Share

BAB 25

Penulis: Nuraselina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Apakah ada yang salah dengan penampilanku?"

Kenny ternyata masuk ke dalam kamar tanpa sepengetahuan Austin. Ia memandang lekat penampilan suaminya, nampak rapi layaknya pengusaha muda. Kenny menggelengkan kepala melihat penampilan Austin.

"Tidak, hanya saja pakaian itu tak pantas untuk pekerja buruh sepertimu," balas Kenny.

"Aku tak bekerja di sana lagi, Nona Lea menawarkanku pekerjaan di perusahaannya," ucap Austin, matanya terus memandang wajah istrinya.

"Benakah? Kerja sebagai apa? Perusahaannya sedang di ambang kehancuran, aku yakin, sebentar lagi juga ia tak bisa membayar upah para pekerja."

"Entahlah, aku tak tahu ia memberiku pekerjaan apa, apapun itu akan aku terima."

"Kau sangat bodoh." Kenny menggelengkan kepala lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Sedangkan Austin, ia bergegas mengambil motor lalu pergi menemui Jack untuk mengundurkan diri terlebih dahulu. Mau bagaimana pun, Jack dan Peter adalah pria baik yang mau menolongnya. Jasa Jack dan Peter akan selalu ia ingat.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 26

    "Maafkan aku Nyonya," balas Austin. Austin terkejut, ia langsung menegakkan tubuh, merasa gugup akan kemarahan Lea. Austin sadar jika yang ia lakukan itu adalah salah, ia sudah lancang karena tak meminta izin pada sang pemilik. Lea melihat kertas yang sudah dicoret oleh Austin, matanya membola manahan amarah. Tatapan tajam serta kekecewaan terlukis di wajahnya, bahkan Austin tak kuasa menatap wajah itu. "Keluar sekarang juga! Aku menyesal tak mendengarkan perkataan Julie!" Lea mengusir Austin tanpa hormat, bahkan kelembutan yang ia tampakkan tadi hilang tertelan amarah. Austin keluar dengan langkah pasti, ia tak membalas perkataan Lea. 'Harusnya kau berterima kasih padaku, aku menemukan banyak kecurangan dalam laporan itu. Kau wanita bodoh, mudah diperdaya bawahanmu,' batin Austin. Bibirnya tersenyum sinis, kedua tangan tersimpan di dalam saku celana. Austin keluar dengan wajah penuh wibawa hingga para karyawan terpesona dengan ketampanannya. Ia tak menyesali perbuatannya, justr

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 27

    "Maaf, aku menolak." Lea terkejut saat mendengar penolakan Austin, ia tak menyangka Austin mampu menolak jabatan tinggi di perusahaannya. Seketika Lea merasa cemas, ia takut Austin tak mau membantu mengembangkan perusahaannya. "Kenapa kau menolak jabatan itu? Maafkan aku jika kau tersinggung atas sikap kasarku tadi." Lea memohon sambil mengatupkan kedua tangan di depan dadanya. Lea sungguh menyesali perbuatan kasarnya tadi. Ia berpikir Austin masih menaruh kesal pada sikapnya tadi. Rasa cemas melingkupi hatinya, wajah penuh permohonan pun terlukis jelas di wajahnya. "Aku akan tetap membantumu, tapi aku tak menginginkan posisi itu. Kau saja yang memegang jabatan itu," balas Austin sambil menurunkan tangan Lea. Lea terheran menatap tak percaya pada pria di hadapannya. "Kenapa seperti itu? Bukankah jika kau memiliki jabatan tinggi Julie tak akan menghinamu lagi?" Austin menggeleng, ia tersenyum menatap wajah bingung Lea. "Aku hanya ingin menjadi orang biasa, kau bisa memberiku peke

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 28

    "Kenapa kau diam? Apakah sekarang kau bisu?" tanya Dora, sepupu Kenny. "Aku bekerja di sini." Dora memandang Austin dari atas hingga bawah, bibirnya menyunggingkan senyum meremehkan. Begitupun dengan teman yang ada di sebelahnya. Sorot mata Dora terlihat angkuh, tak ada kelembutan sedikit pun. "Wah... kau membuat malu keluarga Thomson saja, malang sekali Kenny menikahimu," "Berhubung kau karyawan di sini, tunjukkan barang-barang koleksi terbaru," timpal teman Dora. "Silahkan, Nona," balas Austin mempersilahkan mereka melihat produk unggulan RL. Austin tak merasa malu sedikit pun dengan pekerjaannya. Ia berkerja dengan profesional, hinaan Dora ia abaikan, berganti senyum ramah layaknya karyawan biasa. "Pasangkan ke kakiku, aku ingin lihat apakah cocok atau tidak," ucap Dora. Austin merendahkan tubuhnya, ada rasa kesal saat Dora memintanya untuk mengenakan sepatu di kakinya. Baru kali ini Austin menunduk di kaki orang lain, selama ini orang lainlah yang tunduk padanya, lantara

