“Haruskah aku benar-benar mencungkil matamu, Marcel?” geram Raja sembari menatap lurus pada Marcel.Ada rasa takut yang menyelimuti diri Marcel, tetapi egonya yang begitu tinggi membuat pria itu menghiraukan Raja dan kembali menatap Ayyara.“Lihatlah suamimu, kenapa dia suka marah? Mungkin suamimu datang bulan,” ucap Marcel. “katakan pada suamimu untuk nggak berkata kasar padaku, sopanlah sedikit.”Ayyara semakin kesal terhadap pria itu. Lantas dia pun berkata dengan nada yang begitu tegas, “Pak Marcel, tolong pergi dari sini sebelum suamiku benar-benar memukul Bapak!”Marcel justru tersenyum penuh nikmat menatap Ayyara, “Berikan ciumanmu, baru aku akan pergi.”“Marcel!” Ayyara spontan meninggikan suaranya sembari menatap tajam pada pria itu. “Kamu nggak pernah belajar dari kesalahanmu! Sikapmu masih seperti setan!” nadanya tidak lagi menunjukkan kesopanan. “aku kira kamu orang terhormat, ternyata kamu hanyalah orang berandalan. Menjijikkan, Bapaknya anggota Pemerintah dan punya perus
Radit keheranan melihat Margareth mendadak tampak begitu panik.“Ma? Pesan dari siapa?” tanya Radit.Margareth menunjukkan layar ponsel miliknya, “Dari Hakim ketua. Kita harus cepat membayar janji kita kalau nggak ingin pria gendut itu buka suara. Kita harus cepat-cepat menyerahkan Ayyara.” Radit seketika ikut panik. Dia baru teringat kalau keluarganya bebas dari jeratan hukum karena bekerja sama dengan hakim ketua, sehingga seolah-olah Ulva adalah pelaku utama dalam masalah penjebakan terhadap Raja. Namun, semua itu tidaklah gratis, sebagai bayarannya mereka harus menyerahkan Ayyara ke hakim ketua walau hanya satu malam.“Masalahnya ini bukan kerjaan gampang. Bagaimana caranya kita membujuk Ayyara agar mau tidur dengannya?” Radit terlihat gelisah. “kita bahkan gagal menjodohkan Ayya dengan pria tampan dan kaya seperti Marcel, apalagi dengan pria bau tanah. Itu sangat mustahil.”Margareth berusaha tetap tenang. Otaknya bekerja, bagaimana pun juga dia harus menemukan cara untuk menyer
“Malam ini kamu akan tidur bersama laki-laki lain,” gumam Margareth semringah. “nanti malam adalah malam kehancuranmu, Ayya!”Terlihat aura balas dendam di sorot mata Margareth, “Kamu adalah penyebab hancurnya keluargaku. Gara-gara kamu, aku terusir dari sini. Malam ini kamu harus membayar segalanya, Ayya!”Tak berlama-lama di sana, Margareth melatakkan ponsel milik Nugraha ke tempat semula. Dia berbalik keluar sebelum Pria tua itu menyadari keberadaannya.“Abis ini aku akan menelpon Herman,” gumamnya sembari berjalan mengendap-endap.***Ayyara tengah bersantai di kamar pribadinya, menunggu Raja yang masih berada di kamar mandi.Ayyara sebenarnya masih curiga melihat pesan Nugraha. Dia merasa pesan ini bukan gaya tulisan sang Kakek. Anehnya lagi, Kakeknya memintanya datang ke hotel Manda.“Kenapa harus di hotel? Kenapa nggak ketemu di rumah saja?” Ayyara berpikir. “Mungkin Kakek nggak ingin semua orang tahu, makanya Kakek memintaku menemuinya di hotel Manda,” gumam Ayyara mencoba be
Ayyara sekarang paniknya bukan main. Dia merasa hakim ketua itu bekerja sama dengan pihak hotel untuk menjebaknya. Namun, dia tertegun saat menyadari kalau semua ini berawal dari pesan Nugraha.“Nggak mungkin Kakek ikut menjebakku.” Ayyara menggeleng kepala tak percaya. “Tapi pesan itu? Apa Kakek mau ngeprank aku?” dia kembali menggelengkan kepala. Dia sangat mengenal Nugraha, tidak mungkin gurauan sang Kakek di luar batas.Ayyara mulai meneteskan air mata. Dia sangat ketakutan, “Mas Raja, kamu di mana? Mas datanglah ke sini. Ayya takut.” Ayyara tak tinggal diam. Dia kembali berbalik menggedor pintu sembari berteriak sekencang-kencangnya.***Raja menaiki taksi menuju ke arah hotel Manda. Tanpa sepengetahuan Ayyara, dia telah mengirim seseorang untuk menjaga istrinya dari kejauhan. Namun, dia justru mendapat kabar kalau istrinya sempat terlihat berbincang-bincang dengan Herman, hakim ketua.Khawatir terjadi hal buruk kepada istrinya, dia memutuskan menyusul sang istri, karena dia tah
Raja bergerak cepat menangkis pukulan itu dan berbalik memberikan sebuah tendangan keras yang masuk mulus ke perut mereka hingga terpental jauh ke belakang. Walau mereka sudah terlatih, tetapi belum cukup menandingi kelincahan dan kemampuan bela diri yang dimiliki Raja. Saat petugas lainnya mendekat dan hendak menghajar Raja, alangkah terkejutnya mereka kala melihat ke belakang. Seorang pria paruh baya berpakai jas rapi keluar dari dalam. Wajahnya tampak panik bukan main karena barusan Anton menghubunginya kalau pihak hotel Manda telah melakukan kesalahan besar terhadap Raja. “Yang mana yang namanya Raja?” seru pria itu dengan suara gemetar. “saya Abbas, direktur hotel Manda.” Semua orang yang ada di sana langsung melongo. Alangkah terkejutnya mereka melihat seorang direktur hotel Manda yang terkenal sombong saat ini tampak ketakutan sampai suaranya berubah. “Aku!” Abbas seketika menoleh ke arah Raja. Dia mencermati penampilan Raja, pakaian yang dikenakan dari atas sampai ba
