Share

BAB 64

Penulis: Nuraselina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Keluar!" bentak Kenny sambil menenggelamkan tubuh di dalam air dan juga busa.

Wajahnya memerah saat melihat kehadiran Austin di kamar mandi. Sedangkan Austin langsung keluar begitu menerima bentakan itu. Jantungnya pun berdetak tak menentu saat melihat punggung polos sang istri, ia terus menggelengkan kepala, mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang terus saja terlintas di kepalanya.

"Mengapa juga ia tak mengunci pintunya? Aku pikir ia di ruang kerja," gumam Austin sambil memegangi dadanya.

Austin memilih duduk di balkon kamar sambil menunggu Kenny keluar dari kamar mandi. Kepalanya terus menoleh, berbalik menatap pintu kamar mandi.

"Kenapa aku jadi membayangkan tubuhnya. Kau tak boleh lancang Austin," gumamnya memperingati diri sendiri.

Tak berselang lama Kenny keluar, sudah lengkap dengan pakaian di tubuhnya. Kenny tak menoleh sedikit pun, ia terus memandang ke arah depan sambil terus berjalan, keluar dari kamarnya.

Langkah gugup Kenny terlihat oleh Austin, hingga Austin menyunggi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 65

    "Tangkap mereka! Jangan sampai mereka melarikan diri!" teriak Peter sambil terus menembaki musuh yang ada di sekitarnya.Robert rupanya meremehkan pihak lawan dan hanya mengirim beberapa orang pasukan saja. Hampir semua pasukan tertembak oleh Austin, Peter dan teman-temannya. Austin mengulas senyum saat ia berhasil menangkap salah satu pihak musuh, ia menahan tangan pria bertubuh besar. Tak banyak perlawanan yang diberikan pihak lawan. Pria bertubuh besar itupun tak bisa memberontak karena sudah mendapatkan luka di bagian belikatnya. Austin sengaja menembak di bagian itu agar musuh tak mendapatkan cidera parah, dan dia bisa mengintrogasinya."Biarkan saja mereka pergi! Aku sudah mendapatkan apa yang aku mau, aku akan menyerahkan pria ini pada Tuan Austin," ucap Austin pada Peter dan teman-temannya."baiklah, kalau begitu kita lanjutkan perjalanan," balas Peter.Mereka mengabaikan mayat yang tergeletak akibat baku tembak tadi, tak ada rasa kasihan dalam diri saat melihat begitu banya

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 66

    "Tidak, Tuan. Pria itu tak mengeluarkan api, hanya saja kemampuan menembaknya sangat luar biasa," balas salah satu anggota Lois.Lois tersenyum saat mendengar jawaban dari bawahannya, tubuh yang sedari tadi bergetar kembali normal. Ketakutannya sirna sudah karena ia pikir pria itu bukanlah pria yang selama ini ia kenal. "Syukurlah kalau begitu, mungkin tanda api itu adalah tato biasa," gumam Lois.Robert melihat kegelisahan di wajah Lois, hingga ia mengerutkan kening merasa heran dengan apa yang ditakutkan oleh Lois. Pasalnya Lois yang ia kenal adalah pria yang tak memiliki rasa takut dalam menghadapi lawannya. Berbeda dengan saat ini, Robert melihat tubuh bergetar itu."Kenapa kau terlihat cemas saat mengetahui ada pria dengan tato api di lehernya?" tanya Robert penasaran."Tak apa, aku pikir ia kenalanku," balas Lois tanpa menjelaskan kebenarannya.Sementara di Sanla, rombongan Austin dan juga Peter sudah tiba. Austin yang masih menyamar langsung mengambil alih musuh yang ada di ge

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 67

    "Maav, Kek. Aku tak bisa menerima saham ini," ucap Austin sambil mengembalikan berkas pengalihan saham yang ada di tangannya."Bagaimana aku harus mengatakan pada Clark jika kau menolaknya? Dia sangat bersikeras memintaku memberikan saham ini untukmu," balas Tuan Thomson."Katakan saja, aku yang menolaknya Kek. Jika Tuan Arthur masih bersikeras juga maka aku yang akan menemuinya."Tuan Thomson menghela napas kekecewaan saat mendengar penolakan Austin. Ia menyimpan kembali berkas itu di dalam brangkas. Sedangkan Austin pamit keluar untuk membantu Tuan Jack dan Peter di Sanla.Mobil membelah jalan raya dengan kecepatan penuh, pikirannya penuh akan pertanyaan tentang apa yang Tuan Arthur berikan padanya. "Baru kali ini aku bertemu dengan orang yang dengan mudahnya memberikan saham pada orang tak dikenal, atau mungkin hartanya sudah banyak jadi tak menginginkan saham itu?" gumam Austin.Tak berselang lama ia tiba di Sanla dan langsung membantu rekannya

