POV Sang Sekretaris
Ella duduk di ruang tamu Damon dan Tanner saat para pria itu menonton pertandingan sepak bola. Wajahnya terasa panas dan perutnya terbakar karena emosi yang terpendam. Meskipun dia dan Javier baru menjadi dekat selama dua bulan terakhir, dia memiliki perasaan untuk pria itu dan dia sangat peduli padanya. Ketegangan menghantam kepalanya dan semuanya tampak tidak nyata saat dia melakukan gerakan itu. Pasti ada jalan. Pasti ada sesuatu yang bisa dia lakukan agar tidak kehilangan dia. Tapi tidak ada apa-apa. Tidak ada sama sekali. Dia tidak punya pilihan dan itu membuatnya gila.
Naluri pertamanya ketika Maria menunjukkan foto-foto di kantornya adalah lari. Lari pulang, tarik selimut menutupi kepalanya, dan berpura-pura semuanya akan baik-baik saja. Karena terkadang lebih mudah berpura-pura bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk. Itulah yang telah dia lakukan sebagai seorang gadis kecil tanpa ayah
POV Sang CEO LiarJavier berjalan menuju mobil. Dia tahu bahwa jika dia menghadapi Ella, gadis itu mungkin merasa malu karena ketahuan berbohong. Namun pada saat yang sama, dia tidak bisa tinggal di sini dan menyaksikannya bersedih sendirian. Tidak peduli apa yang baru saja terjadi antara Ella dan saudaranya, dia mempercayai gadis itu. Mungkin bahkan dia lebih mempercayai Ella daripada saudaranya. Jadi tidak ada hal lain yang penting selama gadis itu tidak terluka, selama Ella tidak menangis. Namun sebelum dia bisa mencapainya, Ella telah mengemudikan mobil, siap untuk keluar dari gedung.Javier mengeluarkan teleponnya hendak meneleponnya ketika dia menyadari bahwa Ella sedang mengemudi tepat setelah dia menangis di tempat parkir jadi menelepon gadis itu mungkin bu
POV Sang Sekretaris Keesokan paginya, saat Ella membuka matanya, perutnya terasa melilit. Itu seringkali terjadi , akhir-akhir ini, dan dia khawatir dia akan mengalami sesuatu karena stres. Ketika dia sampai di kamar mandi, perasaan itu hilang sehingga dia mencuci muka dan turun untuk sarapan. Ibunya pergi ke pasar, meninggalkan catatan di lemari es. Setelah makan pancake yang ditinggalkan ibunya di atas meja, dia menyesap teh yang telah dia buat, berharap itu akan sedikit menenangkan perutnya.Namun, pada sore hari, itu benar benar di luar kendalinya. Perutnya keroncongan, dan Ella berlari kencang ke kamar mandi, dan dia baru saja sampai di toilet sebelum dia mulai muntah. Setelah selesai, dia duduk dan menyiram toilet, meringis karena rasa tidak enak di mulutnya. Dia berusaha berdiri dan melihat dirinya di cermin. Dia tampak pucat, gemetar dan kepanasan. Dia pasti sakit.Dia berjalan
POV Sang CEO LiarHari tanpa Ella terasa berat. Penggantinya, Maria Gonzales, tidak sebagus Ella. Bukan saja dia penjilat, tapi dia sama sekali tidak efisien. Javier menyadari bahwa Ella jelas telah memanjakannya dengan melakukan pekerjaannya dengan bagus. Di penghujung hari, dia lebih dari senang ketika Maria keluar tepat waktu, tidak tinggal lebih lama lagi untuk menyelesaikan pekerjaan apa pun.Di tengah hari sore itu, dia meraih ponselnya dan mengirimi Ella SMS.Nona Gonzales tidak sebaik dirimu. Itu membuatku lebih menghargaimu.Namun, tampaknya Maria memiliki sesuatu yang berbeda dalam pikirannya karena, pada saat jam menunjukkan pukul lima, dia masuk ke kantornya melalui pintu penghubung alih-alih meninggalkan gedung. Sayangnya, Javier tidak melihatnya, matanya tertuju pada layar saat dia membaca draf kontrak yang dikirim oleh tim hukum Thornton. Sua
