Beranda / Romansa / Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan / Bab 2. Dianggap seperti pembantu

Share

Bab 2. Dianggap seperti pembantu

Penulis: Any Anthika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-23 17:12:46

Setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri, Wibowo meminta Gara tinggal disini dulu untuk sementara waktu.

“Ajak suami kamu ke kamar dulu, mungkin dia ingin istirahat.” kata Wibowo pada Mia.

Mia mengangguk patuh, dia pun mengajak pria yang sudah menjadi suaminya itu ke kamar.

“Mari.” Lalu Mia melangkah dahulu diikuti oleh Gara.

Mia membuka pintu kamar, mengajak Gara untuk masuk kedalam.

Kamarnya ini memang sangat sempit. Hanya berisi dipan kecil dengan kasur yang sudah mengeras. Ada lemari kayu usang yang beberapa bagiannya sudah dimakan rayap.

Mia melihat Gara masih berdiri disana. Temperamental Pria itu terlihat sangat baik, begitu tenang. Sementara Mia justru sangat canggung dan merasa gugup.

Dia juga melihat bahwa penampilan Gara sangat sederhana, tapi wajahnya sangat tampan dan kulitnya juga putih.

Mia jadi berpikir jika nasibnya tidak akan terlalu buruk menikah dengan pria ini daripada dia harus menjadi istri ketiga Pak Anton.

“Begini kamarku. Tapi aku tidak yakin kamu akan betah.”

Pria itu mengulas senyuman tipis, “Tidak masalah bagaimanapun keadaannya, aku pasti akan betah karena tinggal bersama Istriku.”

Mia mengerutkan keningnya. Didengar dari nada bicaranya, sepertinya pria ini sama sekali tidak menganggap dirinya asing. “Apa sebelumnya kita pernah bertemu?” Mia bertanya seperti itu.

Gara mengangguk kecil, “Tentu saja kita pernah bertemu. Aku tidak mungkin sembarangan melamar seorang wanita yang belum aku ketahui sebelumnya. Jadi aku sudah pernah melihatmu sebelum ini. Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana kehidupanmu di dalam keluargamu ini.”

Mia menautkan kedua alisnya. “Dimana kita pernah bertemu?” Dia mencoba mengingat-ngingat, mungkin saja ada yang terlupa selama ini.

Gara lagi-lagi tersenyum kecil. “Pasti kamu tidak mengingatnya. Pada saat itu aku melihatmu, tapi kamu tidak melihatku.”

Mia memang tidak bisa mengingat suatu momen. Kemudian dia beranggapan jika mungkin kabar tentang ibunya yang sedang mencarikan jodoh untuk dirinya sudah menyebar kemana-mana dan sampai pria ini mendengarnya lalu datang untuk melamarnya.

“Baiklah, tidak masalah apakah kita pernah bertemu atau tidak sebelum ini. Sekarang, sebaiknya kamu mandi dulu.’

“Aku sudah mandi di tempat kerja. Aku ingin istirahat saja. Boleh kan, jika aku tidur disini?” Gara menepuk kasur keras yang sudah didudukinya.

Mia tentu tidak bisa merasa keberatan. Pria ini sudah menjadi suaminya. Dia mengangguk kecil, “Istirahat saja. Aku ingin mandi dulu.”

Baru saja dia membalikkan badan untuk ke kamar mandi, Gara memanggilnya.

“Mia.”

“Ada apa?” Mia menoleh, menatap kedua mata pekat pria itu.

“Apa kamu tidak suka dengan pernikahan kita? Kalau kamu tidak suka, bilang saja. Aku tahu kamu hanya terpaksa karena tuntutan keluarga kamu, kan?” Pertanyaan Gara ini lebih seperti sebuah pilihan untuk dirinya. Tapi untuk apa dia harus memilih jika sekarang? Sedangkan pernikahan mereka telah sah tercatat di departemen agama.

Mia tertegun beberapa saat. Meskipun dia memang lumayan tidak menyukai pernikahan ini, tapi mau bagaimana lagi, sekarang dia sudah resmi menjadi istri pria yang sedang duduk di tempat tidurnya itu.

