"Tidak, Tuan. Yang aku katakan adalah kebenaran. Aku pun tak mengerti bagaimana pria tak berguna itu menjaadi pemilik saham terbesar. Aku mohon, bantu aku membebaskan putriku, Tuan," mohon Mandy sambil berlutut."Kau keluarlah dulu, aku akan mencoba membebaskan putrimu," balas Robert.Jawaban Robert membuat Mandy merasa lega, ia keluar sambil memegangi dadanya. "Kau akan keluar sayang, dan kita akan membalaskan dendam ini pada mereka," gumam Mandy sambil keluar dari ruangan Robert.Robert merasa usahanya untuk membunuh Austin menjadi sia-sia. Dengan bodoh ia menelpon bawahannya untuk membebaskan Dora dari balik jeruji besi. Ia melupakan perjanjiannya dengan Tuan Arthur untuk tak menyentuh dan mencampuri urusan Thomson."Bebaskan Dora dari penjara Racoon City!" perintahnya pada sang bawahan.Ia melanjutkan pekerjaannya tanpa memikirkan masalah Dora dan ibunya. Baginya membebaskan orang dari penjara bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Ia tak memikirkan bagaimana cara menghadapi Tua
"D-darah!" teriak Kenny saat menyadari tangannya sudah berlumur darah. Dada Austin yang ia remas adalah letak di mana luka tembak yang belum pulih sepenuhnya. Karena remasan tangan Kenny luka itu kembali terbuka dan mengeluarkan banyak darah. Kenny pun terkejut melihat begitu banyak darah saat ia membuka matanya. Kenny berdiri dan menatap dada Austin dengan tubuh bergetar. Ia melihat wajah Austin yang sudah menahan sakit akibat perbuatannya. Baju putih yang Austin kenakan sudah kotor terkena darahnya sendiri. "K-kenapa kau tak bilang jika lukamu tak sengaja aku tekan? Mengapa kau diam saja?" tanya Kenny panik. Kenny berlari mengambil kotak obat dan sebaskom air juga lap untuk membersihkan luka Austin. Austin tak menolak dengan apa yang dilakukan Kenny. Wanita itupun membuka kancing kemeja Austin hingga terpampang jelas luka yang tadi ia remas. Perban yang membalut luka itu sudah berlumur darah, Kenny menatap nyeri pada luka di dada Austin. Dengan perlahan Kenny membuka perban itu
"Ya, aku serius. Kau tidurlah di kasur, aku akan beri pembatas dengan guling. Kau tak boleh melewati pembatas itu," balas Kenny. Austin pun tersenyum, ia berusaha berdiri sambil menahan rasa nyeri pada lukanya. Kenny pun merasa kasihan dan membantu Austin dengan memegangi tangannya. Austin berjalan perlahan dengan bantuan Kenny. Ini adalah kali pertamanya mereka bersentuhan fisik semenjak menikah. Hati yang dulu beku pun sedikit demi sedikit mulai mencair seiring berjalannya waktu. Austin terus saja memandangi wajah Kenny yang sedang fokus membantunya. Bibirnya mengulas senyum bahagia, wanita cantik yang biasanya bersikap dingin mulai menunjukkan perhatiannya. "Terima kasih," ucap Austin saat sudah membaringkan tubuh di tempat tidur. Kenny menganggukkan kepala dengan membalas senyuman Austin. Dengan ragu Kenny merebahkan tubuh di samping suaminya, ia juga tak lupa meletakkan guling di antara mereka. Keduanya berbaring dengan kaku sambil melihat langit-langit kamar. 'Kenapa rasan
"Maaf," balas Kenny. Kenny menghentikan pergerakannya begitu sadar dengan apa yang ia lakukan. Kenny pun berbalik memunggungi Austin, ia merasa malu dengan apa yang akan ia lakukan. Sedangkan Austin membuka celana panjangnya dengan sedikit kesulitan, lalu ia membenamkan sebagian tubuh di dalam Bathhup. Kenny pun membantu Austin untuk membersihkan punggungnya. Kegugupan itu hadir saat tangan menyentuh kulit punggung Austin. Tak berbeda dengan Austin, ia juga merasakan kegugupan yang luar biasa karena sentuhan yang diberikan Kenny. "Selesai, aku ambilkan handuknya dulu," ucap Kenny. Ia sengaja mempercepat bantuan yang diberikan agar lekas keluar dari kamar mandi. Kenny pun mengambilkan handuk untuk Austin. Langkah yang terburu-buru membuat kakinya goyah, dan ia terjatuh tepat di atas pangkuan Austin yang maasih berada di dalam bathup. Kenny dan Austin terkejut saat pandangan mereka berdua bertemu, waktu seakan terhenti saat mereka saling menatap tanpa berkedip sedikitpun. Kenny ters
