Share

Ancaman Siska!

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2022-05-24 10:49:17

Mega membawa dagangannya ke mesjid besar, tiga puluh buah sosis sayur dan tiga puluh buah martabak tertata rapi dalam kotak plastik transparan. Sejak semalam ia tak berhenti membuat, hingga sebelum subuh tadi jajanan itu sudah selesai ia goreng.

"Mbak Dewi, nitip ini ya." Mega berdiri di depan meja tempat Dewi menjajakan dagangannya.

"Iya, taruh saja di situ." Dewi masih sibuk menata dagangannya yang lain.

Mega duduk di kursi terdekat, memperhatikan masjid yang masih belum terlalu ramai di suasana gelap setelah subuh. Langit yang telihat sedikit mendung membuat ia cemas, jika hujan turun di hari ini, mungkinkah dagangannya bisa laku banyak.

" Mbak, kalau hujan biasanya jualannya ramai nggak?"

"Lumayan sih, tapi nggak seramai kalau cuacanya cerah. Kenapa?

Mega tersenyum." Nggak apa mbak, ini kayaknya kaya mau hujan ya?"

"Oh, iya nih, tumben. Nggak apa-apa tapi Ga, kan kita ada di bawah tenda, jadi bisa sekalian berteduh."

Mega kembali tersenyum, tapi bukan itu keresahannya, ia lebih khawatir pada dagangan yang mungkin saja tak laku. Padahal kebutuhannya tak bisa di tunda lagi untuk esok atau lusa.

"Ga, mbak mau tanya sesuatu." Dewi membuyarkan lamunan Mega. "Kamu ribut sama Siska ya?"

kalimat Dewi membuat Mega heran. "Kok mbak Dewi tiba-tiba tanya begitu?"

"Emakmu bilang kamu ambil anak-anak saat bersama Siska, mbakmu nangis seharian di rumah Emak."

Mega terdiam, ia merasa tak harus menjelaskan apapun, terlalu banyak drama di buat kakak iparnya itu.

"Ah, nggak ada apa-apa mbak, mungkin cuma salah paham saja. Mega pulang dulu mbak, lupa belum goreng lauk."

Mega memilih pergi meninggalkan Dewi, meski Dewi tau itu hanya alasan Mega menutupi masalahnya. Ia terus memperhatikan Mega yang berjalan ke parkiran untuk mengambil sepeda motornya.

"Ih, adik ipar nggak tau diri di sini!"

Mega melihat Siska sudah berdiri di dekat motornya, ia sendiri dan menatap tak suka padanya.

"Mbak Siska ngapain di sini, mau ngaji ya?"

"Suka hatiku lah mau di mana, orang punya uang sepertiku bisa kemanapun aku suka! Kamu nitip dagangan tepat Mbak Dewi ya?"

Mega menghela napas, "Iya mbak, sudah ya mbak aku pulang dulu." Mega menyentuh motornya, namun Siska mencabut kunci yang tergantung dengan cepat.

"Tunggu, aku belum selesai bicara!" Siska sudah berdiri di depan motor Mega, membuat wanita itu terkejut hingga hampir terjatuh dari motornya.

"Ada apa mbak? tolong kembalikan kunci motorku!"

Siska melipat tangannya di depan dada. "Aku sebenarnya tak ingin mengatakan ini, namun melihat apa yang kamu lakukan padaku, sepertinya kamu harus tau satu hal!"

Mega terdiam, ia membiarkan saja kakak iparnya ini berkoar-koar.

"Aku ini kakak kandung Ridho, jangan karena kamu merasa Ridho membelamu, kamu jadi sok berkuasa akan dirinya."

"Apa maksudnya mbak?"

Siska mendekatkan wajahnya. "Aku bisa meminta Ridho meninggalkanmu begitu saja, Mega. Ridho itu sangat menurut padaku, dia bisa saja meninggalkanmu begitu saja!"

Dada Mega bergemuruh, dirinya tau Siska hanya menggertak, tapi tetap saja hatinya terluka dan memanas.

"Aku tidak takut! Jika memang mbak bisa memaksa mas Ridho menceraikan aku seperti katamu, lakukan saja!"