“Meskipun aku tidak suka, tapi kurasa ini lebih baik. Siapa tahu setelah menikah, mereka tidak akan membenciku lagi.”

Gara menautkan kedua alisnya, tatapannya kali ini penuh rasa penasaran.“Kenapa mereka membencimu?”

Sesaat Mia terdiam, rasanya tidak pantas jika dia tiba-tiba bercerai tentang kesedihannya? Mereka baru saja menikah. Lalu dia menggelengkan kepalanya.

“Lupakan saja. Baiklah, aku mandi dulu. Kamu tidur saja.” Mia melangkah ke kamar mandi.

Gara menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup itu. Banyak hal yang pasti terjadi dalam hidup wanita yang sudah dinikahinya itu.

Baiklah, dia akan melihatnya sendiri nanti.

Gara merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kasur ini lumayan keras dan tidak nyaman untuk dirinya.

Saat Mia keluar dari kamar mandi, dia melihat Gara sudah terlelap. Dia menatap pria itu sedikit lebih dekat sekarang.

Semakin dilihat, pria itu terlihat semakin tampan. Rambutnya sedikit panjang dan diikat dengan karet ke belakang.

Mia mencoba mengingat, apakah benar pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya. Tapi sepertinya memang belum pernah.

Malam sudah larut, Mia bingung mau tidur dimana.

Lantai kamarnya ini sangat sempit jika harus tidur dibawah, tidak ada sofa yang tersedia juga.

Dengan hati-hati dan ragu, dia naik ke atas tempat tidur lalu merebahkan diri di samping Gara.

Gara menggeliat, dia membuka matanya perlahan. Awalnya dia linglung sebentar, tapi segera sadar jika saat ini dia sedang berada dikamar Mia. Dia bangun, melirik jam dinding. Ini masih sekitar pukul 4 pagi.

Gara merasa tubuhnya ngilu-ngilu. Punggungnya juga sedikit sakit. Mungkin karena tempat tidur yang ditidurinya semalam sangat keras. Tubuhnya belum terbiasa.

Dia menoleh ke samping, dia tidak lagi melihat Mia disampingnya. Tengah malam tadi dia sempat terbangun, dia melihat Mia tidur meringkuk di sebelahnya.

Gara menoleh ke kamar mandi. Pintunya sedikit terbuka menandakan tidak orang di dalamnya.

Padahal ini masih sangat pagi, lalu kemana dia pergi?

Lalu Gara turun dari tempat tidur, dia membasuh muka terlebih dahulu kemudian melangkah keluar kamar untuk mencari keberadaan istrinya.

Begitu Gara turun, dia melihat istrinya sedang membungkuk di ruang tamu. Ada kain pel di tangan kirinya. Gara tertegun melihat itu kemudian menghampiri.

“Kenapa harus pagi-pagi sekali kamu sudah mengepel lantai?”

Mia terkejut dan menoleh. Dia melihat pria itu sudah berdiri di dekatnya.

“Kamu sudah bangun? Ini masih sangat pagi, kembalilah tidur. Kalau aku, memang harus begini. Sebelum mereka bangun, semua pekerjaan rumah harus sudah beres.”

Gara menatap punggung Mia yang melangkah ke arah dapur. Dia mengabaikan perintah Mia tadi dan mengikuti istrinya itu.

Dari tempat dia berdiri sekarang, Gara bisa melihat bagaimana kesibukan gadis itu. Dimulai dari membereskan meja makan yang berantakan, menumpuk cucian piring dan mencuci semuanya.

Setelah semua pekerjaan itu beres, Mia masih harus memasak sarapan untuk seluruh anggota keluarga. Lalu pergi ke belakang untuk mencuci baju seluruh penghuni rumah ini.

Sementara orang-orang di dalam rumah ini masih terbuai mimpi dalam selimutnya masing-masing.

Bukan sehari dua hari ini saja Gara melihat kegiatan istrinya di rumah ini, begitu juga perlakuan mereka pada Mia. Bisa dibilang Mia diperlakukan lebih seperti pembantu oleh keluarganya sendiri.

Dada Gara terasa sesak rasanya, dia merasa tidak tega. Pada suatu hari ketika dia melihat Mia dengan setumpuk pekerjaan dia berinisiatif untuk membantu.