POV Sang CEO LiarElla mandi dan menggosok gigi sebelum siang hari keesokannya. Ibunya saat ini sedang keluar dengan Finn, pacarnya saat ini, mungkin akan merayakan ulang tahunnya dengan cara yang lebih intim daripada tadi malam. Dia memeriksa teleponnya, tetapi Javier tidak menelepon. Bukannya Ella akan menjawab. Mungkin pria itu sudah move on. Mungkin dia sudah melupakannya. Pukul sepuluh pagi itu, seseorang membunyikan bel."Jika kau tidak membuka pintunya," kata Javier melalui pengeras suara, terdengar tidak hanya lelah tetapi juga kesal, "Aku akan menyerukan ancaman bom dan seluruh lingkunganmu harus dievakuasi." Jantung Ella berdegup kencang di dadanya mendengar suara pria itu."Kau hanya menggertak."“Pastikan kau membawa payungmu. Di luar sedang hujan.&rdq
POV Sang CEO LiarJavier menelan ludah dan berpikir tentang apa yang telah dilakukan Ella untuknya dalam perjalanan pulang. Kebenaran tentang Maria dan foto-foto itu melegakan dibandingkan dengan dia ditinggalkan Ella sendirian. Imajinasinya berputar dari penyakit misterius Ella hingga kebosanan gadis itu dengannya hingga kemungkinan ada pria lain. Tidak ada wanita lain di planet ini yang pernah membuatnya merasakan hal-hal seperti Ella. Membuatnya merasa seolah-olah hidupnya lebih baik dengan dia di dalamnya. Membuatnya mencari gadis itu di ruangan yang penuh dengan orang. Membuatnya merasa ingin tersenyum hanya karena gadis itu tersenyum. Tidak ada wanita lain di planet ini yang pernah memelintirnya menjadi simpul seperti itu.Selama dua hari, ketika Ella tidak membalas telepon atau SMS apa pun, Javier mengatakan pada dirinya sendiri untuk melupakan gadis itu. Bahwa dia lebih baik tanpa gangguan seorang wan
POV Sang SekretarisSetelah bertemu dengan ibu Javier, Ella akhirnya berjalan menuju ballroom tempat pesta diadakan. Meskipun percakapan itu menyenangkan, dia merasa sedikit tegang begitu dia melangkah masuk, mengetahui bahwa Maria pasti ada di sini dan cepat atau lambat harus menghadapinya. Mengambil napas dalam-dalam, dia mendekati salah satu pelayan yang membawa nampan penuh minuman, dan mengambil segelas soda. Dia membiarkan minuman itu menenangkannya saat berjalan menuju meja panjang yang penuh dengan makanan pembuka yang bervariasi. Dia hendak mengambil sandwich mini ketika seseorang mendorongnya dari belakang.Tidak perlu seorang jenius untuk mencari tahu siapa itu karena hal berikutnya yang Ella dengar dari belakangnya adalah, "Kau pikir apa yang kau lakukan di sini, jalang?"Ella melirik dari balik bahunya. “Menurutmu ? Aku hanya menghadiri pesta tahunan. ”
POV Sang SekretarisElla menjatuhkan tasnya kemeja lalu menyeret kursi sebelum merosot di atasnya dan menghela nafas berat. Sepanjang pagi, dia diganggu oleh paparazzi. Mereka berkemah di depan gedung tempat tinggalnya, bahkan ada yang menaiki tangga darurat yang dipasang di luar gedung. Dia tidak bisa lagi duduk di balkonnya tanpa difoto dan dihujani pertanyaan. Sejujurnya, orang terkadang tidak menghargai privasi orang lain. Dia telah menelepon manajer gedung dan beberapa keamanan mengusir orang-orang itu dari tangga darurat, tetapi mereka masih memadati pintu depan. Ini sudah terjadi sejak minggu lalu ketika Javier melamarnya di depan semua kolega, keluarganya, dan media.Dalam film atau cerita, itu akan menjadi sangat manis dan akhir yang sempurna untuk kisah cinta mereka, tetapi dalam kehidupan nyata, itu jauh lebih rumit dari itu. Sekarang dia secara resmi adalah tunangan Javier Summers, CEO Summers Ent