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 68

    "Aku mau kau menerima saham yang sudah diberikan Thomson, aku tak membutuhkan saham itu, dan juga aku mengharapkan kehadiranmmu besok di kediamanku," pinta Tuan Thomson.Ada sedikit kelegaan di dalam diri saat mengetahui syarat yang tak begitu memberatkan. Ia hanya perlu menerima saham Thomson dan mempersiapkan diri untuk menerima protes dari para anggota keluarga yang lainnya. Tapi Austin juga merasa penasaran dengan permintaan kedua Tuan Arthur, pria tua gagah yang baru saja dikenalnya ini memintanya untuk bertemu. Austin terdiam sejenak memikirkan kemungkinan buruk yang akan ia dapatkan saat menemui Tuan Arthur di kediamannya."M-maaf Tuan, kalau boleh tahu, untuk apa kau menyuruhku ke kediamanmu?" tanya Austin mengungkapkan rasa penasarannya.Tuan Arthur tersenyum, lalu menepuk pundak Austin. "Kau datang saja, aku tak akan mencelakaimu.""Tapi apakah kau sungguh bisa mendapatkan pendonor untuk adik Peter dalam waktu dekat?" tanya Austin memastikan.Prihal mendapatkan pendonor buk

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 69

    "Mungkinkah dia sudah mau menerimaku menjadi suaminya?" gumam Austin.Austin melangkah dengan fokus yang terbelah, hingga tubuhnya menabrak dinding yang ada di sebelah pintu. Sontak ia memegangi keningnya dan Kenny tertawa. Tawa itu lagi-lagi menghipnotisnya, Austin membalikkan pandangannya ingin melihat tawa yang baru saja Kenny keluarkan karena kecerobohannya."M-maaf, aku tak bermaksud mentertawaimu. Hanya saja kau lucu sekali," ucap Kenny begitu pandangan keduanya bertemu.Austin menganggukkan kepalanya dengan kaku, lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan kedua pipi yang merona.Setak jantung semakin tak menentu, ia merasakan perasaan bahagia yang tak pernah sekalipun ia rasakan sebelumnya. Bibir itu selalu tersenyum meski air shower mengguyur tubuhnya."Aku jadi semakin takut kehilangan kebahagiaan ini," gumam Austin.Begitu selesai, ia langsung keluar dan merebahkan tubuh di sofa dengan memunggungi Kenny. 'Mengapa ia tiak tidur di ruang kerjanya? Sangat bebeda sekali seperti ma

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 70

    "Ikutlah denganku," balas Tuan Arthur.Tuan Arthur merangkul pundak Austin dan membawanya ke ruang kerja. Tak ada satu pun pengawal di dalam ruangan itu, hanya ada mereka berdua. Austin merasa bingung dengan sikap Tuan Arthur yang menurutnya tak biasa. Ia terus memandang sekitar dan terkejut saat melihat foto yang sangat mirip dengan sang Ibu ada di meja kerja Tuan Arthur.Hati menuntun pergerakan kaki, melangkah menuju meja itu. Tangannya terulur dengan ragu mengambil bingkai foto berukuran kecil. Meski di dalam foto itu adalah foto gadis kecil, tetapi wajah itu mengingatkannya dengan senyuman sang Ibu."Mengapa kau menyentuh foto itu? Apakah kau mengingat seseorang saat melihat wajah itu?" tanya Tuan Arthur."Ya, Tuan. Wajah gadis kecil ini sangat mirip dengan ibuku, dulu Ibu pernah menunjukkan foto masa kecilnya saat masih tinggal di desa bersama dengan Kakek dan Nenek," balas Austin."Tak salah lagi, kau adalah anak Ava, keturunan murni keluarga Arthur."Austin langsung menolehkan

