Helenina terbangun dari tidurnya karena suara getaran yang terdengar begitu mengganggu. Dia melihat cahaya berpendar di atas nakas, berasal dari ponselnya. Helenina pun mengambil benda itu, dahinya mengernyit saat membaca nama pemanggil yang tertera di sana.‘Husband’Pernahkah Helenina memasukkan nomor Arthur ke ponselnya dan menamainya seperti itu? Helenina tidak ingat. Tapi tanpa berpikir lebih panjang dia langsung mengangkat panggilan itu. Dia mengucek matanya yang terasa berat oleh kantuk dan menggumamkan sebuah halo.“Nina, Manisku. Maaf membangunkanmu.” Terdengar suara berat Arthur dari seberang telepon.Manisku? Helenina mengerjapkan mata saat mendengar sebuah panggilan asing itu. Arthur tidak pernah memanggilnya seperti itu sebelumnya. Kecuali saat mereka ... bercinta.Ataukah ini bukan suaminya dan hanya orang iseng?Helenina melihat sekali lagi ke layar ponselnya dan suara Arthur kembali terdengar.“Nina, apa yang sedang kau lakukan sekarang?”Sekarang? Nina bingung harus m
Arthur telah pergi selama dua minggu. Dua minggu yang dipenuhi obrolan malam dan cerita sebelum tidur bagi Helenina. Ya, Arthur selalu meneleponnya dan memintanya membaca sesuatu; sebuah dongeng sebelum tidur yang sebelumnya pria itu pandang kekanakkan. Tapi di sisi lain, Arthur selalu memastikan bahwa Helenina tidur tidak terlalu malam. Dan Helenina menikmati momen-momen itu dengan sangat baik, bahkan terkadang dia begitu menantikannya.Hari yang dia lewati juga tidak seberat yang dia pikirkan. Sesi belajarnya terasa menyenangkan dengan seorang tutor yang baik dan kompeten juga sangat penyabar sampai Helenina sendiri merasa tidak enak hati ketika dia belum mengerti dan meminta untuk dijelaskan dua kali.Saat ini, dia dengan sang tutor sedang berada di perpustakaan. Simon Lowell namanya, pria itu sebelumnya adalah seorang kepala pelayan. Dia dan keluarganya telah mengabdi di rumah keluarga bangsawan selama puluhan tahun, tapi Simon memutuskan untuk berhenti setelah cedera yang dia ala
Helenina bisa merasakan bagaimana tubuh Arthur langsung menegang, seolah ada alarm bahaya yang tidak sengaja Helenina tekan dalam dirinya.“Apa. Yang. Kau. Lakukan. Helenina?” Arthur bersuara di antara giginya yang terkatup rapat dan rahangnya yang menegang.Tapi bukannya melepaskan, Helenina justru semakin mengeratkan pelukannya, seolah takut Arthur akan meledak saat itu juga dalam amarahnya.“Pe-peluk,” jawab Helenina terbata.“....”Saat Arthur tidak menjawab, Helenina semakin mengeratkan pelukannya dan bersandar di bahu pria itu. “Sebuah pelukan akan membuatmu merasa tenang,” kata Helenina lagi. Dan benar pada ucapannya, pelukan ini memang menenangkan, setidaknya bagi Helenina sendiri. Dia tidak sadar bahwa dia begitu merindukan Arthur sampai sekarang dia berada di dekatnya. Helenina memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, menghidu aroma citrus dan mahoni yang lembut. Ini justru terasa seperti Helenina lah yang lebih membutuhkan pelukan daripada Arthur sendiri.Suara kekehan b
