Brandon tersenyum. “Cherry, sekarang kamu masih sama seperti semasa kuliah dulu. Suka sekali ceramahin aku?”“Kamu jangan cengengesan! Sewaktu acara reuni waktu itu, teman-teman pada komentarin kamu melulu. Bagusan kamu cari kerjaan yang bagus. Jangan nganggur saja!” Cherry mencoba untuk menasihati Brandon, “Apa kamu merasa kamu gembira dengan kondisi sekarang? Daripada kamu menipu orang-orang untuk membeli alkohol, bagusan kamu lamar jadi satpam atau pekerjaan lain yang lebih stabil.”Bahkan sampai sekarang, Cherry masih begitu memikirkan Brandon.Brandon juga masih sama seperti dulu. Dia mencubit pipi Cherry, lalu berkata, “Jujur saja, sebenarnya aku agak menyesal gara-gara nggak dengar nasihatmu untuk belajar dengan bagus. Tapi sekarang aku baik-baik saja.”Brandon sudah menjadi menantu pecundang selama 3 tahun, dan sampai sekarang dia bahkan masih belum membongkar identitasnya. Hanya saja, Brandon sudah menduduki posisi presdir Perusahaan Investasi Sinjaya. Jadi, dia tidak merasa h
Brandon tersenyum datar. Dia tidak menghiraukan caci makian Marco, malah berencana untuk meninggalkan tempat.Melihat gerakan Brandon, Marco langsung berjalan maju menghalangi langkah Brandon. Dia mendengus dingin, lalu berkata, “Cepat, bayar uang ganti ruginya! Kalau nggak, aku akan komplain ke pihak hotel!”Cherry yang berada di belakang merasa luluh. “Brandon, kalau kamu nggak bisa keluarin uang sebanyak itu, aku bisa pinjam kamu.” Cherry tidak tega melihat Brandon kehilangan pekerjaannya.Enrica yang terdiam dari tadi akhirnya mengerti. Lelaki itu adalah kakak tingkatnya Brandon sewaktu kuliah dulu. Sementara wanita ini adalah teman semeja Brandon. Permasalahannya, kenapa kakak tingkat ini agak susah diajak kompromi?Enrica juga tidak sanggup melihatnya lagi, dan berkata, “Kamu aneh banget, ya? Jelas-jelas kamu yang tabrak kami, sekarang kamu malah ngotot ingin minta ganti rugi dari kami?”Marco tersenyum, lalu membalas, “Hei cantik, aku sudah cukup berbaik hati. Lagi pula, apa ngg
Setelah melihat kartu keanggotaan di tangan Marco, manajer lobi langsung membungkuk untuk memberi hormat kepadanya. Ini adalah aturan dari Grand Hotel Manthana. Mereka diwajibkan untuk memprioritaskan tamu VIP mereka.Selesai memberi hormat, manajer lobi menatap Brandon dengan ekspresi sinis. “Tuan, kalau kamu tidak sanggup untuk membuat kartu keanggotaan hotel kami, kamu tidak bisa makan di sini. Area parkir ini juga diperuntukkan untuk tamu hotel kami. Sekarang gara-gara kamu sembarangan memarkirkan sepedamu, mobil tamu hotel kami pun jadi rusak. Jadi, kamu perlu bayar ganti rugi.”Melihat manajer lobi berpihak padanya, Marco pun memelototi Brandon dengan angkuh. “Sudah dengar belum? Dasar kampungan! Cepat bayar ganti rugi! Kalau nggak, aku bakal lapor polisi!”Brandon mengerutkan keningnya. Dia tidak menyangka ada peraturan seperti ini di Grand Hotel Manthana. “Manajer, aku memang nggak bikin kartu keanggotaan, tapi sekretarisku sudah buat reservasi. Jadi, apa aku tetap nggak diperb
“Hmm ….” Cherry ragu sejenak.Jujur saja, Cherry masih tidak pernah berpacaran. Jika bukan karena Marco terus mengusiknya, dan bahkan menyuruh anggota keluarganya untuk membujuk Cherry, Cherry juga tidak akan setuju untuk makan bersama Marco.Namun saat ini, Marco malah menggunakan masalah Brandon untuk memaksa Cherry untuk menjadi pacarnya. Cherry pun merasa sangat serba salah.Sewaktu masa perkuliahan dulu, hubungannya dengan Brandon boleh dikatakan sangat dekat. Bahkan, Cherry juga pernah tertarik dengan Brandon. Sayangnya, setelah tamat kuliah, Brandon pun langsung menjadi menantu dari Keluarga Limantara. Setelah itu, mereka berdua tidak berhubungan lagi.Jadi mana mungkin Cherry tega melihat harga diri Brandon diinjak-injak oleh Marco ….Saat Cherry merasa serba salah, amarah Brandon pun sudah membara.Sebenarnya masalah ini bukanlah masalah besar. Hanya saja, Marco sungguh keterlaluan. Dia bahkan menggunakan cara seperti ini untuk memaksa Cherry untuk menjadi pacarnya. Ekspresiny