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 71

    "Kenapa kau ingin statusmu dirahasiakan? Harusnya kau berbangga diri bisa menjadi ahli waris Arthur Grup," tanya Tuan Arthur pada cucunya."Bukannya aku tak bersyukur dengan apa yang akan aku dapatkan, aku tak bisa menjelaskan tujuanku padamu, aku mohon, Kek," mohon Austin.Ada satu tujuan yang ingin ia capai meski tanpa memiliki harta, ia ingin mengenal arti hidup dan kasih sayang yang seutuhnya tanpa memandang kasta dan harta yang ia miliki.Tuan tua Arthur mengerutkan kening, hingga terpampang nyata kerutan tua yang menghiasi keningnya. Matanya pun terus menyorot ke arah Austin dengan pandangan penuh pertanyaan. Tapi begitu lama ini berpikir, akhirnya Tuan Arthur paham apa yang diinginkan cucunya."Baiklah jika begitu, kau gunakanlah kartu ini. Kartu ini dapat kau gunakan di bank manapun dan memiliki limit yang tak terbatas. Datanglah jika kau sudah siap menerima kenyataan ini," ucap Tuan Arthur sambil memberikan kartu hitam dengan hiasan emas di pinggirnya.Kartu yang menunjukkan

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 72

    "Cepat panggil dokter Edo ke sini!" teriak Tuan Arthur panik.Wajah Austin sudah memucat, busa keluar dari mulutnya. Napas terasa mencekik, hingga wajah memerah menahan sesak. Kepanikan yang dirasakan Tuan Arthur begitu menyiksa dirinya, ia tak ingin keluarga yang baru saja ia temukan pergi begitu saja meninggalkannya.Para pengawal membantu Tuan Arhur membawa tubuh Austin ke dalam kamar. "Kau harus bertahan, demi aku, aku mohon," pinta Tuan Arthur begitu Austin sudah direbahkan di kasur.Tak ada waktu jika membawa Austin ke rumah sakit. Beruntung Tuan Arthur memiliki dokter pribadi yang siap tinggal di rumahnya, Dokter Edo tinggal di paviliun belakang. Edo adalah dokter yang diperkerjakan oleh Tuan Arthur untuk mengobati dirinya dan juga semua yang bekerja dengannya.Tak hanya Edo, Tuan Arthur pun menyediakan perlengkapan medis tak kalah lengkap dengan peralatan yang ada di rumah sakit. Lima perawat pun ia sediakan untuk membantu Edo.Tak berselang lama dokter datang dan memeriksa Au

Bab terbaru

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 58 (Tamat)

    "Semoga dia sudah tiada, aku ingin hidup dengan damai bersamamu dan juga putra kita," ucap Kenny penuh harap. Kenny membiarkan suaminya untuk beristirahat, sedangkan ia menunggu dengan tenang di dalam ruangan itu. Edward mulai membantu para pengawal untuk merapikan kota. Begitu juga dengan Tuan Arthur dan Peter. Meski kerusakan terlalu parah di Madripoor city, tapi mereka bisa mengendalikannya. Belum lagi kekayaan Nick yang sudah terendus oleh Tuan Arthur dan juga Peter. Keduanya mengambil alih semua perusahaan juga aset, lalu menjualnya atas persetujuan pemerintah setempat. Selama ini Nick dan juga putranya bersembunyi di perbatasan kota dengan penyamaran. Bahkan perusahaan besar atas nama Palmer bisa berdiri dengan megah tanpa terendus oleh Tuan Arthur dan pengawalnya. Keduanya menjadikan kekayaan Nick untuk memperbaiki kota, memberikan santunan pada para keluarga yang terluka juga berduka. Membangun kembali tata kota yang telah dihancurkan oleh Nick Perneco. "Pantas saja dia bi

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 57

    "Tenanglah sayang, suamimu pasti akan selamat. Tuhan pasti akan membantunya," ucap Julie. Julie meraih tubuh anaknya dan menuntunnya ke bangku panjang di depan ruang tindakan. Kenny masih saja menangis dan terisak di dalam dekapan sang Ibu. Membuat Tuan Edward pun merasakan kesedihannya. Hingga tak berselang waktu lama Nyonya Aldrik keluar dengan tersenyum. Ia menghampiri Kenny dan memeluknya. "Tenanglah sayang, suamimu baik-baik saja. Dia hanya pingsan karena energinya terkuras habis. Lebih baik kita bawa suamimu ke ruang rawat sekarang," ucap Nyonya Aldrik menenangkan Kenny. "Benarkah Nyonya?" tanya Kenny sambil menghapus air matanya. "Untuk apa aku berbohong, sekarang para perawat sedang bersiap untuk membawa suamimu ke ruang rawat. Mintalah para pengawalmu untuk mengambil pakaian ganti," balas Nyonya Aldrik yang membuat hati Kenny, Julie juga Tuan Edward merasa lega. "Syukurlah, tidak ada yang harus kita cemaskan. Aku sudah panik saat melihatnya mengeluarkan banyak darah. Ak