POV Sang SekretarisElla tidak bisa menahan senyum. “Oke, aku seharusnya tidak mengatakan ya. Itu terlalu banyak gosip di tempat kerja. Bicara soal pekerjaan, dimana Roberto? Apakah dia pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal?”Bosnya membuka laci dan mengeluarkan catatan kuning. “Dia menulis ini dan meletakkannya di mejamu.”“Dan kau mengambilnya?”Javier menyipitkan matanya tanpa henti. “Karena aku secara pribadi akan menyerahkannya padamu. Siapa pun yang pergi ke kantormu dan membaca ini akan mulai memiliki pikiran negatif tentangmu. Itu adalah hal terakhir yang kuinginkan.”Ella mengambil note yang merepotkan dan mulai membaca.Dear Ella,Aku akan kembali minggu depan sesuai kesepakatan. Kau dapat mengatur penand
❗ W A R N I N G ❗This chapter contains explicit content. Bab ini mengandung konten eksplisit.E L L A S T A N F O R D“Ella, aku tahu kau sudah bangun.” Suara pria itu lembut bak beludru dan Ella bisa merasakan tulang punggungnya menegang. Kulitnya merinding dalam kenikmatan saat dirinya merasakan tangan Javier di bahunya dan napas pria itu di rambutnya yang diikatnya menjadi kuncir kuda. Bulu kuduknya berdiri.Ella menggigit bibir bawahnya dengan giginya tatkala ia merasakan ujung jari Javier membelai dari bahunya ke lengannya dengan cukup hati-hati dan lembut hingga membuat bulu-bulu halus di kulitnya berdiri tegak, dan putingnya pun mulai menegang menjadi dua titik yang menjulang di balik gaun tidurnya. “Ella, ayolah,” bisik pria itu lagi, suaranya sama sensualnya seperti sebelumnya dan seluruh tubuh gadis itu dapat merasakan aliran listrik serta kimia di antara keduanya.Itu adalah reaksi fisik yang ia rasakan setipa kali Javier menyentuhnya, Ella tahu, karena terlepas dari semu
Ternyata tidak mengingat satu pun rekan kerja menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi Ella di hari pertama nya kembali bekerja. Entah bagaimana hal itu mengingatkannya kembali akan masa kecil nya, tatkala dirinya harus pindah sekolah setiap selang beberapa bulan karena ibu nya tanpa pemberitahuan akan mengemasi barang barang mereka dan pergi ke kota baru, lingkungan baru. Saat itu, Ella harus mengetahui nama semua orang dan mencoba mengingat nama mereka setidaknya selama beberapa bulan ke depan sebelum ibunya membawa dirinya pindah ke tempat yang baru lagi. Selama dua hari pertama, Clarabelle berada di sana bersama nya dan membantu gadis itu kembali bekerja. Tampaknya tidak banyak orang yang menyadari bahwa Ella telah kehilangan ingatannya karena sesekali ada yang bertanya kepada gadis itu tentang hal-hal yang Ella tidak ingat. Tampaknya Javier hampir tidak berbagi apa pun dengan karyawannya, yang mereka tahu hanyalah Ella mengalami kecelakaan dan gadis itu sedang memulih