Mega merembut kunci dari tangan kakak iparnya. Dengan segera ia meninggalkan Siska sendirian di tempat parkir, sementara Mega sudah melaju keluar dari pelataran masjid.

****

Sampai di rumah, Mega melihat suaminya menyapu halaman, sementara Emak sudah duduk di dekat Alika dan Alina.

"Assalamualaikum." Mega mendekati Ridho, ia mencium takzim tangan suaminya itu.

"Waalaikumsalam. Katanya mau ikut pengajian, kok sudah pulang?"

"Iya mas, mau beres-beres rumah dulu saja. Taruh saja sapunya mas, biar adek yang selesaikan sisanya nanti."

Mega berjalan masuk ke teras rumahnya mendekati Siti dan mencium takzim tangan ibu mertuanya. "Masak apa mak?"

"Sayur bayam, anak-anakmu suka bayam kan?" Siti menyuapi dua cucunya itu.

Mega tersenyum. "Ia Mak, terimakasih ya, Mega masuk dulu ya mak, mau ganti baju." sementara Mega masuk ke dalam rumah, Siti kembali menyuapi cucunya.

Ibu mertuanya itu memang unik, terkadang dia bisa marah dan terkadang juga bersikap baik. Ibunya bisa menyembunyikan lauk dari cucunya atau tiba-tiba memberikan satu atau lebih lauk untuk Alika dan Alina.

Mega segera berganti baju, ia kemudian kembali ke teras untuk menyelesaikan menyapu halaman. Mengerjakan pekerjaan lain yang juga belum di selesaikannya hingga hari menjelang siang.

Siti bahkan sudah pulang setelah puas bermain dengan cucunya, Mega yang sejak datang belum menyentuh nasi sama sekali, merasa sedikit pusing dan mual.

"Dek, kamu nggak apa-apa?" Ridho menopang tubuh istrinya yang hampir rubuh.

"Agak pusing mas, nggak tau ini kenapa" Mega menyentuh kepalanya yang berdenyut. Sejak tadi memang ia tak berhenti memikirkan kalimat kakak iparnya. Membuat ia merasa nelangsa dan tak berselera makan.

"Istirahat dulu dek, biar mas yang selesai kan cuciannya." Ridho memapah tubuh Mega ke ruang tengah, ia merebahkan istrinya di sofa.

"Tinggal di keringkan saja mas bajunya, bisa kan?"

"Bisa, sudah kamu istirahat saja."

Ridho melanjutkan lagi pekerjaan Mega, sementara istrinya duduk di depan televisi.

"Assalamualaikum!"

Sesaat setelah dirinya istirahat, Mega mendengar suara seseorang dari luar.

"Waalaikumsalam, Mas Agus, masuk mas, masuk!" Mega yang tengah merebahkan diri, bangkit dan duduk di dekat Agus, suami Siska.

"Emak ke mana ya?" Lelaki bertubuh tambun itu duduk dengan wajah tak tenang.

"Di rumah nya nggak ada mas?" Mega berdiri untuk memanggil suaminya.

"Nggak ada, sudah di ketuk-ketuk juga tetap nggak ada yang buka pintunya."

"Sebentar Mega panggil mas Ridho dulu."

Mega mencari Ridho di belakang, suaminya itu sedang menjemur pakaian anak-anak mereka.

"Mas, ada mas Agus di ruang tengah, Ke sana dulu saja mas." Mega menarik baju di tangan Ridho dan meminta suaminya masuk ke dalam rumah.

"Ada apa memangnya dek?"

Mega hanya menggelengkan kepala dengan bahu terangkat. Ia sendiri juga tak tau apa tujuan kakak iparnya itu datang. "Nggak tau, mas ke sana saja dulu, biar adek yang selesaikan ini baju, cuma tinggal sedikit juga."

Ridho berjalan masuk, ia melihat Agus sudah duduk di sofa ruang tengah dengan mata terpejam dan tubuh bersandar kebelakang.

"Assalamualaikum mas!" Ridho menepuk tubuh kakak ipar nya.