Usia pernikahan Helenina dan Arthur menginjak angka tujuh. Dan Helenina kini telah fasih mengurus semua urusan rumah tanpa dibantu oleh seorang tutor lagi, namun sekalipun begitu dia masih berteman dengan Simon Lowell dan bahkan berkenalan dengan adiknya yang seharusnya menjadi guru Helenina; Samantha Lowell. Ya, perlahan tapi pasti, Helenina memiliki beberapa teman baru dan mulai banyak menghadiri acara-acara pesta atau makan malam bersama Arthur. Tidak mudah, tapi Helenina akan melakukan apa pun untuk membuatnya pantas disebut sebagai Nyonya Rutherford, istri dari Arthur Rutherford.Arthur menepati janjinya memberikan Helenina banyak hadiah dan terkadang mengajaknya keluar untuk makan malam atau pergi berbelanja. Arthur benar-benar memanjakannya dengan semua kemewahan yang bisa pria itu dapatkan. Tidak ada lagi gaun polos berwarna gelap, pergelangan tangan atau leher yang kosong tanpa perhiasan. Arthur seolah terobsesi untuk mendandaninya, memberikan semua yang tampak berkilau itu u
Ini bukanlah hari Helenina seharusnya pergi ke dokter. Ada jadwal-jadwal tertentu yang biasa dia ikuti. Namun hari ini, Helenina berniat untuk pergi ke dokter kandungan yang berbeda. Karena, entah kenapa, dia tidak bisa percaya sepenuhnya pada dokter yang sebelumnya. Helenina memiliki firasat bahwa Dokter itu tidak terlalu kompeten, atau mungkin bahkan menyembunyikan sesuatu dari dirinya dan Arthur.Semoga firasatnya tersebut salah. Helenina tidak ingin apa yang ada di kepalanya saat ini menjadi kenyataan, bahwa dia tidak bisa hamil. Helenina merasa perlu untuk mengonfirmasinya.“Ke mana tujuannya, Nyonya?” tanya sang sopir. Helenina menatapnya sekilas. Pria dengan jas rapi itu tampak bingung untuk beberapa saat—mungkin ini pertama kalinya dia melihat sang nyonya keluar tanpa ditemani oleh suaminya. Helenina tidak mencoba untuk menjelaskan apa pun, dia hanya menyerahkan sebuah alamat yang dia catat di ponselnya kepada pria itu.Tidak lama kemudian, mobil pun melaju pergi meninggalkan
Helenina telah mendapatkan hasil pemeriksaan dari dokter. Sebuah map berwarna cokelat ada di pangkuannya yang dia pegang dengan erat. Hujan tiba-tiba saja turun. Dan suhu udara mendadak jadi lebih dingin. Helenina menyesal tidak mengenakan pakaian yang lebih tebal karena tadi dia pergi dengan terburu-buru. Sekarang, pakaian tebal si wanita yang dia temui tadi tidak tampak terlalu buruk untuk musim ini.Namun Helenina juga tidak yakin apakah dia kedinginan karena suhu di luar sana atau karena kenyataan yang baru saja dia dengar dari dokter.“Kemungkinan kehamilan itu terjadi masih sangat kecil dan beresiko, bahkan bisa berakibat fatal.”Itulah yang dikatakan dokter, yang kemudian diikuti dengan penjelasan lainnya dan beberapa instruksi serta saran mengenai apa yang harus Helenina lakukan.Hanya beresiko, bukan berarti tidak bisa hamil.Helenina meyakinkan dirinya sendiri dan mulai mencari-cari informasi di ponselnya; apa maksud dari beresiko yang sang dokter katakan.Setelah membaca be
Helenina sedang berada di mobil—perjalanan menuju rumah yang terasa lebih lama dari biasanya. Pandangan Helenina terus tertuju ke luar jendela, melihat jalanan yang lebih ramai oleh orang-orang yang berjalan kaki. Itu bukanlah pemandangan baru, kota ini selalu lebih ramai oleh pejalan kaki daripada kendaraan pribadi. Helenina membayangkan dirinya berada di sana. Pastinya dia akan hilang dan tersesat dengan cepat, karena sekalipun sudah 24 tahun lamanya dia tinggal di kota ini, dia sama sekali tidak tahu jalan. Sangat ironi.Menit demi menit berlalu, perjalanan pulang kali ini benar-benar terasa lebih lama. Apakah sang sopir menggunakan jalan memutar? Sekalipun benar begitu, Helenina justru mensyukurinya karena dia merasa memiliki waktu lebih banyak untuk menenangkan diri sebelum menghadapi Arthur.Bangunan-bangunan kota mulai menghilang, tergantikan dengan pepohonan di kiri dan kanan. Saat itulah Helenina tahu bahwa dia semakin dekat dengan rumah—setidaknya wilayah ini cukup familiar
