TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 66 – LyingUntuk sesaat, mereka tenggelam dalam keheningan karena pertanyaan Helenina itu. Sampai kemudian Arthur pun menjawabnya, “Aku membenci John. Dia seorang ayah yang buruk.”Lagi, ada jeda sebelum Arthur melanjutkan, “Jadi karena terbutakan oleh rasa benci itu, aku yang masih kecil dengan emosi yang tidak stabil, memutuskan untuk menyalakan api yang kemudian membakar rumah kami.”“Termasuk ... John?” tanya Helenina hati-hati.Arthur tersenyum lembut. Mengangguk. “Termasuk John,” ulangnya.Helenina tidak bisa membayangkan apa yang mungkin John telah lakukan sampai seorang anak kecil memiliki pemikiran seperti itu. Tapi dengan ketenangan yang Arthur tunjukkan sekarang dan bagaimana dia menjawab Helenina seolah kejadian itu bukanlah apa-apa, Helenina memberanikan diri lagi untuk bertanya, “Apa yang telah John lakukan?”“Kekerasan pada anak,” jawab Arthur singkat.Helenina langsung terdiam. Dan kenapa dia merasa seolah yang terjadi lebih dari itu
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 67 – The FeelingsKemudian sesaat setelah meluapkan semua itu, Helenina langsung mematikan sambungan telepon dan melempar ponselnya ke atas ranjang.Namun tidak lama kemudian, benda itu kembali berbunyi. Kali ini tanda bahwa ada pesan baru yang masuk.Helenina tidak ingin repot-repot mengeceknya, dia masih merasa kesal pada sikap kakaknya itu. Tapi didorong oleh rasa penasaran, Helenina pun mengambil ponselnya lagi dan membuka pesan yang baru masuk dari Henry.[Kau lupa dengan apa yang aku katakan sebelumnya?]Helenina tidak mau membalas.Sebuah pesan baru kembali masuk.[Haruskah aku ceritakan padamu tentang siapa suamimu sebenarnya?][Helene.]Henry memanggil ...Membaca kembali semua pesan itu, Helenina jadi tergoda untuk mengangkat telepon tersebut. Dan akhirnya, dia pun melakukannya.Sedetik setelah sambungan telepon itu kembali tersambung, Helenina berkata, “Arthur sudah menceritakan semuanya padaku. Aku tidak mau lagi mendengar apa pun darimu
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 68 – Rejection and AcceptancePenolakan yang lain, tapi rasa sakitnya terasa baru dan tidak tertahankan. Helenina menarik napas dalam-dalam dengan rakus, mengisi paru-parunya yang terasa mengecil sehingga membuatnya sesak.“Kubur rasa cintamu itu dalam-dalam, Helenina!”Kalimat itu sudah cukup memberi tahu Helenina bahwa perasaannya ini hanya sepihak.Arthur begitu kejam. Namun Helenina tidak akan menangis kali ini. Tangisan sudah tidak ada gunanya. Dan anehnya, air mata Helenina seolah benar-benar mengering.Setelah dalam keheningan yang begitu lama dan usaha untuk menenangkan diri yang terasa begitu singkat, Helenina pun berkata, “Aku mengerti.” Walau sudah mencoba untuk tegar, tapi suaranya tetap terdengar gemetar.Arthur masih berdiri di hadapannya, bergeming. “Aku tidak butuh perasaan sesaat semacam itu,” dia berkata.Satu tarikan napas panjang Helenina lakukan lagi. “Ini ... bukan perasaan sesaat,” gumamnya.Tapi tentu saja, Arthur memiliki pe
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 69 – Let It All OutAda beberapa hal di dunia ini yang Arthur harap bisa dia kontrol, salah satunya adalah hati manusia. Bagaimana itu bekerja sesuai dengan kehendaknya sendiri sangat menjengkelkan.Arthur menghela napas. Ketenangan yang saat ini ada di sekitarnya terasa begitu kontras dengan kecamuk yang melanda pikirannya.Sinar matahari sore yang berwarna oranye masuk melalui jendela, menerpa wajah Arthur. Rasa hangat membasuh kulitnya yang dingin. Dia menunduk, melihat Helenina yang masih tertidur pulas setelah percintaan mereka tadi. Sebuah percintaan yang rasanya lebih mengguncang dari yang Arthur pikir.Dia menatap wajah itu lebih lama. Bawah mata dan hidun Helenina lebih merah dari rona di pipinya, dan napasnya yang teratur sesekali terdengar gemetar. Walau demikian, terlihat damai—tidak ada lagi tangisan.Arthur mengernyit saat sinar matahari bergeser dan menerpa wajah Helenina. Mata wanita itu sedikit bergerak, tidurnya terusik dengan caha