"Waalaikum salam, lagi apa kamu?"

"Jemur baju mas, tumben sendiri, mana mbak Siska?"

Agus menghela napas kasar, ia lalu menatap wajah Ridho dengan tajam. " Aku sudah nggak tahan dengan watak keras mbakmu itu dho!"

Ridho terdiam mendengarkan. Ia menangkap ada yang serius dari kalimat kakak iparnya itu.

"Aku nggak bisa hidup berumah tangga dengan keadaan yang selalu panas dan saling curiga!"

"Maksudnya mas?"

"Aku nggak tau salah apa dho, beberapa hari lalu Siska pulang dengan marah, ia membanting pintu kamar kami dan mengunci diri semalaman di sana, aku mengalah tidur di depan televisi."

"Mungkin sebaiknya kita bicara dengan Emak dan Bapak mas?" Ridho menawari, ia merasa apa yang diceritakan kakak iparnya sudah bukan haknya lagi.

"Kalau ada nggak apa dho, sekalian saja aku bicarakan semuanya."

Dengan cepat Ridho menemui Mega lagi" Dek, buatkan minum dulu, sekalian buat Emak dan Bapak juga!"

Mega yang baru saja menjemur baju terakhir terkejut dengan suaminya yang nampak tergesa-gesa. Segera ia menuju dapur dan memanaskan air.

Tak lama Siti dan Harun datang dan duduk di ruang tengah bersama Ridho.

"Kok nggak ke rumah to gus?" Emak berkata saat baru masuk ke dalam ruang tengah.

"Sudah, tapi nggak ada orang. Mobil Agus juga di sana mak, mak dan Bapak dari mana?"

"Di belakang, Emak bersihkan rumput di kebun. Yok pulang Ke rumah saja gus?"

Agus terdiam, ia ingin bicara di rumah Ridho saja. "Di sini saja mak, aku ngantuk."

"Memang mau bicara apa Gus?" Harun akhirnya ikut bertanya.

"Soal Siska mak, kalau memang sudah nggak bisa sama-sama lagi, aku pasrahkkan saja dia kembali pada Bapak dan Emak...."

Kalimat itu membuat mereka semua terdiam, bahkan Mega yang baru masuk membawa nampan berisi teh hangat, gemetar hebat.

"Maksudnya di pulangkan itu apa gus?"

"Cerai mak, kalau memang nggak mau bersama lagi sebaiknya memang pisah! Aku cuma mau mengurus yang mau di urus, kalau nggak mau di urus ya sudah, kita berpisah saja!"

Ridho terdiam memperhatikan, sementara Emak dan Bapak masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi. kenapa tiba-tiba saja Agus mengatakan ingin berpisah.

Related chapters

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   (Allah Maha Kaya) Pov Mega

    Aku terkejut, baki tempatku membawa gelas bergetar, mas Agus meminta pisah, padahal rumah tangga mereka baik-baik saja, kenapa sekarang tiba-tiba ia meminta pisah?"Sabar dulu lah gus, watak Siska memang begitu, kamu jangan terbawa emosi berlebih!" Emak memberi nasehat, meski kalimatnya terdengar memberikan Pembelaan sepihak."Emak nggak tau rasanya jadi aku mak. Coba Dho kamu jadi aku, setiap kali dia marah cucian baju nggak ada yang di sentuh, makan beli sendiri, dia bawa sendiri ke dalam kamar dan di kunci!"Kami terdiam, sebenarnya tak heran juga jika begitu watak mbak Siska. Setiap kali marah dengan Emak juga terkadang ucapan nya sangat kasar. Pernah ia membanting panci di dapur Emak hanya karena Emak tak juga selesai berdandan saat ia ingin mengajak pergi."Coba pak aku harus bagaimana? Ada saudaraku datang kalau dia nggak suka ya nggak bakal keluar kamar, bahkan sekedar menjabat tangan saja nggak mau, apa nggak buat malu suami kalau begitu?""Wataknya kan memang begitu gus, ya

    Last Updated : 2022-05-24
  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Dusta