Helenina tidak tahu bagaimana dia harus bersikap atau apa yang seharusnya dia rasakan saat mengetahui bahwa pria di hadapannya ini adalah ayah dari suaminya, yang berarti mertua Helenina sendiri.Hal tersebut hampir tidak bisa dipercaya, tapi sesuatu dalam cara pria ini menyebutkannya terdengar begitu meyakinkan.Namanya John Delmon, dan dia menyebut Arthur dengan nama belakang yang sama.Helenina duduk di sofa dengan perasaan gamang, mencoba untuk mengingat silsilah keluarga Rutherford. Dari semua foto yang dia lihat di mansion, tidak satu pun yang mirip dengan pria di hadapannya. Bahkan foto pria yang Helenina pikir adalah ayah Arthur, juga sama sekali tidak tampak seperti pria ini.Mungkinkah luka mengerikan di wajahnya itu ... mengubah segalanya?“Kau pasti sedang berpikir apakah ucapanku benar atau tidak. Yah, sulit dipercaya bahwa monster di hadapanmu sekarang adalah ayah dari suamimu yang tampan. Ya, kan?”“....” Helenina tahu bahwa diam adalah pilihan yang tepat.“Bukan salahk
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 81 – Familiar AromaYang semalam terasa seperti mimpi.Mimpi yang bahkan saat terbangun pun tidak berani Helenina andai-andaikan. Setiap detik dari momennya, mungkin akan selalu melekat dalam benak Helenina. Dia tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi. Dia tidak akan lupa bagaimana dansa mereka yang kacau dan dipenuhi kecerobohan, ditambah hujan dan petir di luar, yang kemudian diakhiri oleh pengakuan cinta. Dan saat semua itu digabung, Helenina merasa bahwa itu sempurna.Hari ini, Helenina bangun lebih pagi. Namun dia tidak menemukan Arthur di sampingnya. Tidak peduli sepagi apa pun Helenina bangun, Arthur selalu saja bangun lebih dulu. Menepis rasa kecewanya, Helenina segera bersiap dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.Seperti dugaannya, Arthur ada di ruang makan, tengah menyesap kopi sembari menatap ke arah layar tabletnya. Dia mendongak ketika Helenina masuk.“Kau seharusnya menunggu di kamar. Aku baru saja hendak mengantar makananmu ke
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 80 – His LoveDulu, cinta terdengar seperti sebuah kutukan di telinga Arthur.Cintalah yang membawanya ke jalanan. Karena cinta, ibunya menjadi pelacur. Karena cinta, Arthur dipukuli sampai hampir mati oleh ayahnya sendiri. Karena cinta, Arthur dijual kepada pria-pria bangsat yang menyukai anak lelaki. Karena cinta, Arthur menjadi sebatang kara.Namun setelah semua itu, dia tetap mengatakannya juga, kepada satu wanita ini—yang terselip melewati kewaspadaannya dan meruntuhkan dinding-dinding kokoh yang dia bangun di dalam dirinya.“Aku mencintaimu, Helenina.”Binar yang langsung tampak di mata sejernih langit milik wanita itu langsung membuat rasa penyesalan menyergap Arthur seperti rantai.Pantaskah dia mengatakannya?“Oh, Arthur.”Air mata Helenina menetes, tapi Arthur tahu itu bukanlah tangisan sedih. Arthur tersenyum tipis, ekspresinya menjadi tertutup. Dan sebelum Helenina menyadarinya, Arthur segera menariknya ke pelukan. Helenina menangis ters