“Biar aku bantu ya?” Dia mengambil sapu dari tangan istrinya.

Mia menoleh, “Eh, pergilah mandi dan berkemas. Nanti kamu bisa kesiangan. Bukankah kamu harus berangkat bekerja?”

“Tidak apa-apa. Aku akan berangkat setelah semua pekerjaanmu beres.”

Mia menjadi terharu, selama ini selain ayahnya, tidak ada yang peduli lagi padanya. Ayahnya sekarang sudah mulai sakit-sakitan dan hanya bisa berdiam di dalam kamar, tidak bisa lagi membela atau melindungi dirinya lagi.

Pria ini, semakin hari semakin menunjukkan perhatian padanya.

“Terima kasih.” Mia mengucapkan kata itu dibalas senyuman Gara yang bisa menenangkan hatinya.

“Tidak masalah, karena kamu istriku. Sudah kewajibanku untuk membantumu.”

Mendengar ucapan Gara, angan Mia seakan melambung, dia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Gara. Meskipun pertemuan mereka sangat singkat dan menikah secara mendadak sekali.

Satu bulan setelah pernikahan, mereka sama-sama merasa cocok, lalu berjanji untuk saling menerima satu sama lain.

Hanya saja, ada yang membuat Mia tetap bersedih. Pernikahannya ini tidak juga membawa dampak baik bagi dirinya di depan keluarganya. Mereka tetap membencinya. Apalagi asal usul Gara yang tidak jelas, itu semakin membuat Rita kesal pada Mia dan suaminya.

“Gara, kamu angkat semua barang belanjaan ini ke dapur, setelah itu kamu bereskan meja makan. Bawa semua cucian piring ke tempatnya.” Ini Perintah Rita saat Gara baru pulang dari kerja.

Gara mengiyakan perintah Bu Rita.

Mia melihat suaminya disuruh lagi oleh ibunya. Ibunya tidak segan menunjuk ini itu dan lainnya. Padahal suaminya itu baru saja mau duduk.

Sejak pulang dari kerja tadi suaminya belum sempat istirahat. Kopi yang dibuatnya sampai sudah dingin karena belum sempat disentuh oleh suaminya.

Rita terus menyuruh Gara. Bukan hanya ibunya saja, tapi Silvia sang kakak dan Farhan suami Silvia juga ikut menyuruh Gara.

Perasaan Mia mulai tidak enak. Rasanya dia tidak rela suaminya disuruh-suruh bahkan dianggap seperti pembantu dirumah orang tuanya sendiri.

Bukankah Gara juga adalah menantu laki-laki di rumah ini sama seperti Farhan? Seharusnya mereka bisa sedikit menghargainya. Tapi mereka malah memandang rendah suaminya.

Apa karena suaminya bukan orang kantoran seperti suami Silvia dan calon suami Dinda?

Tetapi tidak seharusnya mereka semena-mena memperlakukan suaminya seperti itu.

Komen (14)
goodnovel comment avatar
Novita Sari
lanjut dong
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
gara kamu menghayati acting mu ampe segitu ny,,,aku gemes tau kpn kamu bikin mereka nyesel
goodnovel comment avatar
Puji Herawati
seru bangt..n ad sedihy.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 3. Terus dihina

    Kali ini Mia tidak dapat menahan diri lagi, dia bangun dan menghampiri Gara."Gara, ayo duduk. Diminum dulu kopinya.” Mia menarik tangan Gara dan membawanya duduk."Iya.” Gara menjawab dengan kelembutan, kemudian meminum kopi buatan istrinya.Mia tersenyum padanya, lalu menyugar rambut Gara yang sangat berantakan."Setelah ini, kamu ke kamar saja. Mandi dan beristirahat. Sebentar lagi aku menyusul.""Iya. Kalau begitu aku naik duluan ya?" Tapi baru saja Gara bangun dari duduknya untuk naik ke kamar, Rita terdengar sudah memanggilnya lagi.Gara berlari kecil menghampiri dengan patuh, “Iya, Bu. Ada apa?”“Kamu cuci piring dulu. Lihat itu, sudah menumpuk.” Rita menunjuk tumpukan piring dan baskom yang lumayan banyak.Mendengar itu, Mia benar-benar merasa kesal, dia langsung menghampiri dan berkata pada ibunya, "Bu, Gara itu dari pulang kerja belum beristirahat. Jangan disuruh lagi, biar dia beristirahat dulu. Aku saja nanti yang akan mencuci piring."Rita melotot dan membalas dengan ketu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 4. Semakin penasaran.