    Mega sedang menyapu halaman saat mobil merah milik Siska masuk ke penerangannya. Klaksonnya berbunyi nyaring berkali-kali, bahkan lampunya mengarah tepat ke wajahnya.Wanita angkuh itu keluar dan membanting pintu dengan keras, ia berjalan tak suka ke arah Mega, seolah ingin segera menerkam wanita berperawakan kurus itu."Mana Ridho?" Siska melirik ke dalam rumah, tangannya terlipat ke depan dengan tatapan meremehkan iparnyaMege menatap Siska yang sedang memperlihatkan keangkuhannya. "Ke sawah mbak, ada perlu apa dengan mas Ridho?""Bukan urusanmu aku mau apa sama Ridho!"Mega mengehela napas oelan, berusaha sabar dengan watak menyebalkan kakak iparnya. "Jika begitu mbak bisa duduk dulu sambil menunggu mas Ridho pulang dari sawah." Ia menawarkam diri, merasa tak sopan juga memiarkan tamu berlama-lama di luat rumah."Nggak perlu, aku nggak mau masuk rumahmu yang kotor itu. Heh Mega, mengadu apa kamu dengan suamiku?" Siska berkacak pinggang dan menatap tajam adik iparnya."Ngadu? Aku ng

    Last Updated : 2022-05-26
  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Masalah Baru

    Ridho hanya terdiam saat Mega bercerita dengan air mata mengalir di pipinya, bukan dia tidak percaya kata-kata istrinya, hanya saja begitu sulit menerima kenyataan kalimat itu datang dari kakaknya sendiri.Ridho berdiri dari tempatnya, tangannya mencengkeram seolah segala amarahnya berkumpul di sana. Tanpa berkata, Ridho berjalan meninggalkan rumahnya, di terangi lampu jalan ia melangkahkan kaki menuju rumah kedua orang tuanya.Mobil Siska masih terparkir di halaman rumah, tanda wanita yang bersetatus kakaknya itu masih ada di sana. Saat Ridho masuk, rumah begitu hening ia lalu menuju ke dalam kamar ibunya.Brak!Ridho membanting pintu kamar, menimbulkan suara nyaring di antara benturan hendel dan tembok rumah. Siska sedang tertidur bersama Emak di sampingnya."Bangun!" Ridho menyibak kasar selimut yang menutup tubuh Siska.Siska terperanjat, seketika dia terduduk memperhatikan siapa yang sudah menganggu nya."Ridho! Gila kamu." Hardiknya terbawa amarah."Keluar dari kamar!" Ridho men

    Last Updated : 2022-05-27
  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Rencana Mega

    Ridho berusaha menghubungi Mega, namun istri nya itu tak juga mengangkat telpone nya. Ridho mulai cemas, hari semakin malam namun istri dan dua anak nya tak juga diketahui ada di mana.Lama ia berkeliling sendirian, bahkan sempat berpikir mungkin saja Mega ke makan orang tua nya, tapi sampai di sana juga tak di dapati istrinya itu. Ridho mulai merasa takut, mungkinkah Mega benar-benar merasa kecewa dengannya sekarang, hingga memilih pergi meninggalkan Ridho sendiri."Dho, ngapain di sini?" Dewi yang melihat Ridho sendirian di perempatan desa berhenti menyapa nya.Dewi sedang bersama Halimah saat melihat Ridho duduk sendirian du jalanan sawah desa mereka."Dho pulang le! Bude beli Bakso banyak ini, makan di rumah yo!" Halimah mengajak Keponakannya itu kembali ke rumah."Duluan saja bude, aku masih ada urusan sebentar." Ridho menolak ajakan Halimah."Sebenarnya kamu itu cari siapa dho?" Halimah tertanya saat melihat Ridho nampak semakin gelisah. Kakinya tak bisa menapak tenang, sejak ta

    Last Updated : 2022-05-28
  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Dibalas Ketus

