"Sudahlah tak usah dibahas, apakah kau akan bermalam di sini? Aku masih merindukan masa pertemanan kita," tanya Tuan Arthur tanpa menjawab pertanyaan Tuan Thomson. "Tidak, aku harus pulang. Kasihan istriku di rumah, lagi pula masih ada pekerjaan di kantor. Kenny juga ingin mendirikan cabang di Madripoor City, aku harap kau berkenan untuk membatuku," balas Tuan Thomson. Austin terekejut saat tahu Kenny juga akan mengembangkan Thomson Company di Madripoor city. Selama ini Austin dan Kenny tak pernah terlibat pembicaraan mendalam seperti membahas keseharian mereka, apalagi soal perusahaan. "Kenapa kau terkejut seperti itu? Apakah kau tak tahu jika Thomson Company akan melebarkan sayap ke Madripoor city?" tanya Tuan Arthur penasaran. "Tidak Tuan, selama ini Kenny tak menceritakan prihal perusahaan kepadaku. Mungkin ia merasa aku tak perlu tahu karena aku tak mungkin bisa membantunya," balas Austin. Sedikit kesedihan terbesit di dalam hati saat ia tak mengetahui apapun tentang istriny
"Proyek pembangunan hotel di kota Sanla mengalami kekacauan Kek. Material bangunan yang harusnya sudah tiba hilang di jalan. Pembangunan tertunda, bahkan yang membuat parah, para pekerja di sana mengundurkan diri tanpa alasan. Sedangkan klien kita mengharuskan pembangunan itu selesai tiga bulan lagi. Jika seperti ini bagaimana aku harus menghadapi klien dan mencari pekerja baru dalam waktu dekat?" balas Kenny berusaha tegar. Austin melihat kesedihan itu, ia ingin menenangkan Kenny tapi tak ada keberanian dalam diri. Tangan sudah menggantung di udara untuk mengelus rambut sanag istri, tapi tangan itu terkepal, lalu luruh ke bawah. "Apakah kau sudah tau siapa dalangnya?" tanya Tuan Thomson. Kenny menggelengkan kepala. "Aku tak tahu Kek. Rombongan pembawa material semua hilang, tak ada yang bisa dihubungi." Kebingungan hinggap di hati Tuan Thomson, hotel yang sedang dibangun adalah hotel kelas atas. Klien yang bekerja sama dengannya pun adalah orang yang memiliki kekuasaan sama seper
"Nanti akan aku jelaskan, apakah kau bisa membantuku Tuan? Aku membutuhkan setidaknya 500 pekerja konstruksi," balas Austin. "Kau datang di waktu yang tepat. Hari ini adalah hari terakhir pekerjaanku di sini. Besok aku dan tim tak akan bekerja di sini lagi, hanya pekerja resmi saja yang tinggal menyelesaikan pekerjaan di sini. Baiklah, aku akan membantumu, tapi pekerja di timku tidak sebanyak itu, paling hanya 200 pekerja," balas Tuan Jack. "Tak apa Tuan, nanti kita cari lagi kurangnya. Aku pun akan membantumu di sana," ucap Austin. Austin sudah bertekad untuk membantu Kenny dengan kemampuan yang ia miliki. Peter yang sedang berjalan ke arahnya merasa bingung dengan pembicaraan Austin dan Tuan Jack, terlihat serius sekali. "Hai bro, apa kabar?" sapa Peter. "Kabarku baik," balas Austin. "Oh iya, apakah Peter akan ikut bersama dengan kita?" sambung Austin. "Ya, dia akan bersama dengan tim kita," balas Tuan Jack. "Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Peter bingung. Austin dan T
"Kenapa kau bisa sakit seperti ini? Apakah masalah itu yang membuat kau seperti ini?" gumam Austin sambil membawa Kenny ke kamarnya.Kenny terus bergerak di dalam gendongan itu, hingga Austin mempercepat langkahnya menuju kamar. Suhu tubuh Kenny pun sangat terasa di kulit Austin. "Kau tunggu di sini, aku carikan obat demammu dulu," gumam Austin sambil membaringkan Kenny secara perlahan.***Pagi hari."Mau ke mana kau sudah rapi seperti itu?" tanya Kenny begitu ia bangun."Aku mau ke Sanla bersama Kakek, aku akan mengurus semua masalahmu," balas Austin percaya diri sambil mengenakan Jaketnya.Kenny mengerenyitkan kening menatap suaminya, ia tak percaya begitu saja jika Austin mampu mencari banyak pekerja dalam waktu yang sangat singkat. "Apakah kau sudah mendapatkan pekerjanya?" tanya Kenny penasaran.Austin mengangguk sambil tersenyum, kepercayaan diri hari dalam jiwa. Ia sangat semangat sekali ingin membantu kesulitan yang sedang dialami oleh istrinya. "Yasudah, kalau begitu aku