    Mia sudah kembali lagi ke kamar tanpa membawa makanan apapun. Dia melihat suaminya telah selesai mandi dan sedang memilih ganti.Dada pria itu terlihat bidang dengan kulit yang mulus dan bahu yang kekar. Otot dan perutnya juga terbentuk seperti sengaja dirawat dengan olahraga gym yang teratur.Mia sering merasa aneh, kenapa suaminya yang katanya hanya seorang kuli serabutan bisa memiliki tubuh yang indah dan kulit semulus itu?Dia menatap kulitnya dan membandingkan. Benar-benar kalah.Gara menyadari jika Mia sedang memperhatikannya. Dia tersenyum kecil dan mendekati, “Belum puas? Kenapa tidak memegangnya saja? Ini milikmu.” Gara mengambil tangan Mia dan menaruh di perutnya."Eh!” Mia tersipu malu, segera menarik tangannya.Gara tertawa kecil melihat wajah memerah istrinya lalu kembali pada pakaian yang sudah ditemukan. Kaos putih yang telah pudar warnanya, dengan celana pendek hitam yang juga telah pudar. Cuci kering pakai, mungkin itu yang membuat pakaian Gara tampak pudar.Mia juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 5. Pekerjaan di luar kota.

    “Kamu kerja apa sih sebenarnya?” tanya Mia.Gara tersenyum mendengar pertanyaan istrinya, lalu dia menjawab dengan tenang. “Kalau aku tidak punya pekerjaan tetap, apa kamu khawatir akan hidup menderita denganku?” “Eh, bukan. Aku cuma penasaran. Tapi tidak masalah. Semua orang punya rezeki masing-masing. Kenapa harus khawatir?”Gara melihat Mia lebih dekat, dia membelai wajah Mia polos itu dengan begitu lembut.“Itu benar. Tapi kamu jangan khawatir, aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi. Aku janji padamu.”Mia tersenyum, dia semakin merasa bahagia mendengarnya. Lalu mereka berangkat tidur.Pagi ini, Mia bangun lebih terlambat dari biasanya. Tadi dia merasa sakit kepala dan Gara menyuruhnya untuk tidak bangun. Gara menggantikan pekerjaannya untuk membereskan rumah.Saat Mia turun, dia melihat Gara sedang bersama ayahnya. Ada sebuah amplop di tangan ayahnya. Entah amplop apa itu, tapi sepertinya mereka baru saja berbicara serius.Mendengar suara langkah kakinya mendekat, Gara menole

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 6. Sedang di kantor Bos?

    Sambil menunggu balasan dari Gara, Mia turun menemui ibunya. Dia meletakan uang satu juta di atas meja. “Ini untuk ibu belanja keperluan dapur.” Hanya berkata seperti itu saja lalu dia membalikkan badannya dan melangkah pergi.Kedua mata Rita melebar melihat uang, kemudian dengan cepat mengambilnya. “Coba kamu pengertian seperti ini setiap hari, tidak harus kena marah dulu baru keluar uangnya.” Silvia melihat, dia mendekat dan berkomentar, “Tumben Mia punya uang.”“Mungkin saja suaminya baru dapat gajian. Biarkan saja, yang penting mereka bisa membantu kebutuhan dapur. Bukan hanya makan dan minum gratis, bisanya.”Mia masih mendengar ucapan mereka, dia hanya menggelengkan kepalanya.Sebenarnya beberapa hari yang lalu suaminya juga sudah memberi uang patungan, tapi itu sepertinya tidak dihitung oleh ibunya.Padahal Silvia hanya akan memberi uang patungan belanja satu bulan sekali setelah suaminya gajian, sementara Dinda selama ini malah tidak pernah memberi uang patungan.Tapi menur

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 7. Siapapun kamu, aku mencintaimu.