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 29

    "Kakek!" Austin terkejut melihat Tuan Thomson berdiri di ambang pintu. Wajahnya mengeras karena mendengar perkataan putrinya. Ia berjalan dengan tongkat di tangan. Hentakan tongkat membuat suara gaduh di dalam ruangan yang tiba-tiba sunyi. Semua terdiam, bungkam melihat kemarahan Tuan Thomson. Julie menundukkan wajah tak berani menatap mata tua ayahnya, begitu pun dengan Kenny. Hanya Austin saja yang menyambut dengan senyuman. Tuan Thomson mendekat, merangkul pundak Austin. "Tak ada yang boleh merendahkannya, jika kau ingin membuangnya maka aku yang akan memungutnya kembali," ucap Tuan Thomson penuh wibawa. Kenny mengangkat kepala menatap sang Kakek, lalu beralih menatap suaminya. Rasa sayang Tuan Thomson membuat Kenny merasa heran, hanya karena ramalan tak jelas, kakeknya lebih memihak pada pria asing yang baru saja mereka temui. "Aku ke sini untuk menjemput kalian berdua. Tak ada penolakan lagi, aku mau Kenny dan Austin tinggal di kediamanku," ucap Tuan Thomson tanpa menerima ba

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 30

    "Tentu saja Mommy tak mau, Mommy akan ikut kemana pun kau pergi," balas Julie. "Mana Edward?" tanya Tuan Thomson. "Biasa, di dalam sedang bermalas malasan," balas Julie acuh. Tuan Thomson menggelengkan kepala melihat sikap acuh putrinya, Tuan Thomson masuk ke dalam mengabaikan Julie. Austin menemani Tuan Thomson dengan memegangi lengan tuanya, ia berniat untuk membantu Tuan Thomson. Tapi niat itu disalah artikan oleh Julie. "Gembel pencari muka, pantas mudah sekali dia mempengaruhi pikiran Daddy," sindir Julie yang masih bisa didengar Austin dan juga Tuan Thomson. "Abaikan saja ucapannya, aku pun sebagai orangtuanya malas menanggapinya. Semoga kau tak tersinggung dengan perkataannya," ucap Tuan Thomson. "Tidak, Kek. Aku tak mengambil hati, hinaan seperti ini sudah biasa ku dengar dulu," balas Austin. Tuan Thomson menghentikan langkah, menatap wajah Austin dengan lekat. Ia terkejut Austin berkata seperti itu. Tuan Thomson sangat penasaran dengan latar belakang cucu menantu kesay

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 31

    "Nanti akan aku pikirkan, Kek," balas Austin tersenyum. "Oh, iya. Aku ingin menyuruhmu untuk tinggal di gedung kedua, aku harap kau tak menolaknya," ucap Tuan Thomson pada menantunya. "Baiklah Dad, aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi, apakah tak akan memancing kecemburuan bagi ipar lainnya, Dad?" tanya Edward. Edward tak masalah jika harus tinggal di gedung kedua, hanya saja ia malas berurusan dengan para iparnya. Ia tak beda jauh dengan Austin, selalu menerima hinaan jika ada pertemuan keluarga. Para ipar selalu mencari kesempatan untuk menghinanya. Beruntung Tuan Thomson berada di pihaknya, dan selalu membela. "Abaikan saja perkataan mereka, aku yang membuat keputusan siapa yang tinggal atau tidak. Aku menaruh penuh harap padamu untuk mengubah sifat Julie," balas Tuan Thomson. "Baiklah Dad, apapun yang kau inginkan." Austin, Kenny, Julie dan juga Edward bersiap untuk pindah ke kediaman Thomson. Tak banyak yang mereka bawa, hanya pakaian dan barang-barang penting lainnya. Berbe