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 56

    "Sudah saatnya kau menyusul putramu," ucap Austin. "Kau membunuh putraku?! Berengsek!" maki Nick dengan tatapan penuh amarah. "Mungkin sekarang dia sudah merengang nyawa karena kekejaman pasukanku," ucap Austin sambil menyeringai. "Berengsek! Kau yang harus mati lebih dulu!" Nick langsung berdiri, memusatkan perhatiannya pada Austin lalu mengeluarkan tembakan api yang sangat luar biasa. Austin yang sudah memokuskan kekuatan juga pikirannya melompat tinggi ke udara untuk menghindari serangan Nick. Tanpa menunggu lama Austin langsung menggerakkan tongkat naga di tangannya. Serangannya tepat sasaran, kekuatan yang ia keluarkan membuat Nick tak berkutik. Belenggu darah yang ia keluarkan sama deperti Palmer saat ia menangkapnya. "Berengsek! Kekuatan apa ini?" tanya Nick terkejut dan terus berusaha melepas belenggu benang darah yang melilit tubuhnya. "Bergeraklah terus dan kau akan menyusul kematian putramu," balas Austin terkekeh. "Tapi tenang saja, aku tak akan memberimu kematian y

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 55

    "Bersiaga!" perintah Austin saat melihat rombongan Perneco mulai memasuki hutan. Tuan Edwar memberikan keamanan CCTV di dekat markasnya. Semua itu untuk berjaga jika ada penyusup datang, bahkan alarm pendeteksi pun telah ia pasang untuk memberikan peringatan pada pasaukannya untuk bersiap. "Terima kasih karena kau telah mengantar nyawamu sendiri ke sini," gumam Austin sambil melihat layar yang ada di hadapannya. Pria tampan nan gagah itu turun dan menunggu Nick di gerbang markas. Ia tak akan membiarkan Nick dan pasukannya memasuki markas, apalagi menghancurkannya. Niatnya hanya menggiring Nick ke padang gersang dan membunuhnya tanpa menumbulkan kekacauan lebih. "Dad, lebih baik siagakan pasukan di depan markas. Sisakan untuk berjaga di dalam. Aku akan memastikan untuk menggiring Nick ke padang gersang," pinta Austin. "Kau tenang saja, pasukanku akan menahan mereka di sini. Kau fokus saja dengan misimu, habisi pria berengsek itu agar tak menjadi racun di kehidupan Max nanti," bala

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 54

    "Apa maksudmu?" tanya Palmer takut.Ia menatap ngeri pada Austin yang kini sudah ada di hadapannya. Austin menyeringai puas melihat ketakutan Palmer, ia menjulurkan tangannya hendak meraih wajah Palmer. Tapi pria itu lebih dulu meludahi wajah Austin, hingga tanpa sadar Austin mencekik dan membuat kekuatannya keluar begitu saja."Aaa!...." erangan kesakitan terdengar di pendengaran yang lain. Hingga Austin melepaskan tangannya, karena kekesalannya itu leher Palmer terbakar. Pria itu tak kuasa menahan rasa sakitnya, bahkan tangan tak sanggup bergerak untuk menyentuh area leher."Berengsek!" maki Palmer di tengah erangannya.Austin menatap Palmer dengan penuh kebencian, ia keluar dan membasuh wajahnya yang terkena air liur pria di dalam sana. "Siksa dia semau kalian! Bersenang-senanglah dengan tubuhnya," perintah Austin pada anak buah Tuan Edward. "Baik Tuan," balas mereka."Ingat, jangan berikan kematian yang mudah padanya. Buat dia memohon kehidupannya," ucap Austin lagi memperingati