    Hal itu seperti tidak masuk akal bagi Mia. Dia membolak-balikkan tubuhnya di atas tempat tidur. Banyak sekali pertanyaan dan rasa penasaran yang sekarang muncul dalam pikirannya mengenai siapa sebenarnya suaminya itu. Karena lelah menebak, akhirnya Mia tertidur sampai sore hari.Dia melonjak kaget saat mendengar suara ibunya berteriak memanggil.“Mia, cepat turun dan bantu ibu?” Ibunya mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.Saat ini Mia tidak ingin memperdulikan dulu, dia tidak membukakan pintu dan membiarkan ibunya memanggil dan terus mengetuk pintu sampai tidak terdengar lagi suara ibunya. Mia bangun dan pergi ke kamar mandi. Selesai mandi dan membereskan wajah, suara ketukan pintu terdengar lagi.Mia merasa kesal sekarang. Kenapa tidak membiarkan dia tenang dalam sehari saja?"Ada apalagi sih, Bu? Biarkan aku istirahat sehari ini, saja!” Mia berkata demikian sambil membuka pintu.“Gara?” Mia tercengang. Ternyata yang datang adalah suaminya. Pria itu tersenyum dengan hangat padan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 8. Tidak boleh hamil dulu.

    "Aku ini anak bungsu. Sudah seharusnya hari pernikahanku diistimewakan! Aku tidak mau seperti kamu, yang menikah secara diam-diam dan tidak ada pesta sedikitpun! Lagian, calon suamiku itu seorang pengusaha. Bagaimana mungkin kalau pestanya hanya apa adanya saja?” Rita juga merasa kesal dengan Mia dan ikut berkata, “Benar apa yang dikatakan Dinda. Kita akan malu jika tidak ada pesta besar ibu pernikahan Dinda dengan seorang pengusaha. Harusnya kamu itu sebagai kakaknya ikut mendukung! Bukan malah bicara seperti itu!"Wibowo merasa pusing mendengar mereka berdebat, lalu segera angkat bicara. "Sebenarnya aku setuju dengan pendapat Mia. Daripada kita memaksakan diri, sampai berhutang kesana-kemari, malah pusing untuk membayar hutang setelah pesta. Lebih baik apa adanya saja. Modal yang ada, bisa untuk modal rumah tangga kalian nanti."Mendengar suaminya mendukung pendapat Mia, Rita tidak terima."Bapak diam saja! Tidak usah ikut campur. Yang memikirkan semua biaya itu kami, bukan bapak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 9. Bawa saja aku pergi.

    "Tidak! Pokoknya kamu tidak boleh hamil! Hidup masih serba susah, mau punya anak! Kemana kamu akan membawa hidup kamu nanti hah! Suruh suami kamu kerja yang benar dulu, baru punya!" Bentak Rita, dia benar-benar marah dan tidak ingin Mia hamil dulu. Dia khawatir itu akan semakin menyusahkan dan menambah beban keluarga saja."Hamil itu rezeki dari Tuhan, Bu. Tidak mungkin untuk ditolak. Ibu tidak bisa melarangku kalau aku memang hamil!" Bantah Mia.Air matanya sudah mengalir, dia benar-benar tidak tahan dengan sikap ibu padanya."Kamu ini ya, kalau orang tua bicara jangan membantah! Hidup kita ini sudah susah! Jangan ditambah susah dengan adanya anak kalian, nanti!"Mia terkejut melihat tangan ibunya yang sudah terangkat dan melayang ke arahnya."Cukup!" Gara tiba-tiba menangkap tangan Rita dan mendorong tubuhnya dengan kasar sampai Rita mundur beberapa langkah ke belakang.Gara menarik tubuh Mia dan membawanya dalam pelukannya. Mia dapat melihat kalau sorot mata Gara berubah mengerikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 10. Kenapa dia memanggilmu, Tuan?