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 32

    "Baik, Nyonya." Julie membolakan mata saat mendengar Austin memanggilnya dengan sebutan Nyonya. Pandangannya teralihkan ke wajah sang Ibu, terlihat Nyonya Thomson merasa heran dengan panggilan Austin pada Ibu mertuanya. Julie menarik lengan menantunya. "Pria bodoh! Jangan memanggilku seperti itu di sini," ucap Julie berbisik. "Kau memanggilnya apa tadi, Nak?" tanya Tuan Thomson. "Mommy, Kek," balas Austin berbohong. Julie menundukkan kepala, jantungnya sudah berdetak tak menentu, takut dengan kemarahan sang Ayah. Sedangkan di sisi lain, Edward dan Kenny melihat Austin dan Julie dengan tatapan tanpa ekspresi. 'Punya suami bodoh dan Mommy terlalu tamak,' ucap Kenny dalam hati sambil bersedekap dada. "Aku belum tuli Austin! Kau panggil dia apa tadi?!" tanya Tuan Thomson membentak. Austin menagngkat wajah, menatap Tuan Thomson dengan takut. "N-nyonya, Kek," balas Austin takut. Terlihat kemarahan dalam diri Tuan Thomson, ia meremas tongkat lalu melayangkan tongkat itu padA tubuh pu

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 33

    "Ke mana sofa yang biasanya di sana?" gumam Kenny. Ia sangat yakin sekali pada saat terakhir ia bermalam masih ada sofa panjang di kamarnya. Kenny menatap Austin lalu memindai kamarnya. Ia merasa bingung dengan pertanyaan Austin, ia pun tak mungkin mengizinkan Austin untuk tidur di kasurnya. "Kau tidur saja di lantai," balas Kenny. Ia berjalan melalui Austin, mengambil selimut dan bantal di ruang penyimpanan. "Kau gunakanlah ini," ucap Kenny memberikan selimut dan bantal. Austin menerima meski terpaksa, ia tak masalah mau tidur di mana pun. Suhu dingin malam tak berpengaruh pada tubuhnya, hanya saja, ia tak terbiasa tidur di lantai. Austin menatap lantai yang ditunjung Kenny, ia berjalan lalu membentangkan selimut untuk menjadi alas tidurnya. Dengan acuh Kenny kembali membaringkan tubuh di kasur dengan memunggungi suaminya. Tak ada rasa kasihan di hati saat melihat Austin merebahkan tubuh di lantai. kenny menjemput alam mimpi, tapi Austin masih terjaga. "Kenapa tak bisa tidur s

Bab terbaru

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 58 (Tamat)

    "Semoga dia sudah tiada, aku ingin hidup dengan damai bersamamu dan juga putra kita," ucap Kenny penuh harap. Kenny membiarkan suaminya untuk beristirahat, sedangkan ia menunggu dengan tenang di dalam ruangan itu. Edward mulai membantu para pengawal untuk merapikan kota. Begitu juga dengan Tuan Arthur dan Peter. Meski kerusakan terlalu parah di Madripoor city, tapi mereka bisa mengendalikannya. Belum lagi kekayaan Nick yang sudah terendus oleh Tuan Arthur dan juga Peter. Keduanya mengambil alih semua perusahaan juga aset, lalu menjualnya atas persetujuan pemerintah setempat. Selama ini Nick dan juga putranya bersembunyi di perbatasan kota dengan penyamaran. Bahkan perusahaan besar atas nama Palmer bisa berdiri dengan megah tanpa terendus oleh Tuan Arthur dan pengawalnya. Keduanya menjadikan kekayaan Nick untuk memperbaiki kota, memberikan santunan pada para keluarga yang terluka juga berduka. Membangun kembali tata kota yang telah dihancurkan oleh Nick Perneco. "Pantas saja dia bi

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 57

    "Tenanglah sayang, suamimu pasti akan selamat. Tuhan pasti akan membantunya," ucap Julie. Julie meraih tubuh anaknya dan menuntunnya ke bangku panjang di depan ruang tindakan. Kenny masih saja menangis dan terisak di dalam dekapan sang Ibu. Membuat Tuan Edward pun merasakan kesedihannya. Hingga tak berselang waktu lama Nyonya Aldrik keluar dengan tersenyum. Ia menghampiri Kenny dan memeluknya. "Tenanglah sayang, suamimu baik-baik saja. Dia hanya pingsan karena energinya terkuras habis. Lebih baik kita bawa suamimu ke ruang rawat sekarang," ucap Nyonya Aldrik menenangkan Kenny. "Benarkah Nyonya?" tanya Kenny sambil menghapus air matanya. "Untuk apa aku berbohong, sekarang para perawat sedang bersiap untuk membawa suamimu ke ruang rawat. Mintalah para pengawalmu untuk mengambil pakaian ganti," balas Nyonya Aldrik yang membuat hati Kenny, Julie juga Tuan Edward merasa lega. "Syukurlah, tidak ada yang harus kita cemaskan. Aku sudah panik saat melihatnya mengeluarkan banyak darah. Ak