Di area parkiran Grand Hotel Manthana.Ketika melihat ponsel di tangan Brandon, Marco spontan tertawa. “Brandon, kamu bahkan pakai ponsel jadul yang harganya cuma 200 ribu itu? Aku salut banget sama kamu!”Selesai berbicara, Marco melirik Cherry sekilas, lalu berkata dengan santai, “Cherry, apa kamu masih belum sadar? Dia itu cuma seorang cowok miskin, kamu malah terus membelanya. Apa kamu merasa dia bakal berterima kasih sama kamu?”“Aku tahu waktu itu hubungan kalian cukup dekat, tapi coba kamu lihat dia sekarang. Dia itu bukan apa-apa?! Dia bahkan nggak pantas untuk berdiri di hadapanku. Jangan-jangan kamu masih suka sama dia? Jadi, kamu nggak ingin jadi pacarku?”Ternyata Marco tidaklah dungu. Dia tahu alasan kenapa dia selalu ditolak oleh Cherry, semua itu gara-gara ulah Brandon. Jadi, ketika Marco menemukan kesempatan di depan mata, dia tentu saja akan menghina Brandon.Marco bukan hanya ingin melampiaskan amarahnya saja, dia juga ingin menghancurkan kesan bagus Brandon di hati C
Friski Lazuardi, Manajer Umum Grand Hotel Manthana, adalah sosok yang dianggap berkuasa di Kota Manthana. Karena dirinya yang berkedudukan tinggi, dia pun memiliki relasi dengan banyak pejabat dan bangsawan, dan juga dihormati oleh banyak orang.Para kepala dari keluarga menengah kebawah di Kota Manthana pun tidak memiliki keberanian untuk sekadar mengangkat wajah saat berada di hadapannya.Namun, Friski sadar betul bahwa dirinya tidak memiliki dasar apa pun untuk menerima semua itu di kota ini. Sebetulnya dia hanyalah seekor anjing yang diperbudak oleh para keluarga kalangan atas.Di antara keluarga kalangan atas tersebut, yang paling berkuasa tentu adalah Keluarga Sinjaya.Perusahaan Investasi Sinjaya adalah contoh konkret betapa berkuasanya Keluarga Sinjaya di Kota Manthana ini.Presdir dari perusahaan tersebut saat ini justru muncul di hotel yang menjadi tanggung jawabnya. Tentu, bagaimana mungkin Friski tidak panik? Ditambah lagi, jika didengar dari tutur Karen, sepertinya Tuan Pr
Ekspresi kelu langsung tergambar di wajah Marco. Semua kejadian ini terjadi begitu cepatnya, dengan kemampuan otaknya yang pas-pasan, dia masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.Setelah beberapa saat, kemurkaan baru melandanya, dia pun berkata, “Apa-apaan menyuruhku membayar ganti rugi? Aku juga anggota di sini, dan saldo di dalam kartu keanggotaanku ada 100 juta! Lagi pula bukannya kalian sendiri, pihak Grand Hotel Manthana yang mengeklaim bahwa hanya orang yang memiliki kartu keanggotaan yang boleh menikmati fasilitas kelas atas di sini? Kenapa dia, gembel yang cuma bawa sepeda elektrik juga bisa menikmati fasilitas di sini?”Friski dengan datar menjawab, “Karena orang yang membantu Tuan Brandon reservasi tempat di sini adalah tamu VIP di hotel ini. Aku jelaskan secara singkat, kartu keanggotaan yang dimiliki orang tersebut berada di kelas teratas, biaya tahunannya saja bisa mencapai satu miliar! Jadi, apa kamu sudah sadar diri perbedaan kelas antara kamu dan di
Sebelum Brandon berucap, Enrica yang ada di sebelahnya justru terlihat bingung dan berkata, “Brandon, tadi dia jelas-jelas menyuruh petugas keamanan di sini untuk menghajarmu, meminta uang ganti rugi sama kamu, bahkan nggak mau bantu kita waktu meminta tolong cek daftar tempat yang sudah direservasi. Sekarang kenapa Pak Friski malah mempromosikan jabatannya?”Enrica sungguh tak habis pikir. Mungkinkah ini salah satu bagian dari peraturan yang ada di Grand Hotel Manthana?Friski yang sebelumnya menyunggingkan senyum seketika merasa ada yang menghantam dadanya, hingga membuat dadanya terasa sedikit sesak. Dia adalah orang yang cerdas, tentu dia paham apa yang sebenarnya terjadi di sini.Manajer lobi ini sudah salah memandang rendah orang. Dia tidak hanya merendahkan Brandon, bahkan dia juga membantu orang yang salah untuk menekan dan merendahkan Brandon. Haduh, cari mati saja orang ini!Pada saat ini, keringat sebesar butiran jagung sudah menggelinding di dahi Friski. Untungnya, Friski d