    Mega kini tak banyak bicara, beberapa hari setelah mengutarakan niatnya pergi bekerja, Mega memang memilih menyendiri. Setelan semua pekerjaannya selesai dan Ridho suaminya berangkat ke tempat nya bekerja, Mega memilih mengurung diri bersama anak-anaknya di kamar. Dunianya begitu sempit, berputar di antara ruang kecil rumahnya sendiri.Mega lebih memilih menuangkan kisah di dalam memo ponselnya, memimpikan kisah indah cinta atau menceritakan kebahagiaan yang sebenarnya dari sebuah keluarga, menjadi sebuah cerita impiannya yabg di baca dan di nikmati pada aplikasi.[ Best banget thor ceritanya, real sekali][Next kilat thor, candu sekali tulisanmu][Duh author, Ini gemes banget ceritanya!]Mega tersenyum sendiri, membaca setiap komentar yang masuk ke dalam ceritanya. Sepertinya mereka semua suka dengan tulisan-tulisannya.Sudah lama Mega menulis kisah fiksi karangannya, meski hanya mendapat beberapa ratus ribu setiap bulannya, namun cerita kali ini berbeda, ia mendapat banyak like dan

    Last Updated : 2022-05-29
  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Tak Terima!

    "Kalau mbak Siska merasa aku salah ya sudah mas, aku nggak bisa apa-apa. Tapi kalau aku harus ke sana dan minta maaf, aku tak bisa mas, aku juga nggak merasa salah apa-apa. Bagaimana dong?"Mega menjawab dengan ketus, ia sudah sangat malas meladeni drama yang di buat Siska dalam hari-harinya yang tenang.Agus membuang pandangan merasa geram dengan jawaban istri adik iparnya itu. Mega tidak pernah bicara se_menyebalkan itu selama ini."Ngalah saja ga, minta maaf sama mbakmu kan Juga nggak rugi." Agus masih mencoba membujuk Mega."Nggak rugi gimana mas, ya rugi lah aku. Nggak salah suruh minta maaf, lucu mas Agus ini.""Dari pada ribut terus, nggak selesai-selesai masalahnya!""Ya ketemu saja di mana. Mbak Siska minta maaf, aku juga minta maaf, beres masalah. Bagaimana?" Mega menawarkan solusi."Susah bicara sama kamu ga, ngalah sedikit saja ngak mau, egois kamu!"Lah mas Agus itu lucu, dari pada suruh aku yang mengalah dan terus ngertiin mbak Siska, mbok ya mas suruh itu mbak Siska gan

    Last Updated : 2022-05-30
  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Kenapa Berbohong, Mas!

    Dengan kesal Mega membuka ponselnya, hatinya panas saat terus mengingat dirinya yang di perlakukan seenaknya di tempat ini. Tiba-tiba terlintas sebuah ide cerita dan Mega menulisnya pada layar ponsel di tangan. Mega memang suka menulis sejak lama, ia sering membuat cerita pendek yang di kirim di grup kepenulisan di aplikasi biru lalu di kirim pada aplikasi berbayar, meski hasil yang di dapat selama ini tidaklah banyak."Dek buka pintu!" Ditengah asyiknya dia mengeluarkan segala sesak dalam dirinya, Mega mendengar Ridho memintanya membuka pintu kamar.Mega meletakkan ponselnya di meja dan berjalan membuka pintu, Ridho sudah berdiri di depannya sembari menatap dalam diam."Ada apa lagi mas?" "Kalau kamu nggak mau minta maaf, mbak Siska akan terus mencari kesalahanmu dek." Ucap Ridho menjelaskan, ia hanya tak ingin keluarganya terus di rong-rong kakaknya."Jika aku meminta maaf, mas rela harga diriku di injak?" Tanya Mega pada sang suami."Tak ada yang menginjak harga dirimu Mega, ini

    Last Updated : 2022-06-01
  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Keputusan Ridho yang mengejutkan