    Mia sebenarnya ingin tertawa, bisa-bisanya suaminya ini malah bercanda saat darurat seperti ini. Tapi dia paham jika Gara sedang marah. Mia tidak ingin menambah kekacauan hati Gara, jadi dia mengiyakan saja. Mia hanya meraih Ponsel dan dompetnya karena teringat masih ada sisa uang cukup lumayan dari pemberian Gara tadi pagi.Sebelum melangkah, Mia sempat meraih satu bantal. Dia berpikir jika bantal itu bisa berguna untuk mereka. Tapi Gara merebutnya dan melemparnya sembarangan."Sudah kukatakan, jangan bawa apapun!""Hehe. Kalau begitu Selimut saja ya. Biar nanti kita tidak kedinginan jika ada dibawah kolong jembatan."Gara menggeleng, lalu menarik tangannya. "Ayo!"Mereka melangkah keluar tanpa membawa apapun dari rumah ini. Mia hanya bisa memasrahkan diri saja. Dia mencoba mempercayakan semuanya pada suaminya.Mereka pergi tanpa berpamitan pada siapapun. Tadinya Mia mencari keberadaan ayahnya, tapi karena ayahnya tidak terlihat dia melanjutkan langkahnya menyusul Gara. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27

Bab terbaru

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 405. Akhirnya Mereka Sah Juga

    Tidak ada tetangga yang datang karena mereka sengaja, lamaran malam ini dengan sederhana saja. Tidak ada yang dibawa oleh Dodi karena memang mereka sudah berunding untuk tidak memaksakan diri dan tidak membawa apapun. Ini adalah pesan Gita, jadi Dodi datang hanya membawa ucapan niat dan cincin seberat 2 gram saja sebagai tanda pengikat antara mereka. Acara lamaran berlangsung sederhana namun penuh keseriusan dari kedua belah pihak. Pakde Gita tak banyak bicara, sebab di sini ia hanya menjadi saksi, bukan untuk dimintai pendapat. Sebelumnya, Bu Mila sudah berpesan demikian. Sebelum lamaran ini, Pakde sempat menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pernikahan Gita dengan Dodi. Alasannya, masa depan Dodi kurang cerah dan hanya akan membebani Gita, terlebih Gita kini sudah sukses. Pakde khawatir banyak orang berbiat buruk, lalu menjadikan alasan ingin menikahi Gita. Bu Mila menegaskan untuk tidak perlu ikut campur urusan mereka . Dodi memandang Heru dengan mata terbelalak, seperti kura

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 404. Memberi Solusi

    Sebagai orang tua, mereka hanya perlu menyetujui, memberi restu, dan dukungan. Meski tak suka, Pakde tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan.Mungkin ia sadar bahwa selama ini ia tak pernah membantu atau ikut memberi makan Gita dan Anisa sejak mereka lahir, lalu mereka ditinggal orang tua mereka, dan kini telah tumbuh dewasa.Acara lamaran selesai, disambung dengan obrolan ringan, basa-basi sebelum waktunya pulang.Tidak ada yang istimewa di acara malam ini, tetapi bagi Gita dan Dodi, acara ini sangat spesial dan membekas di hati. Karena malam ini, mereka resmi menjadi sepasang tunangan dan berencana menikah bulan depan. Awalnya, ketika ditanya oleh Pak De kapan mereka akan menikah, Dodi masih ragu untuk menjawab. Bukan karena ragu, tetapi dia ingin benar-benar siap. Namun, Gita yang langsung menjawab, "Rencana kami adalah bulan depan, Pak De. Setelah bulan ini habis, kami akan berunding lagi untuk menentukan hari yang tepat."Dodi tidak bisa berkomentar karena takut Gita tersinggu

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 403. Benar-benar Datang Ke rumah

    Dodi menarik nafas resah. Tadinya, dia sudah cukup senang, khayalannya melambung tinggi, menikahi Gita dan hidup bahagia penuh cinta. Namun, setelah obrolan dengan ibunya, perasaannya berubah menjadi kacau.Jika nanti dia menikah, bagaimana mungkin dia bisa tinggal bersama Gita? Bagaimana dengan ibu dan dik-adiknya? Tapi jika dia mengajak Gita untuk tinggal bersamanya, tentu saja itu juga tidak mungkin. Dia tidak bisa membawa Gita untuk tinggal di pondok mereka dan mengurus keluarganya.Tiba-tiba, sebuah pesan singkat dari Gita masuk. "Dodi, sedang apa? Apa kamu sudah pulang kerja?""Iya, Gita. Aku sudah pulang dari tadi." Mulai hari ini dan seterusnya, Dodi memang sudah mau belajar untuk memanggil Gita dengan nama saja. Mereka sudah sepakat."Bisa gak nanti malam ke rumah? Ada hal yang ingin aku bicarakan."Karena Dodi juga ingin membicarakan suatu hal dengan Gita, dia pun setuju. "Iya, aku akan ke sana nanti malam."Gita tersenyum, selain memang ada sesuatu yang ingin dibicarakan se