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 70 – TrustInsting pertama Arthur saat itu adalah mendorong Helenina menjauh. Dia menarik tangannya dan berdiri di atas permadani dengan kaku, melesakkan jari-jari kakinya ke dalam permukaan yang lembut dan hangat di bawah sana, mencoba mencari pijakan yang lebih solid untuk menopang dirinya yang terguncang.Arthur menatap Helenina. Istrinya itu terduduk di atas tengah ranjang dengan rambut merah berantakan yang kini tampak seolah dijilati api karena sisa cahaya oranye yang masuk melalui jendela. Selain itu, ruangan ini gelap.Dan tidak satu pun dari mereka berdua yang berniat untuk menyalakan lampu, setidaknya bukan Arthur. Karena saat ini, dia lebih senang berada di kegelapan di mana semuanya tampak samar-samar, termasuk senyum yang saat ini dia pikir ada di bibir Helenina.Wanita itu tidak mungkin tersenyum padanya sekarang!Arthur membayangkan ekspresi jijik. Tatapan terkejut yang nyaris mendekati syok. Apa lagi? Mungkin sedikit tatapan kasihan—
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 71 – Next PlanTidak seperti hari sebelumnya, tubuh Helenina terasa begitu ringan pagi ini dan dadanya penuh oleh perasaan bahagia. Semalam, Arthur tidak membiarkannya turun dari ranjang. Makan malam bahkan sampai mandi saja menjadi urusan pria itu. Di satu sisi Helenina merasa senang, tapi di sisi lain dia merasa tidak enak karena terlalu dimanjakan.Dan pagi ini, Helenina siap untuk kembali bekerja. Dia menulis beberapa hal yang rencananya akan dia lakukan. Dan dalam daftarnya itu, dia juga menulis bahwa dia harus menelepon Henry, meminta bertemu dengannya, lalu mengobrol. Sekarang, perceraian sudah tidak ada dalam benak Helenina, dan dia tidak menginginkannya juga sekalipun kakaknya itu memaksa.Ini mungkin akan beresiko, pikir Helenina, karena sebelumnya dia tidak pernah mendebat Henry atau bahkan mengemukakan pendapatnya sekali pun. Oleh karena itu Helenina merasa gugup akan respon Henry nanti, tapi mengingat bagaimana semalam Arthur begitu lir
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 72 – ApprovalHelenina tidak punya pilihan lain. Pada akhirnya, dia datang menemui Henry ditemani oleh Arthur. Tadinya, Arthur lebih suka untuk mengundang Henry ke rumah, tapi seperti dugaan Helenina, kakaknya itu tentu saja menolak undangan tersebut. Akhirnya, di sinilah Helenina sekarang, duduk berhadapan dengan putra sulung Baron yang terkenal dengan sikapnya yang dingin, di kantor pria itu yang luas dan bernuansa gelap juga maskulin.Khas laki-laki, pikir Helenina.Kecanggungan melingkupi suasana di antara mereka. Tapi mungkin hanya Helenina yang merasakannya, karena Arthur dengan tenang menuang teh ke dalam cangkir Helenina—benar-benar hanya cangkir milik Helenina saja. Dia menyesap isinya pelan, menyecapnya di lidah, sebelum menyodorkannya kepada Helenina.Dengan khawatir Helenina melirik ke arah Henry yang menatap Arthur penuh ekspresi tersinggung.“Kau pikir aku meracuni adikku sendiri?” cercanya.“Ini tidak apa-apa. Minumlah!” kata Arthur d
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 73 – What If“Arthur, terima kasih sudah membicarakan hal ini dengan Henry,” kata Helenina. Dia dan Arthur sekarang tengah berada di dalam mobil yang melaju menuju rumah. Helenina duduk di samping Arthur. Lengan pria itu melingkari pinggangnya sementara tatapan Arthur tertuju ke arah ponsel.“Hm,” jawab Arthur singkat.Helenina mendongak menatap wajah serius suaminya itu. Apa pun yang sedang Arthur lihat di ponselnya, pasti tidak jauh-jauh dari hal-hal yang menyangkut pekerjaannya. Alis Arthur tampak sedikit mengerut, tulang pipinya lebih menonjol karena rahangnya yang tegang. Helenina menduga bahwa Arthur pasti habis bercukur, kulit wajahnya tampak mulus. Dan hal tersebut membuat Helenina ingin menyapukan tangannya ke sana dan mengecupnya.Tapi tentu saja Helenina tidak melakukannya karena perasaan malu lebih dulu membuatnya mengalihkan pandang. Dia menatap ke luar, melihat berbagai objek seperti bangunan tinggi, toko-toko, kendaraan lain, lampu ja