    Mega tak membalas pesan iparnya, ia diam menunggu saja suaminya pulang ke rumah dan meminta penjelasan. Hingga hari semakin malam, suara motor Ridho memasuki pelataran rumah.Mega berjalan ke depan saat mertuanya batu turun dari motor. "Jangan lupa bilang sama Mega Dho, di bujuk saja biar mau!" Ucap Siti lalu pulang membawa kantung besar plastik berwarna putih.Ridho menghela napas sebentar dan berjalan masuk membawa Alika yang tertidur bersamanya. Baru masuk dari pintu depan Mega sudah berdiri di tengah ruang tamu."Siapkan tempat untuk Alika tidur." Ucap Ridho sedikit gemetar, ia memikirkan banyak hal sebelum mengatakan pada istrinya."Di kamar sudah bersih." Jawab Mega, ia tak ikut Ridho masuk, justeru berjalan melihat keluar rumah.Mega melihat ke halaman, ibu mertuanya tak lagi ada, ia juga tak melihat di mana Alina sekarang, bergegas dia masuk ke dalam kamar."Mana Alina?" Tanyanya pada Ridho yang tengah menidurkan anak sulungnya di atas ranjang."Mas, mana Alina?" Tanyanya lagi

    Last Updated : 2022-06-03

Latest chapter

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Keputusan Ridho

    POV RidhoAkhirnya sepulang kerja aku bersama Nadila menemui Niko, anak lelakiku sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit saat aku datang. Pembantu Nadila yang menjaga nya selama Nadila kerja, anak itu begitu bahagia melihatku datang."Papa!" Ucapnya dengan senyum tanpa cahaya, wajahnya terlihat pucat."Hay ganteng, kenapa kok sakit."Niko diam, dia melirik ke arah Nadila dengan wajah ragu."Bicara saja, momi tidak akan marah." Ucap Nadila seolah memberikan izin pada anaknya.Niko melihat ke arahku dan memelukku erat, kini aku merasakan tubuhnya berguncang, dia menangis dalam dekapanku."Hey jagoan, kenapa menangis?""Papa nggak mau nikah sama mama ya?"Kalimat tanya itu langsung membuat lidahku kelu, dari mana dia dapatkan kata itu, apakah Nadila menceritakan semua masalah kami kepada Niko juga?Aku menatap manik mata anak lelakiku itu, ada luka dan kecewa di sana, sorot yang justeru menggoyahkan keputusanku dan membuatku berpikir ulang untuk mempertimbangkan juga hati Niko

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Pertemuan tak terduga

    Mas Ridho kesal padaku, hari ini kepergianku ke Jogja sukses membuatnya tak bicara padaku saat aku berpamitan. Bebrepa kali dia meminta aku meminjamkan mobilku padanya, namun aku terus beralasan banyak dan sekarang mobil ini aku bawa pergi ke Jogja, tentu saja itu membuat wajahnya masam seperti limau.Aku menitipkan anak-anak pada seorang wanita yang mbak Dewi cari untuk merawat Alina dan Alika selama aku pergi, jika pekerjaan ya baik dan bagus, mungkin aku akan memperkerjakan dia untuk terus membantuku merawat mereka.Perjalananku ke Jogja tak memakan banyak waktu, aku tiba di hotel tempat kami menginap sebelum siang. Sampai di sana beberapa orang sudah mengurus segala keperluanku. Hari ini acara syukuran syuting pertama, tentu saja kami semua sudah sangat siap menjalankan semua jadwal yang sudah di tentukan."Bu Mega mau makan dulu atau ke kamar?""Ke kamar saja, saya belum solat duhur, nanti saya menyusul ke ruang makan ya." Ucapku pada gadis manis bernama Kori, dia bertugas memban

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   kejutan Mas!

    Hari yang di tunggu tiba, mobil yang aku impikan kini di antar hingga terparkir di depan rumah. Sebuah mobil sedan terbaru keluaran Henda dengan warna hitam klasik yang mewah. Mbak Siska berbisik bersama adik bapak yang lain, sementara emak terus menatap tak percaya ada mobil baru di depan rumah anak lelakinya."Wah Ridho, baru juga berapa hari kerja sudah bisa beli mobil." Sapaan lembut para tetangga sampai ke telingaku juga.Mas Ridho yang beli mobil ini? Dia saja makan ikut aku, bagaimana bisa beli mobil baru!Aku bicara saja dalam hati, masih baik tak aku umbar aibmu mas di depan semua warga dan keluarga besarmu. Bahkan mbak Siska yang sejak tadi hanya mengintip dari rumah Bapak, akhirnya keluar juga setelah mendengar komentar pujian untuk adiknya."Mas, tanda tangan dulu." Ucapku menarik tangan mas Ridho masuk ke dalam rumah."Berkas apa ini?""Serah terima mobil mas, kan tetap butuh tanda tangan suami untuk bisa di terima pengajuannya mas." Ucapku sambil memberikan dua map denga