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 402. Akan melamarnya l

    Yang di sana menutup mulutnya dengan satu tangan menahan agar tidak tertawa keras karena saking senangnya.Ya ampun… Ternyata Dodi romantis juga ya?Akhirnya sepanjang malam ini mereka sama-sama begadang, melanjutkan chat mesra dan rencana untuk kedepannya nanti. Sampai terlupa, ketiduran tanpa sengaja. Ponsel masing-masing terjatuh dari tangan dan paginya ponsel mereka sama-sama ngedrop!Dodi merasa sangat kesal karena tidak bisa mengirimi pesan atau melihat pesan chat dari Gita. Akhirnya berangkat kerja tanpa membawa ponsel.Gita juga demikian, terpaksa pergi mengajar meninggalkan ponselnya di rumah untuk dicas.Di tempat kerja, mereka tidak konsen.Saling memikirkan satu sama lain. Andai saja tadi ponsel bisa dibawa, setidaknya bisa berkirim chat, menanyakan kabar. Lagi ngapain? Udah makan belum?Duh, kasmaran!Sayangnya semalam lupa , seharusnya sambil di cas saja. Kan tidak sampai ngedrop?Saat Dodi pulang dari kerja, di jalan melihat kecelakaan. Sebuah mobil sedan menabrak seora

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 401. Kasmaran

    Anisa mengusir mereka dengan bercanda, "Sudah, jalan sana, nanti keburu magrib."Gita dan Dodi akhirnya berangkat menggunakan motor Anisa. Mereka berboncengan, menarik perhatian orang-orang di jalan karena penampilan mereka yang berbeda dari biasanya. Beberapa mencibir, tapi banyak juga yang memuji kecocokan mereka.Sesampainya di acara, suara musik orgen tunggal menyambut. Mereka disambut oleh tim penyambut tamu, dan beberapa orang langsung mengenali mereka, "Mbak Gita sama Mas Dodi? Wah, cocok banget!”Gita dan Dodi hanya tersenyum malu mendengar godaan-godaan itu. Setelah mengambil makanan, mereka duduk bersama dan menikmati hidangan. Sesekali mereka melirik satu sama lain dan tersenyum, tapi tidak bisa fokus karena hati mereka sama-sama berdebar.Setelah makan, Dodi mengajak Gita untuk memberikan amplop kepada pasangan pengantin. "Cepat menyusul kami ya!" ucap mempelai wanita, membuat Gita semakin tersipu."Kenapa semua orang berpikir kita pacaran?" tanya Gita saat mereka kembali

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 400. Ke Pesta Bersama

    Penjelasan Gita diterima, dan beberapa siswa bahkan membuka platform novel online untuk memeriksa kebenarannya. Mereka akhirnya paham bahwa kehidupan Gita dan Anisa telah berubah berkat kerja keras Gita.Sejak saat itu, tak ada lagi yang menuduh atau membicarakan Anisa dan keluarganya. Kabar tentang Gita yang menjadi penulis menyebar, dan kehidupan mereka menjadi lebih damai. Tidak ada lagi tuduhan atau hinaan dari Cindy dan teman-temannya.Hari itu, Gita merasa sangat lelah setelah seharian membersihkan rumah bersama Anisa. Malam harinya, ia mengalami sakit kepala yang parah. Anisa khawatir melihat suhu tubuh kakaknya yang sangat panas."Mbak Gita sakit, ya? Badannya panas sekali!" seru Anisa.Gita mengeluh, "Kepala Mbak sakit, tubuh juga rasanya ngilu-ngilu."Anisa segera memberi tahu Bu Mila, yang panik. "Tunggu sebentar, Anisa. Biar nenek menemui Mbak Nita.""Biar Anisa saja, Nek. Nenek tungguin Mbak Gita," ujar Anisa, langsung berlari ke rumah Nita. Mendengar kabar itu, Nita dan