“Herman!” seru Raja. “Sudahkah kamu bosan hidup, Herman?!”Herman dan Ayyara menunjukkan ekspresi yang berbeda saat Raja mendobrak masuk.Ayyara menangis senang suaminya datang di waktu yang tepat untuk menyelamatkan. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi.Sementara, Herman tampak tercengang dan panik. Dia heran Raja datang bersama Anton, “Ada hubungan apa mereka?” gumamnyaAyyara melangkah dan menubrukkan tubuhnya ke tubuh sang suami, “Mas Raja …” Dia meluapkan rasa takutnya di pelukan sang suami. “aku dijebak, Mas. Dia mau melecehkanku, Mas.”Mendengar itu, kilatan amarah terpancar di sorot mata Raja. Begitu pula Anton yang seketika maju menghampiri Herman dengan tatapan mata berkilat iblis.“Bangsat!” Anton melayangkan sebuah pukulan keras ke wajah Herman. “habis kamu, Herman!”Namun, Herman bisa menghindari pukulan itu. Bahkan dia mulai menunjukkan keangkuhannya. Walau dia tahu Anton adalah seorang direktur Prince Group, tidak ada rasa takut sedikit pun karena dirinya adalah se
“Sepertinya aku mengenalmu,” ucap Fahar. “Bukankah kamu menantunya Pak Nugraha?” Fahar tidak menyadari bahwa Raja bukan hanya sekedar menantu Nugraha, tetapi pria itu adalah keturunan keluarga Darmendhara. “Benar,” jawab Raja sembari berjalan ke arah Ayyara. “dan dia istriku. Kami berterima kasih karena anda mau membantu kami.” “Aku turut prihatin atas kejadian ini. Tapi apakah istri anda baik-baik saja?” tanya Fahar. “Seperti yang anda lihat,” jawab Raja. Ayyara menambahkan, “Aku baik-baik saja. Beruntung suamiku datang tepat waktu, kalau tidak …” Ayyara tidak mampu melanjutkan ucapannya. Dia tidak bisa membayangkan hal mengerikan itu menimpanya. Kalau suaminya datang telat semenit saja, mungkin pria bejat itu akan menikmati tubuhnya. Fahar menatap Ayyara, “Kalau boleh tahu gimana awalnya anda bisa sampai bisa dijebak Herman?” tanyanya mencari informasi tambahan. Mendengar pertanyaan itu, Ayyara seketika menunduk sedih. Walau dia menjadi korban penjebakan, dia tetap merasa
“Karena ini,” ucap Ayyara sembari memberikan ponsel miliknya kepada Raja. “aku datang ke sana untuk menemui Kakek.”Raja menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tatapannya dingin setelah membaca semua pesan itu.“Kakek?” gumamnya, tetapi dia tidak percaya begitu saja.Ayyara menghembus napas berat. “Kok bisa sih? Nggak mungkin Kakek menjebakku, tapi pesan ini benar-benar dari nomernya Kakek.”“Siapa pengirim pesan itu? Kita segera tahu jawabannya di rumah Kakek,” tanggap Raja sembari menjalankan mobilnya.“Iya, Mas.” Ayyara setuju. Dia lalu kembali memeluk suaminya. “Maafkan Ara ya, Mas.”“Tidak. Ara tidak salah.”***Nugraha bersantai di kamar pribadinya. Tatapannya menerawang jauh, mengingat kejadian puluhan tahun yang lalu saat dirinya mengadopsi Ayyara.“Anak kalian sekarang sudah bahagia bersama suaminya. Dia lembut hatinya, juga cerdas. Dia bahkan menjadi penolong hidupku. Aku beruntung memiliki cucu sepertinya.” Nugraha tersenyum membayangkan Ayyara, tetapi perlahan senyuman it
Usai berkata demikian, Raja pergi begitu saja. Dia memutuskan pulang ke rumah besar Nugraha. “Sudah cukup mereka bermain-main dengan keluargaku. Waktunya sudah tiba. Aku akan menghukum semua musuh-musuhku,” gumam Raja sembari melangkahkan kakinya. Dua puluh menit kemudian, Raja tiba di rumah besar Nugraha. Dia menghampiri sang Kakek dan Ayyara yang menunggunya di ruang tengah. “Mas?” Mengerti tatapan sang istri yang mencemaskannya, Raja pun menanggapi, “Aku baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.” Sementara, Nugraha masih mematung di tempat. Dia masih belum menyangka bahwa menantunya itu adalah putra Banara Darmendhara. “Aku sudah menyuruh Anton untuk menghukum semua orang yang berani mengganggu kebahagiaan kita, termasuk Shinta dan Kakaknya,” ucap Raja. Lalu menoleh ke arah Nugraha. “juga Marcel dan Ferdi.” Nugraha yang tidak mengerti pun bertanya, “Maksudnya?” “Sepuluh menit yang lalu Prince Group telah memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan WNE Group.
