“Wah, mobil Porsche!”Seseorang berkata dengan tercengang. Tidak dipungkiri, mobil Porsche memang tidak semahal mobil Ferrari. Hanya saja, kedua mobil terlihat selevel di mata kebanyakan orang.Seketika Eveline berkata dengan kesal, “Hanya mobil bekas saja, harganya paling cuma beberapa miliar saja. Jauh lah kalau dibandingin sama mobil Ferrari kami. Mobil kami harganya sekitar belasan miliar!”“Hah? Jauh banget harganya?”“Eveline, ternyata suamimu kaya banget, ya!”Saat ini beberapa orang merasa semakin iri. Melihat tatapan semua orang tertuju pada dirinya, Eveline pun sengaja berbicara dengan risi, “Sebenarnya suamiku nggak sebagus yang kalian katakan. Waktu itu, aku berpikir cukup lama untuk terima dia atau nggak. Aku bahkan nggak bersedia untuk bertemu dia selama setengah tahun pertama! Kalau bukan karena dia hadiahin aku cincin berlian, aku juga nggak bakal jadian sama dia!”Selesai berbicara, Eveline sengaja memamerkan tangan kirinya. Tampak sebuah cincin berlian besar di jari
“Istriku, dia itu teman kuliahmu. Ngapain kamu perhitungan sama mereka? Nanti kamu malah kelihatan sangat perhitungan.” Saat ini, Steven berjalan ke sisi Eveline, lalu memeluk pinggangnya.Pada saat yang sama, Steven melirik tubuh Hannah sekilas, dan dia pun tercengang. Dari segi postur tubuh dan paras, sepertinya Eveline kalah jauh dibandingkan dengan Hannah.Boleh dikatakan bahwa Eveline kurang elegan. Berbeda dengan Hannah, dia sungguh elegan. Sayangnya, dia malah menikah dengan lelaki pecundang. Haish!Saat ini, Brandon sudah selesai memarkirkan mobilnya, dan berjalan kemari.Hannah tersenyum menggandeng tangan Brandon, lalu memperkenalkan, “Semuanya, dia itu suamiku. Kalian seharusnya tahu namanya, ‘kan? Sepertinya aku nggak usah kasih tahu lagi.Masalah pernikahan Brandon dan Hannah sangatlah gempar di Kota Manthana. Jadi, teman kuliah Hannah tentu mengetahuinya. Saat ini, beberapa dari mereka menatap Brandon dengan tatapan merendahkan, dan ada juga yang menatap Brandon dengan ta
Hannah juga terbengong. Sebelumnya dia tidak pernah kepikiran untuk menatap Steven, hanya saja saat ini dia malah spontan melirik Steven sekilas. Jujur saja, Hannah juga pernah bermimpi untuk mempunyai calon suami yang tampan dan berbakat.Kali ini Jocey melirik Brandon, lalu menghela napas panjang. Sebelumnya Jocey sudah berpesan kepada Hannah untuk tidak mengajak Brandon. Sekarang? Haish! Bikin malu, ‘kan?Eveline tersenyum, lalu berdiri dan berkata, “Maaf ya semuanya. Suamiku ini sudah belajar piano dari kecil. Jadi ketika lihat piano, dia pun ingin main. Dia nggak bermaksud untuk pamer. Kalian semua jangan keberatan, ya.”Dari tadi Eveline berkata dirinya tidak bermaksud untuk pamer, berharap semuanya tidak keberatan. Namun kenyataannya Eveline memang sedang pamer! Jelas sekali dia sangat menikmati perasaaan dipuji.“Eveline, kamu beruntung sekali! Suamimu itu jatuh dari langit, ya!”“Iya, cuma anak orang kaya yang bisa main piano!”“Kaya dan tampan! Sepertinya nggak ada lagi yang
“Eveline, kamu memang nggak tahu diri, ya. Kalau kamu mau sok hebat, nggak bakal ada yang larang kamu. Kenapa kamu malah seret nama Hannah? Apa maksudmu?” Angel semakin murka lagi. “Ini acara reuni, bukan lokasi syuting!”“Astaga ! Kenapa malah kamu yang marah? Jangan-jangan kamu suka sama Steven-ku? Kamu nggak bisa terima aku punya suami sesempurna ini? Jadi, kamu iri sama aku dan cari gara-gara sama aku?” ucap Eveline dengan tFersenyum, lalu bersandar di sisi Steven.“Kamu ….” Angel emosi hingga sekujur tubuhnya gemetar. Hannah melihat sahabatnya ditindas demi membelanya, dia pun tidak bisa bersabar lagi. Hannah berjalan maju, lalu berkata dengan pelan, “Eveline, kita semuanya adalah teman. Apa perlu kamu bicara sekasar itu?”Eveline melirik Hannah sekilas, lalu berkata, “Hannah, apa kamu nggak suka sama aku? Makanya kamu baru asal fitnah? Kalau begitu, suruh saja suamimu main piano! Asalkan dia bisa main satu lagu untuk kita semua, aku akan tarik kembali ucapanku tadi, dan aku juga