"Barang yang kita kirim hilang lagi di jalan, ini sudah yang kedua kalinya," ucap Peter."Ya, aku rasa memang ada yang sengaja mempersulit pembangunan ini. Jika seperti ini sebaiknya kita sendiri yang mengirim barang, aku juga penasaran siapa yang sudah berani merampas bahan material?" balas Austin.Sudah dua kali material pembangunan hilang di pertengahan jalan, bahkan mobil dan supir tak bisa ditemukan. Austin ingin memeriksa sendiri siapa dalang di balik hilangnya material. Kerugian akan Thomson Company alami jika keadaan terus seperti ini. Bukan hanya satu atau dua mobil besar yang mengirim material pembangunan, melainkan ada sepuluh dan itu hilang semua tanpa jejak."Aku rasa juga begitu, aku yakin pasti ada yang sengaja membuat proyek ini batal dan Thomson Compay yang akan menjadi kambing hitamnya," timpal Jack."Baiklah, Tuan. Sepertinya aku sendiri saja yang mengirim material dari pabrik, akan aku tangkap siapa dalang di balik ini semua. Kau rincikan saja muatan material untuk
"Keluar!" bentak Kenny sambil menenggelamkan tubuh di dalam air dan juga busa.Wajahnya memerah saat melihat kehadiran Austin di kamar mandi. Sedangkan Austin langsung keluar begitu menerima bentakan itu. Jantungnya pun berdetak tak menentu saat melihat punggung polos sang istri, ia terus menggelengkan kepala, mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang terus saja terlintas di kepalanya."Mengapa juga ia tak mengunci pintunya? Aku pikir ia di ruang kerja," gumam Austin sambil memegangi dadanya.Austin memilih duduk di balkon kamar sambil menunggu Kenny keluar dari kamar mandi. Kepalanya terus menoleh, berbalik menatap pintu kamar mandi. "Kenapa aku jadi membayangkan tubuhnya. Kau tak boleh lancang Austin," gumamnya memperingati diri sendiri.Tak berselang lama Kenny keluar, sudah lengkap dengan pakaian di tubuhnya. Kenny tak menoleh sedikit pun, ia terus memandang ke arah depan sambil terus berjalan, keluar dari kamarnya. Langkah gugup Kenny terlihat oleh Austin, hingga Austin menyunggi
"Tangkap mereka! Jangan sampai mereka melarikan diri!" teriak Peter sambil terus menembaki musuh yang ada di sekitarnya.Robert rupanya meremehkan pihak lawan dan hanya mengirim beberapa orang pasukan saja. Hampir semua pasukan tertembak oleh Austin, Peter dan teman-temannya. Austin mengulas senyum saat ia berhasil menangkap salah satu pihak musuh, ia menahan tangan pria bertubuh besar. Tak banyak perlawanan yang diberikan pihak lawan. Pria bertubuh besar itupun tak bisa memberontak karena sudah mendapatkan luka di bagian belikatnya. Austin sengaja menembak di bagian itu agar musuh tak mendapatkan cidera parah, dan dia bisa mengintrogasinya."Biarkan saja mereka pergi! Aku sudah mendapatkan apa yang aku mau, aku akan menyerahkan pria ini pada Tuan Austin," ucap Austin pada Peter dan teman-temannya."baiklah, kalau begitu kita lanjutkan perjalanan," balas Peter.Mereka mengabaikan mayat yang tergeletak akibat baku tembak tadi, tak ada rasa kasihan dalam diri saat melihat begitu banya
"Tidak, Tuan. Pria itu tak mengeluarkan api, hanya saja kemampuan menembaknya sangat luar biasa," balas salah satu anggota Lois.Lois tersenyum saat mendengar jawaban dari bawahannya, tubuh yang sedari tadi bergetar kembali normal. Ketakutannya sirna sudah karena ia pikir pria itu bukanlah pria yang selama ini ia kenal. "Syukurlah kalau begitu, mungkin tanda api itu adalah tato biasa," gumam Lois.Robert melihat kegelisahan di wajah Lois, hingga ia mengerutkan kening merasa heran dengan apa yang ditakutkan oleh Lois. Pasalnya Lois yang ia kenal adalah pria yang tak memiliki rasa takut dalam menghadapi lawannya. Berbeda dengan saat ini, Robert melihat tubuh bergetar itu."Kenapa kau terlihat cemas saat mengetahui ada pria dengan tato api di lehernya?" tanya Robert penasaran."Tak apa, aku pikir ia kenalanku," balas Lois tanpa menjelaskan kebenarannya.Sementara di Sanla, rombongan Austin dan juga Peter sudah tiba. Austin yang masih menyamar langsung mengambil alih musuh yang ada di ge