“Malam ini juga Bagas harus menghadapiku!” seru Raja. “Aku juga akan menghukumnya!” sahut Nugraha yang tak kalah murkanya. Ayyara yang bediri di tengah-tengah mereka pun berkata, “Kakek belum sembuh total. Biarkan Mas Raja yang menanganinya.” “Tidak. Kakek mau ikut. Aku–” “Ara benar. Sebaiknya Kakek tidak perlu ikut,” potong Raja. “serahkan semua urusan ini kepadaku.” “Baiklah.” Nugraha berujung mengalah. Raja menoleh ke arah Anton, “Apakah kamu sudah merekamnya?” Anton mengangguk cepat, “Sudah, Pak.” “Kirimkan rekamannya kepadaku,” pinta Raja. *** Bagas mengetahui kalau Jamal dan teman-temannya tertangkap dan diadili. Namun, saat ini dia sama sekali tidak panik. Dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasinya. Bahkan di saat ini dia bermain dengan wanita jalang di sebuah kamar. Tanpa Bagas sadari, di luar sana Raja dan orang-orangnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaganya. BRAK! Bagas dan wanita jalangnya spontan menoleh ke arah pintu
“Berlatih menembak,” ucap Anton. Tubuh Jamal semakin begetar hebat, “Saya mohon, Pak. Jangan jadikan saya kelinci percobaan.” Jamal tampak begitu panik melihat tangan Anton mulai terangkat dan mengarahkan pistol ke arah apel yang berada di atasnya, “Saya akan jujur. Saya akan mengatakan siapa yang telah menyuruh saya.” Sudut bibir Anton terangkat, memang ini adalah rencananya untuk memaksa Jamal mengakui segalanya. “Saya janji,” ulang Jamal mencoba meyakinkan Anton. Jamal tak punya pilihan lain. Dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan pendiriannya jika tidak ingin nyawanya yang melayang. “Penawaran yang sangat menarik. Tapi jika sekali saja kamu berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!” seru Anton sambil menempelkan moncong pistol tepat di dahi Jamal. “bukan apel lagi, tapi peluruku akan menembus kepalamu!” “Ba-ik, Pak. Saya akan jujur.” Suara Jamal nyaris tak terdengar karena diselimuti rasa takut yang membesar. “Cepat katakan, Jamal! Jangan bertele-tele!” geram Anton.
“Halo, Pak Raja … Saya sudah berhasil menjalankan tugas dari Pak Raja,” ucap Anton di seberang telepon. Nugraha yang mendengarnya pun merasa terheran-heran. Raja yang sedari tadi mengintip di balik pintu, dia pun masuk kembali dan menghampiri Nugraha. “Lakukan sesuai rencana, Anton,” ucap Raja yang sudah berdiri di samping Nugraha. “Baik, Pak,” jawab Anton, dan setelahnya telepon terputus. Nugraha yang kebingungan pun menatap Raja dengan ekspresi yang begitu serius, “Siapa kamu?” “Aku suami Ayyara, menantu Kakek,” jawab Raja. “Jawab yang jujur. Siapa kamu sebenarnya?” tanya Nugraha. “Aku Raja Elvano Darmendhara. Putra Banara Darmendhara,” jawab Raja serius. “Kamu jangan bercanda.” Raut wajah Nugraha memerah. “Mas Raja nggak bohong, Kek,” sahut Ayyara yang muncul dari luar dan berjalan mendekat. “Mas Raja adalah putra Ayah Banara Darmendhara, pemilik Darmendhara Group.” Nugraha tercengang mendengarnya, tetapi dia masih menganggap Raja dan Ayyara telah berbohong. “Candaan ka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal