Hari itu Washington D.C. sedang dilanda hujan dan trotoar dipenuhi banyak orang. Limusin ramping beringsut di antara garis kuning taksi yang bermanuver keluar masuk kemacetan lalu lintas yang sudah padat meruwat. Perusahaan-perusahaan besar yang kaya menghuni blok tinggi jalan itu dan perusahaan tempat Ella Stanford bekerja adalah salah satunya.
Saat Ella masuk ke dalam gedung, dia menyapa petugas keamanan yang kemudian membalasnya dengan senyuman hangat. Petugas itu dapat mengenali sebagian besar karyawan yang bekerja di Summers Industries hanya dengan melihat, beberapa berdasarkan nama.
Ella berjalan menuju gerbang elektronik dan mengetuk kartunya di mesin. Terdengar dengungan sejenak sebelum pintu terbuka dan Ella melangkah masuk. Dia segera pergi ke jejeran lift dan menekan tombol panggil. Begitu dia berada di lantai yang benar, dia berjalan keluar dari lift menuju pintu kaca pelat berat yang bertuliskan “SUMMERS ENTERTAINMENT”. Ella menawarkan sebuah senyum kepada resepsionis muda yang bekerja di belakang meja dan melintasi kantor terbuka sebelum masuk ke pintu kaca buram yang bertuliskan nama "JAVIER SUMMERS". Javier Summers, bos Ella yang juga merupakan CEO Summers Entertainment (orang bisa dengan mudah menebak dengan hanya melihat nama keluarganya), memiliki ruangan persegi besar setelah ruangan Ella dengan pintu yang menghubungkan kedua ruangan mereka.
Ella telah bekerja untuk Javier Summers selama lebih dari tiga tahun. Suasana efisiensi dan profesionalismenya yang tertutup telah menjadi alasan mengapa dia berhasil mempertahankan pekerjaan ini selama itu. Dia sudah sering diberitahu oleh rekan-rekan kerjanya bahwa sebelum Ella bekerja di sini, Javier telah memecat kurang lebih lima orang. Bahkan yang terakhir hanya sempat bekerja selama sebulan.
Waktu menunjukkan sepuluh menit sebelum pukul satu. Ella kembali ke kantor lebih awal dan meluangkan cukup waktu untuk bersiap-siap sebelum bosnya kembali dari makan siangnya. Gadis itu menggantung jaketnya di gantungan baju, di sudut ruangan, dan merapikan rambutnya sebelum duduk kembali di mejanya.
“Bagaimana kabar sekretaris profesional saya yang luar biasa?”
Ella menggertakkan giginya melawan gelombang amarah yang menggelegak. Terkadang bekerja untuk Javier itu melelahkan dan ini adalah salah satu alasannya yakni ketika bosnya itu begitu ceroboh dengan kata-katanya. Javier tidak perlu meletakkan kata 'profesional' di sana hanya untuk membuat Ella terdengar membosankan. Lebih parahnya lagi, satu-satunya alasan kenapa Javier memanggilnya ‘luar biasa’ adalah karena pria itu telah melakukan penaklukan lagi. Bukan hanya kesepakatan bisnis yang bagus, daftar penaklukannya juga mencakup wanita.
Suara Javier dipenuhi dengan keangkuhan, tanda pasti kepuasan seksual. Tanpa diragukan lagi, pria itu pasti telah menghabiskan makan siang yang menyenangkan dengan wanita terbarunya. Satu tanda lain adalah dasinya yang hilang. Ella ingat ketika Javier datang ke kantor pagi ini, laki-laki itu telah mengenakan dasi abu-abu. Tidak hanya dasi itu hilang, tetapi kerah kemeja yang biasanya rapi pun kali ini terbuka.
Namun satu kali melihat Javier, Ella langsung dapat memahami mengapa kaum wanita merasa sulit untuk menolak Javier. Selain penampilannya yang tampan secara alami, dia juga sangat menarik. Matanya sebiru lautan dan terkadang ketika suasana hatinya mendung, matanya akan berubah menjadi lebih gelap, hampir sama gelapnya dengan langit malam. Tulang pipinya bersudut, hampir kaku. Mulutnya lebar dengan bibir bagian atas yang tegas dan terkendali sedangkan bibir bagian bawahnya penuh seolah menyampaikan isyarat sensualitas dan penguasaannya dalam seni berciuman. Wajahnya selalu mencerminkan suasana hatinya saat ini, terkadang penuh dengan kebanggaan saat harus mengintimidasi seseorang (terutama bawahan atau rekan bisnisnya). Di lain waktu, sangat memesona bahkan hati yang sedingin es pun pasti akan meleleh saat melihatnya. Satu hal yang pasti, personanya selalu penuh dengan kekuatan sama seperti Javier sendiri. Terkadang Ella kesal bagaimana Javier bisa berpikir lebih cepat dibanding manusia pada umumnya.
Javier Summers adalah pria yang berbahaya. Dia sama sulitnya untuk ditangani seperti puma liar: buas, tak terduga, dan predator. Dia bekerja keras dan bermain keras. Di usianya yang tiga puluh dua tahun, dia telah berada di puncak kehidupan dan memiliki reputasi yang baik sebagai seorang jenius di bidang entertainment. Selain itu, dia menggunakan daya tarik seksnya yang tidak diragukan lagi tanpa ampun. Namanya telah terlibat dengan beberapa artis ternama. Seorang bintang atau artis baru sering mendapat publisitas gratis hanya dengan difoto bersama Javier keluar dari klub malam. Pria itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda untuk settle down dan menikah. Dan tidak satupun hubungan romantisnya yang tampak serius atau bertahan lebih dari beberapa minggu.
“Selamat siang, Sir,” sapa Ella dengan senyum kecil yang sopan.
Alisnya yang gelap dan gagah terangkat karena terkejut. “Sir?”
“Bukankah itu sebabnya kamu menyisipkan kata ‘profesional’ dalam salammu barusan, supaya aku akan menyapamu secara formal?” Ella memiringkan kepalanya ke satu sisi.
Javier tertawa, matanya yang sebiru samudra berbinar senang. Iblis itu jelas menikmati olok-olok kecil ini. “Anda tidak pernah gagal menghibur saya dengan lidah tajam Anda, Miss Stanford.” Satu hal menyebalkan lagi yang selalu dilakukan bosnya. Javier gemar memanggil Ella menggunakan nama belakang Ella, sama seperti ketika pria itu memanggil teman-teman prianya yang lain.
Ia mengabaikan ejekan bosnya itu dan mengambil file yang telah ia siapkan sebelum jam makan Siang untuk diberikan kepada Javier kemudian menyerahkan file itu kepada bosnya. “Ini adalah file yang Anda minta. Anda perlu memeriksanya supaya saya dapat mengatur meeting,” ujar Ella efisien. Setelah Javier mengambil file itu, Ella menawarkan senyum sopan dan bertanya, “Apakah ada hal lain yang Anda butuhkan dari saya?”
“Tidak.” Pria itu menggelengkan kepalanya dan mulai melenggang ke pintu penghubung. Dan kemudian seolah-olah dia baru saja mengingat sesuatu, Javier berhenti, berbalik, dan bersandar di kusen pintu. “Ada satu hal lagi. Bagaimana rencana pesta akhir pekan ini? Apakah semuanya sudah diatur sesuai rencana dan sesuai dengan daftar yang kuberikan terakhir kali?” Ketika Ella tidak segera menjawab, alis pria itu turun. “Kau tidak lupa bukan?”
Tentu saja Ella tidak lupa! Bagaimana bisa dia lupa mengatur acara pesta ulang tahun bosnya akhir pekan ini? Bukan sekadar gajinya atau pekerjaannya saja, kepalanya juga akan dipertaruhkan!
“Tidak, tentu saja saya ingat.” Ella meregangkan bibirnya ke dalam apa yang dia harapkan adalah senyum yang meyakinkan. “Semuanya akan sempurna! Saya telah mengaturnya persis seperti yang Anda inginkan.”
“Bagus, bagus.” Javier menundukkan kepala dan membaca dokumen itu untuk sesaat sebelum mata biru samudera itu sekali lagi tertuju pada Ella. “Kamu tahu bahwa kamu juga harus datang, kan?”
“S-saya—” Ella berdeham lalu menjawab dengan tenang. “Saya rasa itu tidak perlu. Ini bukan pertemuan bisnis, saya rasa Anda tidak memerlukan sekretaris Anda di pesta ulang tahun Anda.”
“Omong kosong!” Javier menggelengkan kepalanya, memberi Ella tatapan tidak setuju. “Aku akan membutuhkanmu di sana. Anggap itu sebagai hadiah untuk semua kerja keras yang telah kamu lakukan dalam bekerja sama dengan Event Organizer dalam mengatur acara ini.”
“Terima kasih,” jawab Ella lembut. “Saya akan menantikan untuk bersantai dan menikmati diri.”
Mata biru itu berbinar berbahaya dan untuk sepersekian detik, Ella melihat sesuatu di mata biru yang belum pernah ia lihat sebelumnya. “Aku akan senang melihatmu menikmati dirimu sendiri, Ella.”
Jika kilatan di mata Javier tidak cukup untuk membuat Ella curiga dengan motif pria itu, fakta bahwa dia baru saja memanggil gadis itu dengan nama depan, dan pertama kalinya sudah lebih dari cukup untuk membuat jantung Ella berdetak lebih kencang.
POV Sang CEO Liar Javier Summers duduk di mejanya dan masuk ke komputernya. Awalnya, pria itu hanya memeriksa emailnya dan memastikan bahwa dia tidak melewatkan berita penting apa pun sebelum membuka file yang diberikan Ella kepadanya. Dia sedang setengah jalan membaca dokumen itu ketika sebuah pertanyaan aneh muncul di benaknya.
POV Sang Sekretaris Ella sangat marah. Gadis itu hampir akan kembali ke kantor Javier dan menampar wajah laki-laki kurang ajar itu. Namun entah bagaimana, ia berhasil menenangkan diri dan ketika bosnya, Javier Summers berjalan di depannya dan mengucapkan selamat tinggal padanya, Ella sanggup memasang senyum sopan yang biasa terpampang di wajahnya seolah-olah tidak ada yang terjadi. Seolah-olah Javier tidak hanya menghinanya dengan berpikir bahwa tipe pria yang bisa Ella kencani adalah akuntan dan penasihat pajak
POV Sang CEO Liar Ella terlambat. Ella Stanford jelas-jelas terlambat. Javier tidak bisa menahan diri untuk tidak sesekali melirik arloji Rolex-nya dan menoleh ke arah pintu masuk. Sepuluh menit lagi dan semua orang yang saat ini menikmati cocktail dan makanan ringan di
POV Sang Sekretaris Ella benar-benar gemetar ketika dia menunggu aba-aba untuk masuk. Mungkin ia seharusnya tidak membiarkan Damon dan Jackie membujuknya untuk melakukan ini. Namun demikian, dia sudah berada tepat di luar pintu besar yang menuju ke ruang makan. Seseorang di dalam sedang berpidato dan begitu pidato itu selesai, Ella akan masuk untuk menyanyi. Sorak-sorai diikuti dengan tepuk tangan, menunjukkan bahwa waktu telah tiba. Jackie memeluk gadis itu sebentar sementara Damon membisikkan kata-kata penyemangat ke telinganya.
POV Sang CEO Ella tampak seperti dirinya yang biasa namun pada saat yang sama, dia terlihat berbeda. Ada sesuatu tentang caranya bergerak, cara pinggulnya bergoyang. Dan ketika Javier memandang Ella, pria itu memperhatikan bentuk sensual bibir gadis itu saat Ella menatapnya dalam-dalam dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. “Ayo, Sayang, tiup lilinnya dong,” desak London di sampingnya, melingkarkan tangannya di lengan Javier. Javier menatap Ella sekali lagi sebelum membungkukkan badan dan meniup lilin. Kerumunan bersorak dan satu per satu tamunya mulai mengucapkan selamat. Beberapa saat kemudian, Javier meninggalkan para tamu untuk bergabung dengan saudara-saudaranya. Dua dari delapan saudaranya ada di sini demi merayakan ulang tahun Javier. Meskipun mereka delapan bersaudara, mereka benar-benar dekat satu sama lain. “Kami masih bel
POV Sang Sekretaris Ella berusaha keras menahan tawanya. Bosnya bungkam tidak berkutik akibat semua komentar Damon dan tidak diragukan juga dikarenakan cara Damon tidak menggubris London Star, wanita terakhir bosnya, dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Ella. Meskipun Ella harus mengakui, saat gadis itu melirik punggung London yang terbuka, tidak ada satu pun noda atau selulit di kulit telanjang wanita itu, sesuatu yang tidak bisa Ella katakan tentang dirinya sendiri. Dia dengan cepat menepis rasa tidak insecure-nya. Lagi pula, bahkan dengan begitu banyak hal indah yang dipajang dan tersedia untuknya, mata Javier tetap terkunci dengan aman pada setiap gerakan Ella. Itu sendiri bisa menjadi pujian tertinggi yang pernah ada. “Ella, duduk di sebelahku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!” Perintah Javier jelas
POV Sang CEO LiarJavier Summers tidak menyukai malam ini. Dia tidak menyukainya sedikit pun. Pria itu bahkan bisa menganggap hari ini sebagai ulang tahun terburuk yang pernah dia alami. Tidak, dia tidak bisa menyalahkan makanan yang disajikan. Mereka luar biasa enak, dimasak dan disiapkan oleh koki terbaik di Amerika Serikat. Dan dia juga tidak bisa menyalahkan dekorasinya, mereka persis seperti yang dia inginkan: elegan dan berkelas. Band yang memainkan musik saat ini juga memberikan penampilan terbaik mereka, jadi dia juga tidak bisa menyalahkan band itu.Yang paling membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa sekretaris kecilnya yang selalu menunjukkan kesopanan tiba-tiba memutuskan untuk bertingkah bebas malam ini dan dia tidak hanya melakukan ini sendiri, dia memiliki seorang pria tampan di sisinya, bersemangat untuk menyenangkan Ella dan tidak bisa menunggu malam yang penuh kenikmatan setelah pesta in
POV Sang Boss Band mulai bermain lagi. Hanya saja kali ini, Lagunya bertempo lebih lambat, sesuatu cocok untuk slow dance. Ella baru saja kembali ke meja ketika dia melihat Javier dan London Star. Untung saja, gadis itu memiliki Damon di sisinya sehingga situasi tidak awkward. Lagipula semuanya selalu lebih baik dengan seorang teman di sisinya dibandingkan menghadapi sesuatu seperti ini sendirian. Mata London berbinar dan wanita itu pun bangkit. “Damon, aku suka lagu ini. Ayo berdansa denganku,” ujarnya, mengaitkan lengannya ke Damon sembari menekan payudaranya yang besar di lengan pria itu. “Kau tidak keberatan jika aku meminjamnya untuk berdansa kan, Ella?” “Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan cewekku sendirian,” jawab Damon, berusaha melepaskan lengannya dari genggaman London dan gagal total karena wanita itu justru memeluknya lebih erat.
❗ W A R N I N G ❗This chapter contains explicit content. Bab ini mengandung konten eksplisit.E L L A S T A N F O R D“Ella, aku tahu kau sudah bangun.” Suara pria itu lembut bak beludru dan Ella bisa merasakan tulang punggungnya menegang. Kulitnya merinding dalam kenikmatan saat dirinya merasakan tangan Javier di bahunya dan napas pria itu di rambutnya yang diikatnya menjadi kuncir kuda. Bulu kuduknya berdiri.Ella menggigit bibir bawahnya dengan giginya tatkala ia merasakan ujung jari Javier membelai dari bahunya ke lengannya dengan cukup hati-hati dan lembut hingga membuat bulu-bulu halus di kulitnya berdiri tegak, dan putingnya pun mulai menegang menjadi dua titik yang menjulang di balik gaun tidurnya. “Ella, ayolah,” bisik pria itu lagi, suaranya sama sensualnya seperti sebelumnya dan seluruh tubuh gadis itu dapat merasakan aliran listrik serta kimia di antara keduanya.Itu adalah reaksi fisik yang ia rasakan setipa kali Javier menyentuhnya, Ella tahu, karena terlepas dari semu