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 56

    "Sudah saatnya kau menyusul putramu," ucap Austin. "Kau membunuh putraku?! Berengsek!" maki Nick dengan tatapan penuh amarah. "Mungkin sekarang dia sudah merengang nyawa karena kekejaman pasukanku," ucap Austin sambil menyeringai. "Berengsek! Kau yang harus mati lebih dulu!" Nick langsung berdiri, memusatkan perhatiannya pada Austin lalu mengeluarkan tembakan api yang sangat luar biasa. Austin yang sudah memokuskan kekuatan juga pikirannya melompat tinggi ke udara untuk menghindari serangan Nick. Tanpa menunggu lama Austin langsung menggerakkan tongkat naga di tangannya. Serangannya tepat sasaran, kekuatan yang ia keluarkan membuat Nick tak berkutik. Belenggu darah yang ia keluarkan sama deperti Palmer saat ia menangkapnya. "Berengsek! Kekuatan apa ini?" tanya Nick terkejut dan terus berusaha melepas belenggu benang darah yang melilit tubuhnya. "Bergeraklah terus dan kau akan menyusul kematian putramu," balas Austin terkekeh. "Tapi tenang saja, aku tak akan memberimu kematian y

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 55

    "Bersiaga!" perintah Austin saat melihat rombongan Perneco mulai memasuki hutan. Tuan Edwar memberikan keamanan CCTV di dekat markasnya. Semua itu untuk berjaga jika ada penyusup datang, bahkan alarm pendeteksi pun telah ia pasang untuk memberikan peringatan pada pasaukannya untuk bersiap. "Terima kasih karena kau telah mengantar nyawamu sendiri ke sini," gumam Austin sambil melihat layar yang ada di hadapannya. Pria tampan nan gagah itu turun dan menunggu Nick di gerbang markas. Ia tak akan membiarkan Nick dan pasukannya memasuki markas, apalagi menghancurkannya. Niatnya hanya menggiring Nick ke padang gersang dan membunuhnya tanpa menumbulkan kekacauan lebih. "Dad, lebih baik siagakan pasukan di depan markas. Sisakan untuk berjaga di dalam. Aku akan memastikan untuk menggiring Nick ke padang gersang," pinta Austin. "Kau tenang saja, pasukanku akan menahan mereka di sini. Kau fokus saja dengan misimu, habisi pria berengsek itu agar tak menjadi racun di kehidupan Max nanti," bala

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 54

    "Apa maksudmu?" tanya Palmer takut.Ia menatap ngeri pada Austin yang kini sudah ada di hadapannya. Austin menyeringai puas melihat ketakutan Palmer, ia menjulurkan tangannya hendak meraih wajah Palmer. Tapi pria itu lebih dulu meludahi wajah Austin, hingga tanpa sadar Austin mencekik dan membuat kekuatannya keluar begitu saja."Aaa!...." erangan kesakitan terdengar di pendengaran yang lain. Hingga Austin melepaskan tangannya, karena kekesalannya itu leher Palmer terbakar. Pria itu tak kuasa menahan rasa sakitnya, bahkan tangan tak sanggup bergerak untuk menyentuh area leher."Berengsek!" maki Palmer di tengah erangannya.Austin menatap Palmer dengan penuh kebencian, ia keluar dan membasuh wajahnya yang terkena air liur pria di dalam sana. "Siksa dia semau kalian! Bersenang-senanglah dengan tubuhnya," perintah Austin pada anak buah Tuan Edward. "Baik Tuan," balas mereka."Ingat, jangan berikan kematian yang mudah padanya. Buat dia memohon kehidupannya," ucap Austin lagi memperingati