"Apakah dia anakmu?" tanya Tuan Arthur.Pandangannya tak lepas menatap wajah mungil Aurel yang sedang bergelayut manja di kaki Austin. Austin pun dengan antusias mengangkat tubuh mungil itu dan memangkunya. "Bukan, Tuan. Gadis kecil ini adalah anak Lea, temanku. Dia telah kehilangan seorang Ayah dan menganggapku sebagai ayahnya sendiri," balas Austin sambil menjawil hidung Aurel.Gadis kecil yang ada di pangkuannya itupun terkekeh dengan apa yang dilakukan Austin padanya. Tuan Arthur bernapas lega karena mengetahui Austin tak memiliki anak dari wanita lain. Kehadiran Lea pun disambut oleh mereka semua, tak terkecuali Kenny. Tapi wanita berstatus istri sah Austin itu mengepalkan tangannya di bawah meja, meski begitu ia terus memaksakan senyumnya pada sang sahabat.Entah rasa cemburu atau bukan, hanya Kenny sendiri yang mengetahuinya. Matanya terus memandang Austin yang tengah bergurau dengan Aurel. Mereka nampak seperti Ayah dan anak pada umumnya. "Hai, aku tak menyangka kau masih h
"Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau terlihat takut?" tanya Lois."Tidak, hanya saja kekuatan yang dimiliki Tuan Arthur sangat luar biasa. Sepertinya akan sulit untuk membunuh Austin," balas Robert.Robert nampak gelisah, ia sedang memikirkan cara menguasai semua kekayaan Jacob untuk dirinya sendiri. Penghalang terbesarnya adalah Austin, Robert telah mengetahui jika Tuan tua Jacob telah membagi sebagian hartanya untuk Austin.Ia tak ingin pria tua yang tak lain adalah ayahnya sendiri itu mengetahui jika Austin masih hidup. Rencana yang telah ia susun semua sudah berantakan. Robert pun tak ingin kehancuran menghampirinya."Apakah kakekmu sudah melihat berita hari ini?" tanya Robert pada putranya, Wilson."Sepertinya belum, Dad. Akan aku alihkan perhatiannya, agar Kakek tak melihat berita itu," balas Wilson.Wilson hendak pergi menemui sang Kakek, tapi langkahnya terhenti saat Robert memanggilnya."Ada apa, Dad?" tanya Wilson."Kau campurkan ini ke dalam minumannya, obat ini yang akan mem
"Nanti juga kau tahu, sekarang kita masuk dan lumpuhkan para penjaga tanpa mengeluarkan suara sedikit pun," balas Austin.Tanpa banyak bertanya Peter mengikuti langkah Austin dengan mengendap-endap. Mereka melumpuhkan satu per satu pengawal tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Peter dengan keahlian beladirinya mampu melumpuhkan musuh tanpa menimbulkan kegaduhan.Tak berbeda dengan Austin, pria muda itu juga tak kalah hebat dalam mengintai. Austin terus menuntun jalan di depan, sedangkan Peter membuntutinya dari belakang. Langkahnya tiba di kamar yang sedari tadi dituju. Kamar itu memiliki pengawalan yang sangat ketat. Terdapat empat pengawal dengan senapan laras panjang di tangannya. Kali ini Austin menempelkan salah satu jari telunjuknya di bibir, memberi kode pada Peter untuk diam. Austin mencari cara, bagaimana para pengawal itu dapat dilumpuhkan tanpa menimbulkan kecurigaan sang pemilik mansion?Matanya mengintai setempat, ia melihat pot bunga dengan kerikil-kerikil kecil di da
"Kau tenang saja, nanti aku akan menyusulmu. Yang terpenting bawa kakekmu keluar lebih dulu," balas Peter.Meski ragu Austin mendorong kursi roda Tuan Jacob dengan seluruh kekuatannya. Peter menembaki pengawal yang menghalangi jalan Austin. peluru di dalam pistolnya habis, ia segera melumpuhkan lawan dan merebut senjata di tangan mereka. Kegaduhan yang terjadi di kediaman Jacob terdengar di telinga Robert. Kemarahan nampak di wajahnya saat tahu Tuan Jacob dibawa oleh Austin. Ia tak akan membiarkan Tuan tua Jacob dibawa begitu saja sebelum dia menguasai seluruh kerajaan bisnis Jacob."Berengsek! Melawan dua orang saja kalian tidak bisa!" maki Robert. "Cepat kirim banyak pengawal ke mansion, dan tangkap mereka semua hidup-hidup," sambung Robert.Austin berhasil keluar dari kediaman Jacob bersama dengan sang Kakek. Tapi matanya membola begitu melihat Peter dikepung oleh pengawal Robert. Otaknya pun memberikan perintah untuk menelpon Tuan Arthur, meminta bantuan sang Kakek untuk menyel