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 53

    "Cepat masuk! Jangan banyak bicara!" bentak penjaga penjara. Pria bertubuh kekar itu mendorong tubuh Plamer dengan senjata laras panjang di tangannya. Austin menyeringai saat tubuh Palmer dipenjarakan di penjara khusus. "Sejak kapan Daddy memiliki penjara khusus seperti itu?" tanya Austin melihat oenjara yang hampir sama seperti penjara buatan Robert dulu. "Sudah lama, biasanya penjara itu dipakai untuk penjahat kelas tinggi. Semua itu untuk menghalaunya mencapatkan signal dan meminta bantuan dari kerabatnya," balas Tuan Edward. "Apakah penjara itu juga tahan api?" tanya Austin lagi. "Sepertinya begitu, aku membuatnya khusus menggunakan besi tebal. Agar mereka tak bisa menghancurkannya. Bahkan lantainya pun terbuat dari besi yang sama agar mereka tak bisa mengelabui kami," balas Tuan Edward. "Kau sungguh luar biasa Dad," puji Austin."Ayo kita ke lantai atas. Lebih baik kita bersantai di sana sejenak sebelum kembali ke kota," ajak Tuan Edward. Austin dan Tuan Arthur menganggukk

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 52

    "Dad, kau punya markas?" tanya Kenny terkejut. Tuan Edward menganggukkan kepalanya pada Kenny. Ia tak ingin menutupi apa pun dari sang putri. "Benar, Daddy punya pasukan sendiri di sini yang dikhususkan untuk menjaga kekuarga kita. Semua itu Daddy buat untuk melindungi kalian. Tak bisa dipungkiri jika perusahaan Thomson mengundang banyak orang untuk melakukan kejahatan. Bahkan dulu ada banyak orang yang mengincarmu," balas Tuan Edward. Julie yang berada di sana pun tercengang, ia tak menyangka jika suami yang selama ini ia hinakan juga memiliki kekuatan di belakangnya. Rasa bersalah itu menyelimuti hatinya, Julie tertunduk malu dengan sikap yang ia berikan dulu pada suaminya. "Aku masih tak menyangka, kalian para pria terlalu banyak rahasia," gumam Kenny sambil menggelengkan kepalanya. "Semua itu untuk melindungi keluarga yang dikasihi. Sekarang kalian masuklah ke dalam, kami ingin ke markas daddymu," perintah Tuan Arthur pada Kenny dan Julie. Keduanya mengangagguk, Kenny membaw

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 51

    "Tunggulah kehancuranmu," gumam Austin saat mengendarai mobilnya. Ia memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri, melesat dengan para mengawalnya di belakang. Bahkan tak ada satu kendaraan pun yang bisa menghalau perjalanannya menuju kediaman Dora. Perumahan mewah dengan pengaman ketat bahkan tak mampu menghentikan rombongan Austin. Mereka tunduk saat tahu siapa yang memasuki kawasannya. "Bodoh sekali, bersembunyi di tempat seperti ini," maki Austin begitu melihat banyak penjagaan di depan rumah Dora. "Lumpuhkan mereka semua dalam diam," perintah Austin karena tak ingin membuat kegaduhan di lingukungan itu. Tapi sayang, kedatangan rombongannya sudah terendus oleh pengawal Palmer. Mereka sudah bersiaga di depan rumah dengan senjata di tangannya. Berbeda dengan Palmer yang saat ini sedang bermain gila dengan Dora. Mereka masih memacu kenikmatan sampai suara tembakan mengalihkan kegiatan mereka. "Berengsek! Apa yang terjadi?" maki Plamer tanpa menghentikan kenikmatannya. Gerakanny

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 50

    "Benarkah mereka mengikuti kita sampai ke sini?" tanya Kenny cemas ambil membekap Max yang masih menatap ke arah jendela. Austin mengangguk, tak menutupi apa yang baru saja ia lihat. Pria itu langsung keluar melompati jendela dan melihat penyusup yang baru saja meregang nyawa. Austin melihat pergelangan tangan mereka, dan benar saja, inisial P ada di sana. "Perneco tidak main-main dengan dendamnya," gumam Austin. "Pengawal!" teriak Austin memanggil pengawalnya yang berjaga. Paraengawal berlarian ke arahnya, lalu tercengang melihat dua musuh yang sudah tak memiliki nyawa. Mereka menunduk, meminta maaf pada sang Tuan karena kelalaian yang mereka lakukan. "Maafkan kami Tuan, kami sangat ceroboh," ucapnya memohon ampunan. Mereka masih menundukkan wajah sebelum Austin memberikan pengampunanya. "Berjagalah, Perneco pasti akan datang lagi, bereskan mayat ini. Beruntung anakku menyadari kedatangannya," balas Austin lalu pergi dari hadapan mereka. "Baik, Tuan," balas mereka bersamaan.

DMCA.com Protection Status