Ketika kata-kata itu keluar dari bibirnya, Ella langsung ingin menariknya kembali. Namun semuanya sudah terlambat tatkala ia menyadari betapa kedengeran nya komentarnya itu. Mengingat percikan seksual yang terjadi di antara mereka seperti gelombang panas, Javier mungkin dengan mudah salah mengartikan maksud nya. Bukan berarti gadis itu bisa menyalahkan Javier jika pria itu salah paham. Ella tidak bisa. Ketegangan di antara mereka adalah kesalahan Ella sebagaimana itu juga merupakan kesalahan pria itu.“Itu kah yang kau inginkan?” Javier terdengar sedikit menggeram tatkala mengucapkan pertanyaan itu padanya."Ya. Tidak,” jawab Ella, terdengar bingung.“Jadi yang mana, Nona Stanford?” Pria itu menyelipkan sehelai rambut yang terurai ke belakang telinga Ella, menelusuri daun telinga gadis itu dengan ujung jarinya. “Apakah iya? Atau kah tidak?"“Aku—” Ella menggigil saat Javier menarik garis di leher gadis itu. Hasrat mulai berputar lagi di nadinya, memperkeruh proses berpikirnya. Ia haru
J A V I E RDua hari kemudian, sambil duduk di belakang mejanya di kantor pusat Summers Entertainment, Javier terus berkata pada dirinya sendiri selama dua jam terakhir bahwa mungkin cukup bagi Ella untuk menginginkannya. Meskipun kotak masuknya penuh dengan email dari berbagai departemen yang menuntut perhatiannya, ia mengabaikan itu semua dan menatap kosong ke depan.Keinginannya muncul di perutnya saat dia mengingat rasa dan sentuhannya. Setiap sel dalam dirinya telah menjerit agar dia membawanya kembali ke kamar tidur atau membawanya ke sofa, untuk berjatuhan bersamanya, dan memuaskan rasa lapar yang telah menahan mereka berdua dalam cengkeramannya. Kedatangan Damon dua hari yang lalu terjadi tepat pada waktunya, karena dia nyaris melakukan hal itu, dan jika dia melakukannya, itu adalah sebuah kesalahan. Karena dia menginginkan lebih darinya daripada agar dia merasakan hasrat padanya. Dia ingin dia mempercayainya, itulah sebabnya dia bangun lebih awal dari biasanya dan bergegas ke
E L L A S T A N F O R D Saat Javier mengenakan mantelnya, Ella membantu Damon membawa piring dan meletakkannya di wastafel. Sahabatnya selama sepuluh tahun memberinya tatapan tajam dan berkata, "Kau." Ia menyikut lengannya dengan sikunya sambil melanjutkan, “Aku tidak butuh bantuanmu di sini, Sayang, pergilah dan kenakan sesuatu yang cantik.” Ia melirik ke arah Javier yang sedang merapikan dirinya di dekat gantungan jas dan menambahkan, "Mungkin kita bisa pergi ke klub. Kau bisa bertemu dengan beberapa orang tampan yang bisa ditawarkan kota ini." Javier tidak memberikan reaksi sama sekali. Jelas, ia tidak kekanak-kanakan seperti yang diinginkan Damon. "Baiklah. Aku akan membacanya sebentar lagi," jawab Ella sambil berjalan menuju kamar tidurnya. Saat ia sedang berjalan-jalan di ruang tamu, Javier memanggilnya. "Ya?" Ia mendatanginya dalam tiga langkah panjang lalu mencium pelipisnya. "Saya berangkat kerja." Lalu sambil tersenyum, ia menambahkan, "Selamat berbelanja." Membiarkannya
J A V I E R S U M M E R SJavier terbangun dengan sakit punggung yang menyakitkan. Sofa itu terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar tetapi tetap saja, ia bertahan sepanjang malam, mengetahui bahwa Ella aman dan sehat di kamar tidurnya yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Setelah meregangkan tubuhnya yang lelah, ia bangkit dan pergi ke kamar mandi. Dalam waktu kurang dari setengah jam, ia sudah mandi dan mengenakan satu handuk besar di pinggangnya ketika ia menyadari bahwa ia membutuhkan pakaian ganti baru dan sebagian besar pakaiannya sudah ada di dalam koper di mobilnya di ruang bawah tanah. Ia telah meninggalkan sekitar lima pasang pakaian di lemari tetapi bagian yang sulit adalah lemari itu terletak di dalam kamar tidur.Jadi, pada akhirnya, ia tidak punya pilihan lain selain menunggu sampai Ella bangun sebelum ia bisa mengambil pakaian barunya. Lagi pula, menyelinap ke kamar tidur saat ia sedang tidur pasti tidak akan mendapatkan kepercayaannya. Ia menemukan jubah mandinya
