sambil menarik tangan Alex.Alex yang paham kode halus dari sang istri, seketika langsung mengangguk.Tanpa tawar menawar, Alex pun langsung meminta Dua puluh hektar.Uang Cash langsung diberikan Alex, kemudian tanda tangan surat menyurat.Mereka pulang dengan senyuman berkembang. Sepanjang perjalanan, Dinda memeluk pinggang sua
"Jangan terlalu banyak pikiran, Ayah. Apa pun yang Ibu dan Kak Silvia perbuat, ada Mia dan Gara yang akan terus memantau Ayah."Bodo Amat! Salah mereka sendiri. Terserah , jika mau sita, sita saja rumah ini! Biar tidur di bawah kolong jembatan. Baru nanti mereka sadar.Makan saja gengsi!Wibowo tidak mau banyak omong sekarang. Paling hanya mengangkat bahunya ketika Rita meminta pendapat."Bagaimana, Pak?""Tau ah, pusing." Wibowo pilih nyelonong untuk pergi ke kamar."Bapak! Ya ampun! Bukannya ikut mikir!"Kepala Wibowo nongol di pintu. "Dulu katanya aku disuruh diam saja. Ikut mikir juga enggak. Sekarang, ya sudah. Malas juga aku mikir. Jual saja ini rumah! Habis itu kita ngontrak!" Selesai bicara, kepala Wibowo menghilang lagi.Rita hanya mengepalkan tangannya.Silvia menghampiri ibunya."Pinjam uang pada Mia, Bu! Apa susahnya sih?"Ibu melengos. "Enggak, Silvia!""Bu, hanya Mia yang bisa menolong kita. Ibu keras kepala sekali sih? Kalau hanya uang segitu, sekarang tidak ada artiny