Share

Bab 200. Pesan surel.

Heru kembali terdiam. Disini tanah pekarangan memang masih murah. Tapi untuk bikin rumah, kapan bisa kalau hanya mengandalkan kerja buruh harian?

Tapi melihat istrinya yang sangat bersemangat, Heru tidak tega. Dia hanya mengangguk saja. Kemudian pasrah.

Heru bukan tidak mendengar, banyak tetangga yang sudah menghina istrinya karena pekerjaannya yang tidak tetap. Belum lagi bapaknya sendiri, yang terus menghinanya.

Heru menarik tubuh Nita, memeluknya dengan begitu erat.

"Maafkan aku Nita. Kamu menderita karena aku. Coba kalau kamu dulu nurutin kata mas Rehan, nggak jadi seperti ini. Tapi kamu lebih memilih ikut aku."

Nita mengangguk pelan. "Kamu kan suamiku, Mas. Ya kupilih lah. Aneh kamu ini. Yakin saja, Mas. Tidak mungkin kita akan selamanya ada di bawah seperti ini."

Nita mendongak, mengusap air mata Heru yang menetes.

"Cowok kok nangis. Cengeng ah,"

Heru mengetuk kening Nita. Merasa sangat malu. "Aku sedih. Sedih banget melihat kamu. Kucel, kumel. Mana bau apek. Berbeda saat belum
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status