E L L A S T A N F O R DElla mengalihkan pandangannya ke arah Javier yang cemberut dan menyaksikan dengan frustrasi saat pria itu berjalan ke sisinya dalam hitungan detik. "Aku sedang mencari kruk saya, tetapi aku tidak dapat menemukannya."Amarah terbentuk di alis pria itu. "Aku sudah memberitahumu untuk menungguku."“Aku tidak sepenuhnya tak berdaya, Javier, dan aku tidak ingin diperlakukan seperti bayi. Kurasa aku bisa berjalan ke tempat tidur, jika kau meminjamkan lenganmu.”"Tidak. Aku akan menggendongmu.”"Tapi—""Tidak ada tapi," katanya dengan tegas. Melepaskan napas, Javier menutup matanya sedetik, dan ketika dia membukanya lagi, ekspresinya telah melunak. “Dengar, aku tahu kau dapat melakukannya sendiri. Tapi ini adalah hari pertama kau keluar dari rumah sakit dan tubuhmu perlu menyesuaikan diri. Kau koma dua minggu yang lalu, Nona Stanford. Jadi tolong, tidak ada lagi argumen.”Ella ingin berdebat, akan, tetapi permohonan di mata pria itu membuatnya mengalah. "Baiklah. Aku
"Apa?" tanya Ella, melakukan yang terbaik untuk menghilangkan kabut sensual yang masih mencengkeramnya. Dia mencoba berkonsentrasi untuk bernafas normal lagi yang bukan tugas yang mudah mengingat tubuhnya terasa sesak dan geli dan pikirannya sepertinya berubah menjadi agar-agar. Kerutan mengernyit di wajahnya. "Ada noda di wajahmu dan sekarang sudah hilang," ulangnya, suaranya masih terdengar serak. Jari-jari Ella bergerak ke mulutnya, masih hangat dan basah karena ciumannya, dan dia bisa merasakan rona merah merayapi pipinya. Dia merasa sangat malu karena sebagian dari dirinya ingin merunduk di bawah meja dan bersembunyi sementara sebagian dirinya ingin naik ke pangkuan laki-laki itu dan membuatnya menciumnya sekali lagi. Pada akhirnya ia tidak melakukan keduanya dan memutuskan bahwa kedua reaksi itu tidaklah masuk akal. Javier adalah tunangannya, pasti ia pernah menciumnya seperti ini sebelumnya. Lalu mengapa ia tidak ingat sensasi ciumannya, panasnya sentuhannya, dan betapa bergai
Mengejutkannya Javier justru tertawa terbahak-bahak. “Percayalah padaku, Miss Stanford. Uangku jelas bukanlah nilai plus yang kau khawatirkan."Aku senang kau menganggap hal ini lucu." Ella menggigit bibir bawahnya sejenak sambil memikirkan kata-katanya dengan hati-hati. “Sejujurnya, aku telah mencoba memikirkan alasan mengapa aku setuju berkencan denganmu dan bahkan setuju untuk menikah denganmu meskipun kau adalah bosku, dan aku tidak dapat menemukan penjelasan yang masuk akal. Kemudian aku mencari tentangmu secara online dan mendapatkan informasi tentang kekayaan dan kesuksesanmu. Aku tahu masa kecilku tidak mudah, jadi satu-satunya alasan yang bisa aku simpulkan adalah bahwa aku setuju karena aku lelah hidup berkesusahan dan ingin hidup nyaman.” Gadis itu dengan cepat mengambil segelas anggur dan hampir mengosongkan isinya tatkala menunggu dengan cemas bagaimana Javier akan bereaksi.Alih-alih marah, Javier melepaskan gelas dari jarinya dan meletakkannya di atas meja, kemudian menc