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Sandiwaraku masih berlanjut

    Setelah pertemuan itu, Nadila mengajak paksa Niko pulang. Mas Ridho ingin melindungi anak lelakinya, tapi tak bisa berbuat banyak karena secara hukum Niko anak dari Nadila seorang."Bagaiaman ini bisa terjadi, bagaimana bisa kamu punya anak dari wanita lain Ridho!" Emak duduk bersandar pada dinding rumahnya, kami berkumpul di sini setelah Nadila pulang."Maafkan Ridho mak, Ridho tidak tau jika Nadila hamil dulu.""Terus apa yang kamu tau? Apa waktu kalian buat anak kamu juga nggak merasakan?"Mas Ridho terdiam, aku masih duduk di dekat pintu, mencari udara untuk membantuku bernapas sekarang."Bukan begitu mak, masalahnya saat itu kami sama-sama tidak bisa mengendalikan diri.""Otakmu itu yang tidak terkendali Ridho, bikin malu saja, mau di taruh mana wajah bapak ini!"Mas Ridho tak lagi menjawab, ia memilih diam dan menundukkan kepala, percuma juga ia menjelaskan pada bapak, hati lelaki paruh baya itu sedang terluka hebat."Sekarang bagaimana denganmu Mega, bapak sudah tidak bisa lagi

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Bapak yang Terkekut

    "Bagaimana bisa kamu jadi ibu yang baik Dila, sementara kamu tak bisa menjaga amarahmu sendiri!" Ucap mas Ridho dan membuat aku tersenyum lebar karena mendapat pembelaan."Bukan begitu mas, kamu salah paham!" Ucapnya mendekati mas Ridho yang berdiri di ambang pinti ruanh tengah."Berhenti kamu di situ, ingat batasanmu Dila di kantor memang aku bawahanmu, tapi di sini aku tuan rumah dan Mega adalah nyonya rumah ini."Wajah Nadila berubah dingin, ia menatapku tak suka lalu kembali melihat ke arah mas Ridho."Wanita ini yang kamu banggakan menajdi nyonya rumahmu mas?" Tanyanya menunjuk wajagku begitu dekat membuat Alika memelukku erat karena takut."Jangan membuat anakku takut!" Ucapku menurunkan tangannya dengan segera namun dengan cepat dia kembali menunjuk wajahku."Biar mbak bawa Alika dan Niko ke rumah mbak saja Ga, di sini nggak pantas di liha anak-anak." Ucap mbak Dewi mengajak Niko dan Alika keluar dari sisi pintu samping rumahku."Bawa saja gadis itu, tapi biarkan anakku di sini

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Nadila marah

    Saat sedang di dapur bersama mbak Dewi, suara Emak terdengar dari luar. Aku dan mbak Dewi bergegas keluar dan melihat emak sedang marahi Niko."Kamu anak siapa kok di sini!" Emak menarik tangan Niko keluar."Mak, lepaskan mak!" Aku memintanya, namun Emak seolah tal perduli."Lain kali tutup pintunya Mega, anak asing ini masuk begitu!" Ucapnya terlihat tak suka pada Niko."Ini tamu Mega mak, anak teman." Jawabku mencari alasan dan emak melepaskan tangan Niko."Yasudah, emak kira anak jahat mau nyelakai cucuku. Mana Alina, emak mau bawa ke rumah!"Dengan segera emak membaww Alina dan tanpa permisi keluar dari rumahku. Niko yang ketakutan memegang pergelangan tangannya yang merah."Maaf ya, Niko nggak apa-apa?"Dia menganggukan kepala dan aku segera mengajaknya berdiri. "Bagaimana kalau kita ke belakang, ada kolam ikan di sana, Niko bisa gambar di saung yang ada di belakang."Dia nampak.senang mendengar ideku. "Ayo bu Mega." Ucapnya tak sabar.Aku segera memgajaknya ke belakang dan duduk