Eveline pun merasa tenang ketika melihat teman-temannya sedang membelanya. Jika kebohongan ini sampai terbongkar, harga dirinya pasti akan diinjak-injak. Untung saja tidak ada yang bersedia untuk percaya dengan ucapan si lelaki miskin itu.“Hei, kenapa kamu berbicara seperti itu? Kamu nggak ngaca, ya? Kamu itu seorang menantu pecundang. Kamu kira bakal ada yang percaya dengan omong kosongmu? Dengar-dengar selama menikah, kerjaanmu itu cuma beres-beres rumah saja? Kamu bahkan nggak pernah tidur sekamar sama istrimu? Hidupmu miris banget, ya. Kamu sudah malu-maluin harga diri para cowok!” sindir Eveline.“Eveline, kalau kamu minta maaf dengan istriku dan sahabatnya, aku nggak akan permasalahkan masalah ini lagi,” kata Brandon dengan wajah datar, seolah-olah sindiran Eveline tidak menyinggungnya sama sekali.“Hannah, apa otak suamimu sudah korslet? Kenapa kamu nggak urus suamimu?” ucap Eveline terhadap Hannah dengan mengerutkan keningnya.“Benar apa kata dia. Sekarang kalau kamu minta maa
Brandon mulai meraba-raba tuts piano, lalu mengembalikan pedal tengah ke posisi semula. Kemudian, dia mulai memainkan alunan musik.Saat ini, Brandon hanya berdiri dengan santai dan bermain piano dengan satu tangannya. Namun, melodi yang elegan seketika bergema di dalam ruangan. Seiring dengan gerakan jari-jari Brandon, musik ini terkadang terdengar bersemangat, terkadang melankolis, dan terkadang agak mendalam ….Dengan irama yang lancar dan ditambah lagi dengan permainan yang santai, semua orang malah merasa permainan piano Brandon jauh lebih hebat daripada Steven meski tak banyak yang memahami musik di sini.Raut wajah Eveline semakin muram lagi. Awalnya dia ingin memamerkan kehebatan Steven, siapa sangka ternyata suaminya Hannah bisa bermain piano, dan bahkan bisa membongkar kecurangan Steven! Kali ini, Eveline merasa harga dirinya sudah diinjak-injak.Saat musik sudah berakhir, semua orang masih larut dalam alunan musik yang merdu.“Emm … apa dia itu menantu pecundang yang terkena
Steven meninggalkan ruangan dengan tersenyum, lalu bergegas ke ruang kerja Wilson.Wilson Sentana, pewaris Keluarga Sentana Kota Manthana, putra kandung dari keluarga inti Sentana. Lelaki muda ini berumur sekitar 30 tahun. Wajah tampannya terlihat agak pucat. Keluarga Sentana mengembangkan bisnis mereka di dunia legal dan ilegal. Kekuatannya di dunia gangster memang tidak tergolong besar, tapi dengan hubungan dekat mereka dengan Brian, tidak ada yang berani menyinggung mereka.Sayangnya, sampai saat ini, Keluarga Sentana masih belum mendengar kondisi terkini Brian.“Paman,” sapa Steven setelah memasuki ruangan Wilson.“Hmm.” Saat ini, Wilson sedang bersenang-senang dengan sekretaris cantiknya. Meskipun merasa diganggu, Wilson juga tidak merasa kesal. Wilson memperlakukan keponakannya yang satu ini dengan sangat baik. Sebab keponakannya pintar dalam menyenangkannya. Wilson juga sangat menyukai nyali besar Steven. Dia bahkan berani untuk bersikap sadis terhadap istrinya sendiri.Saat i
Ketika semuanya sedang menyantap makanan lezat, Brandon keluar ruangan dengan alasan hendak pergi ke toilet. Namun sebenarnya dia pergi menelepon seseorang.Brandon kenal jelas dengan wanita seperti Eveline. Hanya saja, bagaimanapun tempat ini bukanlah area kekuasaan Brandon. Dia tidak ingin sampai terjadi sesuatu dengan Hannah, yang akan membuat Brandon menyesal nantinya.Tentu saja, Brandon juga tidak kenal dengan anggota Keluarga Sentana. Hanya saja, dia kepikiran ada satu orang yang bisa menekan Keluarga Sentana. Orang itu tak lain adalah Brian.Sekarang Brian sudah menjadi anak buah Robert. Jika Brandon menugaskan Brian untuk menyelesaikan masalah ini, Brian pasti rela melakukannya demi menebus kesalahannya.Kebetulan saat Brandon meninggalkan ruangan untuk menelepon, tampak beberapa preman sedang merokok sambil berjalan ke dalam ruangan.Melihat keberadaan orang-orang ini, tatapan Eveline semakin tajam lagi. Dia lalu berkata pada Steven, “Meskipun Hannah sudah menikah, dia tetap