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 79 – The PaintingsHelenina tercenung, tubuhnya membeku dalam dekapan yang hangat. Ciuman Arthur yang tiba-tiba terasa panas dan kemudian melelehkannya. Helenina memejamkan mata, mengalungkan tangannya ke leher Arthur, merintih pelan sebelum membalas ciuman tersebut. Arthur mendekapnya semakin erat, telapak tangannya yang lebar terbuka di punggung Helenina, menariknya mendekat, sementara tangannya yang lain ada di leher Helenina—membelainya dan sekaligus memberikan tekanan yang membuat Helenina gemetar.Ciuman Arthur terasa memabukkan, seperti wine yang Helenina minum pada pesta-pesta besar. Sekujur tubuhnya dialiri sengatan gairah yang menyenangkan, rasanya menggelitik dan penuh damba.Arthur menciumnya, Helenina mencium Arthur.Hujan di luar semakin lebat, petir menyambar setelah kilat yang menyilaukan mata. Saat Arthur menjauh, napas Helenina tercekat dan berubah memburu dengan cepat. Dia membuka matanya yang terpejam dengan perlahan, menatap sep
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 78 – Something Change“Kau sudah menemukan siapa orangnya?”Francis menggeleng. “Emma tengah menginterogasi semua pelayan dan pekerja di rumah, menggeledah kamar-kamar mereka, tapi sejauh ini hanya tiga orang yang dicurigai.”“Siapa?” tanya Arthur.“Para gadis pelayan Nyonya,” Francis menjawab tanpa ragu.Arthur mengernyitkan dahi, mengingat setiap momen Helenina dan para gadis pelayannya bersama. Mereka memiliki banyak kesempatan, mereka orang-orang terdekat yang berinteraksi dengan Helenina setiap hari dan tahu segala hal yang Helenina lakukan. Sangat mungkin kalau salah satu dari para gadis itu adalah mata-mata yang Asher kirim ke rumahnya.“Aku yang akan melakukan interogasi kepada mereka,” kata Arthur kemudian.“Tidakkah lebih baik kalau Tuan bertanya langsung kepada Nyonya? Dia mungkin tahu sesuatu.”Arthur menolak usulan tersebut sesaat setelah Francis melontarkannya. “Ini pekerjaan mudah, Francis, kau tidak harus melibatkan istriku ke dalamn
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 77 – Beyond BeliefDi mobil yang melaju kencang di jalan raya, Francis memberi tahu Arthur bahwa dia sudah mendapatkan kabar dari Emma mengenai kondisi Helenina di rumah.Helenina ditemukan tidak sadarkan diri di lantai kamar mandinya. Francis sengaja tidak memberi tahu secara detail bahwa sang nyonya juga mengalami pendarahan, dia tidak ingin membuat Arthur kehilangan kendalinya lebih buruk dari ini.Mereka tengah menuju rumah sakit tempat Helenina dibawa. Letaknya cukup jauh, mengikis setiap kesabaran yang Arthur punya. Mobil yang dikendarainya melesat semakin kencang dan bergerak lincah di jalan raya yang cukup ramai oleh kendaraan lain. Francis bahkan sampai harus berpegangan di kursinya untuk menahan guncangan.Sesampainya di rumah sakit, Arthur tidak membuang banyak waktu, dia langsung pergi ke ruangan tempat Helenina berada dengan langkah tergesa. Francis tidak sempat menyusul karena dia harus memarkir mobil yang Arthur tinggalkan begitu saja
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 76 – Poison“Jadi, selama ini dia ada di sana.”“Ya, saya menduga sepupu Anda ikut andil dalam hal ini.”Arthur terkekeh, duduk di sofa berwarna merah mencolok di dalam sebuah ruangan dengan pencahayaan yang temaram. “Tentu saja Asher terlibat. Dan rumah tempat John Delmon saat ini berada adalah rumah warisan milik Madeline Pansley.”Sebuah cerutu yang Arthur apit di kedua jari tangan kanannya dia tekan ke asbak sehingga ujungnya yang menyala pun mati dan menjadi abu, meninggalkan noda menghitam di permukaan asbak yang putih. Arthur bukanlah seorang pecandu rokok, namun terkadang dia merasa membutuhkan nikotin itu dalam dirinya. Dia lalu bersandar di sofa seraya menghela napas panjang. Tatapannya yang dingin sesaat tampak kosong.“Sudah saatnya aku menemui sepupuku kalau begitu. Dia selalu menjadi duri, tapi kali ini lebih tajam.”Francis Bronwen, yang berdiri di hadapannya dengan gestur tegak pun tidak mengatakan apa pun.Arthur bangkit, seraya ber