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 53

    "Cepat masuk! Jangan banyak bicara!" bentak penjaga penjara. Pria bertubuh kekar itu mendorong tubuh Plamer dengan senjata laras panjang di tangannya. Austin menyeringai saat tubuh Palmer dipenjarakan di penjara khusus. "Sejak kapan Daddy memiliki penjara khusus seperti itu?" tanya Austin melihat oenjara yang hampir sama seperti penjara buatan Robert dulu. "Sudah lama, biasanya penjara itu dipakai untuk penjahat kelas tinggi. Semua itu untuk menghalaunya mencapatkan signal dan meminta bantuan dari kerabatnya," balas Tuan Edward. "Apakah penjara itu juga tahan api?" tanya Austin lagi. "Sepertinya begitu, aku membuatnya khusus menggunakan besi tebal. Agar mereka tak bisa menghancurkannya. Bahkan lantainya pun terbuat dari besi yang sama agar mereka tak bisa mengelabui kami," balas Tuan Edward. "Kau sungguh luar biasa Dad," puji Austin."Ayo kita ke lantai atas. Lebih baik kita bersantai di sana sejenak sebelum kembali ke kota," ajak Tuan Edward. Austin dan Tuan Arthur menganggukk

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 52

    "Dad, kau punya markas?" tanya Kenny terkejut. Tuan Edward menganggukkan kepalanya pada Kenny. Ia tak ingin menutupi apa pun dari sang putri. "Benar, Daddy punya pasukan sendiri di sini yang dikhususkan untuk menjaga kekuarga kita. Semua itu Daddy buat untuk melindungi kalian. Tak bisa dipungkiri jika perusahaan Thomson mengundang banyak orang untuk melakukan kejahatan. Bahkan dulu ada banyak orang yang mengincarmu," balas Tuan Edward. Julie yang berada di sana pun tercengang, ia tak menyangka jika suami yang selama ini ia hinakan juga memiliki kekuatan di belakangnya. Rasa bersalah itu menyelimuti hatinya, Julie tertunduk malu dengan sikap yang ia berikan dulu pada suaminya. "Aku masih tak menyangka, kalian para pria terlalu banyak rahasia," gumam Kenny sambil menggelengkan kepalanya. "Semua itu untuk melindungi keluarga yang dikasihi. Sekarang kalian masuklah ke dalam, kami ingin ke markas daddymu," perintah Tuan Arthur pada Kenny dan Julie. Keduanya mengangagguk, Kenny membaw

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 51

    "Tunggulah kehancuranmu," gumam Austin saat mengendarai mobilnya. Ia memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri, melesat dengan para mengawalnya di belakang. Bahkan tak ada satu kendaraan pun yang bisa menghalau perjalanannya menuju kediaman Dora. Perumahan mewah dengan pengaman ketat bahkan tak mampu menghentikan rombongan Austin. Mereka tunduk saat tahu siapa yang memasuki kawasannya. "Bodoh sekali, bersembunyi di tempat seperti ini," maki Austin begitu melihat banyak penjagaan di depan rumah Dora. "Lumpuhkan mereka semua dalam diam," perintah Austin karena tak ingin membuat kegaduhan di lingukungan itu. Tapi sayang, kedatangan rombongannya sudah terendus oleh pengawal Palmer. Mereka sudah bersiaga di depan rumah dengan senjata di tangannya. Berbeda dengan Palmer yang saat ini sedang bermain gila dengan Dora. Mereka masih memacu kenikmatan sampai suara tembakan mengalihkan kegiatan mereka. "Berengsek! Apa yang terjadi?" maki Plamer tanpa menghentikan kenikmatannya. Gerakanny

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 50

    "Benarkah mereka mengikuti kita sampai ke sini?" tanya Kenny cemas ambil membekap Max yang masih menatap ke arah jendela. Austin mengangguk, tak menutupi apa yang baru saja ia lihat. Pria itu langsung keluar melompati jendela dan melihat penyusup yang baru saja meregang nyawa. Austin melihat pergelangan tangan mereka, dan benar saja, inisial P ada di sana. "Perneco tidak main-main dengan dendamnya," gumam Austin. "Pengawal!" teriak Austin memanggil pengawalnya yang berjaga. Paraengawal berlarian ke arahnya, lalu tercengang melihat dua musuh yang sudah tak memiliki nyawa. Mereka menunduk, meminta maaf pada sang Tuan karena kelalaian yang mereka lakukan. "Maafkan kami Tuan, kami sangat ceroboh," ucapnya memohon ampunan. Mereka masih menundukkan wajah sebelum Austin memberikan pengampunanya. "Berjagalah, Perneco pasti akan datang lagi, bereskan mayat ini. Beruntung anakku menyadari kedatangannya," balas Austin lalu pergi dari hadapan mereka. "Baik, Tuan," balas mereka bersamaan.

DMCA.com Protection Status