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Ini memang caraku

    Kami tiba di rumah, setelah menjemput Alika di sekolahnya, sengaja aku bawa Niko ke rumahku untuk membut Nadila naik darah. Awalnya mas Ridho tak memberikan izin, tapi melihat Niko yang nyaman padaku akhirnya dia luluh juga."Ini rumah papa?" Tanyanya saat kami masuk ke dalam rumah. "Iya, rumah papa dan ibu Mega, Niko mau makan lagi? Kalau tidak kita bisa main bersama." Aku menanyai anak yang kini menatapku diam."Aku nggak lapar, ibu Mega punya kertas gambar?""Ada, Niko mau gambar sesuatu?"Dia menganggukan kepala. Aku ambilkan buku gambat besar milik mas Ridho di lemari, buku yang selalu di pakainya menggambar sesuatu namun lama tak pernah terpakai."Ini, gambar saja di sini ya, ibu Mega mau ganti baju dulu." Aku membawa Alina dan Alika masuk ke kamar dan mengganti pakaian mereka.Berkali-kali aku menghela napas, setiap kali aku melihat Niko hatiku terasa sakit, namun aku tak boleh menyerah, masih banyak hal yang harus aku lakukan untuk membuat suamiku dan mantannya itu menderita.

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Masih ingin bersamamu, Mega

    Aku berjalan masuk ke restoran cepat saji itu, mas Ridho sedang memesan makanan saat aku masuk dan duduk sedikit jauh. Setelah memastikam mereka makan berdua, aku mendekatkan diri di belakang mas Ridho."Makanlah Niko, bukankah kamu bilang ingin pizza?" Ucap mas Ridho memotongkan pizza ke dalam piring di depan anak lelaki itu."Kenapa aku tidak boleh memanggilmu papa saat di kantor?" Pertanyaan itu membuat mas Rihdo kulihat diam meletakkan rotinya di atas piring kecil."Apa kamu sakit hati?" Tanyanya kemudian."Iya, gadis kecil itu panggil ayah, tapi kenapa aku tak boleh?" Ucapnya lagi dan sekarang aku sedang menunggu jawaban mas Ridho."Maafkan papa, tapi bukankah kita sudah sepakat dulu?" Niko terdiam, ia kini tertunduk sedih. "Aku mau ikut papa saja" Ucapan Niko membuat aku semakin tak sabar menunggu jawaban mas Ridho."Papa nggak bisa bawa Niko pulang, papa nggak bisa meninggalkan keluarga papa." Niko terlihat kecewa menatap mas Ridho, sementara Alina justeru turun dari kursinya

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Mas Ridho dan Niko

    "Kamu baik-baik saja?" Tanyaku menunduk melihat ke arah Niko."Lepaskan!" Ucapnya kesal dan berlari ke arah jalan."Jangan Niko! Tunggu!" Ucapku tak ingin hal buruk terjadi padanya, aku segera menyusul anak delapan tahun dan menariknya kembali ke tepian."Jangan pegang aku!" Ucapnya menepis tanganku dengan kasar."Baiklah, aku tak akan pegang, tapi di sini ramai sekali, kalau kamu ketengah jalan dan tertabrak sesuatu bagaimana?"Dia diam dan menunduk, aku menariknya duduk di trotoar jalan, duduk di sebuah bangku penjual es yang mangkal di depan bank." Kalau kamu marah dan tak bisa menahan diri, kamu yang akan rugi sendiri." Ucapku memberinya nasehat dan aku teringat pada Alina yang ku titipkan pada teman mas Ridho.Aku berdiri melihat ke dalam, ternyata mas Ridho sudah menggendong Alina bersamanya."Masuk yok?" Ajakku pada bocah lelaki kecil itu.Dia menggelengkan kepala perlahan. "Aku mau pulang." Ucapnya pelan."Dengan siapa, kan Mami Niko masih di dalam, kita biasa masuk dulu dan m

DMCA.com Protection Status