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 75 – Pumpkin or TeaSaat siang menjelang sore tiba, Arthur kembali ke rumah, menemukan istrinya masih tertidur nyenyak di atas ranjang setelah kegiatan panas yang mereka lakukan beberapa jam lalu. Helenina pastinya sangat kelelahan, dan Arthur memiliki dorongan yang begitu kuat untuk bergabung dengannya di sana dan merasakan tubuhnya yang lembut di dalam pelukan. Tapi Arthur tahu lebih baik bahwa dia tidak hanya akan berhenti di sana, dan dia juga memiliki urusan mendadak yang harus dia selesaikan sesegera mungkin.Namun Arthur sengaja pulang lebih dulu, hanya untuk sekadar melihat wajah istrinya.Dia duduk di pinggir ranjang, mengusap rambut Helenina yang tersebar di atas bantal dan seprai berwarna putih, bagai jilatan api yang tampak begitu cantik. Tangan Arthur kemudian teralih pada wajah yang terlihat pulas dan damai itu.Dahi Arthur mengernyit saat kembali memikirkan ucapan Helenina di mobil tadi. Bibirnya lalu menyunggingkan senyum.“Kamu meng
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 74 – CrimsonSesaat setelah mobil berhenti di depan teras mansion Rutherford yang sudah tua tapi masih tampak megah dan kokoh itu, Arthur keluar dari mobil dan menarik Helenina bersamanya. Dia mengabaikan Emma dan juga beberapa pelayan yang tidak sengaja berpapasan dan menunduk pada mereka.“A-Arthur, pelan-pelan!” lirih Helenina dengan wajah memerah padam. Tapi Arthur seolah tidak mendengarkan. Saat sampai di dekat tangga, tubuh Helenina tiba-tiba saja diangkat dan sudah berada di dalam gendongan pria itu.Helenina memekik, menoleh dengan panik ke arah seorang pelayan—Aria—yang baru saja berpapasan dengannya. Namun gadis pelayan Helenina itu tengah menunduk dan begitu pun juga dengan yang lain.Tapi bukan berarti mereka tidak tahu!“Arthur! Aku bisa jalan sendiri,” pinta Helenina lagi dengan suara panik sekaligus menahan malu.Arthur menaiki dua gundakan anak tangga sekaligus. Tidak memberikan respon apa pun pada rontaan yang Helenina berikan. Dan
TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 73 – What If“Arthur, terima kasih sudah membicarakan hal ini dengan Henry,” kata Helenina. Dia dan Arthur sekarang tengah berada di dalam mobil yang melaju menuju rumah. Helenina duduk di samping Arthur. Lengan pria itu melingkari pinggangnya sementara tatapan Arthur tertuju ke arah ponsel.“Hm,” jawab Arthur singkat.Helenina mendongak menatap wajah serius suaminya itu. Apa pun yang sedang Arthur lihat di ponselnya, pasti tidak jauh-jauh dari hal-hal yang menyangkut pekerjaannya. Alis Arthur tampak sedikit mengerut, tulang pipinya lebih menonjol karena rahangnya yang tegang. Helenina menduga bahwa Arthur pasti habis bercukur, kulit wajahnya tampak mulus. Dan hal tersebut membuat Helenina ingin menyapukan tangannya ke sana dan mengecupnya.Tapi tentu saja Helenina tidak melakukannya karena perasaan malu lebih dulu membuatnya mengalihkan pandang. Dia menatap ke luar, melihat berbagai objek seperti bangunan tinggi, toko-toko, kendaraan lain, lampu ja