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 399. Di Bully

    "Udah, jangan dilihat terus. Besok langsung dicoba aja," goda Nita, sambil tersenyum melihat Anisa yang terus memandangi motor barunya.Anisa tertawa kecil, benar-benar tidak menyangka dirinya bisa mendapatkan motor sebagus itu. Dia menoleh pada Gita, "Mbak Gita, terima kasih ya. Pasti mahal banget."Gita tersenyum dan menepuk tangan Anisa lembut, "Yang penting kamu senang, Anisa. Harga motor ini nggak ada apa-apanya dibanding kebahagiaan kamu.""Ya ampun, Mbak Gita! I love you deh!" Anisa memeluk kakaknya dengan rasa terima kasih."Makanya, jangan bandel. Kamu nggak kerja tapi dibeliin motor sama HP baru. Semangat belajar dan bantu-bantu di rumah, ya," Bu Mila mengingatkan."Siap, Nek! Anisa makin semangat," jawab Anisa riang, disambut tawa seluruh keluarga.Heru lalu berdiri, "Maaf, aku harus pulang. Toko nggak ada yang jaga lama-lama.""Aku juga pulang, nih," kata Nita sambil mengeluarkan kado kecil dari sakunya.Heru melihat kado itu dan tertawa, "Ya ampun, kado kamu kecil banget,

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 398. Kejutan

    Karena Anisa memang adik yang pengertian, meskipun hatinya sedikit terluka oleh ucapan kakaknya, dia tidak berani menjawab. Anisa mencoba mengerti, mungkin kakaknya sedang banyak pikiran atau lelah, jadi dia memilih untuk diam saja.Kemudian, Anisa beranjak dari kamar Gita untuk mencari neneknya, tetapi tidak menemukannya. Dia lalu pergi ke dapur dan membuka tudung saji. Ternyata tidak ada makanan apapun di meja. Bahkan di magic com pun tidak ada nasi. Anisa mendengus kesal, lalu kembali ke kamar Gita."Mbak, nenek nggak masak ya? Nenek pergi kemana?" tanya Anisa lagi.Kakaknya terlihat kesal, lalu melemparkan guling ke arah Anisa."Kamu itu manja banget sih! Kamu kan bisa masak sendiri, masak mie, ceplok telor, atau apa gitu. Nggak usah terus ngandelin nenek. Nenek lagi pergi ke rumah Bude dari tadi pagi, jadi nggak sempat masak. Kamu aja yang masak nasi, sana!” ujar kakaknya.Anisa merasa sedih melihat perubahan kakaknya yang tiba-tiba menjadi pemarah. Namun, dia tidak berani memban

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 397. Kenapa Kak Gita tiba-tiba berubah?

    “Ya Allah, ternyata ini pekerjaan Mbak Gita yang jarang diketahui orang. Pantas saja Mbak bisa membeli ini itu dan mengubah ekonomi keluarga. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Mbak bisa sehebat ini.”Gita mengangguk kemudian tersenyum kecil sambil melanjutkan untuk memberitahu Dodi tentang aplikasi-aplikasi novel miliknya.“Mungkin beberapa orang di kampung banyak yang membicarakan aku, tapi aku tidak mau peduli. Karena mereka juga tidak tahu apa yang aku lakukan sebenarnya. Yang terpenting bagiku adalah aku mencari pekerjaan secara halal dan ini merupakan anugerah serta rezeki dari Allah yang diberikan padaku. Aku telah diberi jalan untuk bisa mengubah ekonomi keluargaku.”Dodi mendongak, "Mungkin sebagian orang membicarakan keluarga Mbak karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Tapi benar kata Mbak, tidak usah dipedulikan. Bukankah Mbak tidak merugikan siapa-siapa? Mbak menulis dengan ide sendiri tanpa mengganggu orang lain.""Itulah yang sering dikatakan oleh Mbak Nita. Makany

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status