Ternyata tidak mengingat satu pun rekan kerja menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi Ella di hari pertama nya kembali bekerja. Entah bagaimana hal itu mengingatkannya kembali akan masa kecil nya, tatkala dirinya harus pindah sekolah setiap selang beberapa bulan karena ibu nya tanpa pemberitahuan akan mengemasi barang barang mereka dan pergi ke kota baru, lingkungan baru. Saat itu, Ella harus mengetahui nama semua orang dan mencoba mengingat nama mereka setidaknya selama beberapa bulan ke depan sebelum ibunya membawa dirinya pindah ke tempat yang baru lagi. Selama dua hari pertama, Clarabelle berada di sana bersama nya dan membantu gadis itu kembali bekerja. Tampaknya tidak banyak orang yang menyadari bahwa Ella telah kehilangan ingatannya karena sesekali ada yang bertanya kepada gadis itu tentang hal-hal yang Ella tidak ingat. Tampaknya Javier hampir tidak berbagi apa pun dengan karyawannya, yang mereka tahu hanyalah Ella mengalami kecelakaan dan gadis itu sedang memulih
Ketika kata-kata itu keluar dari bibirnya, Ella langsung ingin menariknya kembali. Namun semuanya sudah terlambat tatkala ia menyadari betapa kedengeran nya komentarnya itu. Mengingat percikan seksual yang terjadi di antara mereka seperti gelombang panas, Javier mungkin dengan mudah salah mengartikan maksud nya. Bukan berarti gadis itu bisa menyalahkan Javier jika pria itu salah paham. Ella tidak bisa. Ketegangan di antara mereka adalah kesalahan Ella sebagaimana itu juga merupakan kesalahan pria itu.“Itu kah yang kau inginkan?” Javier terdengar sedikit menggeram tatkala mengucapkan pertanyaan itu padanya."Ya. Tidak,” jawab Ella, terdengar bingung.“Jadi yang mana, Nona Stanford?” Pria itu menyelipkan sehelai rambut yang terurai ke belakang telinga Ella, menelusuri daun telinga gadis itu dengan ujung jarinya. “Apakah iya? Atau kah tidak?"“Aku—” Ella menggigil saat Javier menarik garis di leher gadis itu. Hasrat mulai berputar lagi di nadinya, memperkeruh proses berpikirnya. Ia haru
J A V I E RDua hari kemudian, sambil duduk di belakang mejanya di kantor pusat Summers Entertainment, Javier terus berkata pada dirinya sendiri selama dua jam terakhir bahwa mungkin cukup bagi Ella untuk menginginkannya. Meskipun kotak masuknya penuh dengan email dari berbagai departemen yang menuntut perhatiannya, ia mengabaikan itu semua dan menatap kosong ke depan.Keinginannya muncul di perutnya saat dia mengingat rasa dan sentuhannya. Setiap sel dalam dirinya telah menjerit agar dia membawanya kembali ke kamar tidur atau membawanya ke sofa, untuk berjatuhan bersamanya, dan memuaskan rasa lapar yang telah menahan mereka berdua dalam cengkeramannya. Kedatangan Damon dua hari yang lalu terjadi tepat pada waktunya, karena dia nyaris melakukan hal itu, dan jika dia melakukannya, itu adalah sebuah kesalahan. Karena dia menginginkan lebih darinya daripada agar dia merasakan hasrat padanya. Dia ingin dia mempercayainya, itulah sebabnya dia bangun lebih awal dari biasanya dan bergegas ke
E L L A S T A N F O R D Saat Javier mengenakan mantelnya, Ella membantu Damon membawa piring dan meletakkannya di wastafel. Sahabatnya selama sepuluh tahun memberinya tatapan tajam dan berkata, "Kau." Ia menyikut lengannya dengan sikunya sambil melanjutkan, “Aku tidak butuh bantuanmu di sini, Sayang, pergilah dan kenakan sesuatu yang cantik.” Ia melirik ke arah Javier yang sedang merapikan dirinya di dekat gantungan jas dan menambahkan, "Mungkin kita bisa pergi ke klub. Kau bisa bertemu dengan beberapa orang tampan yang bisa ditawarkan kota ini." Javier tidak memberikan reaksi sama sekali. Jelas, ia tidak kekanak-kanakan seperti yang diinginkan Damon. "Baiklah. Aku akan membacanya sebentar lagi," jawab Ella sambil berjalan menuju kamar tidurnya. Saat ia sedang berjalan-jalan di ruang tamu, Javier memanggilnya. "Ya?" Ia mendatanginya dalam tiga langkah panjang lalu mencium pelipisnya. "Saya berangkat kerja." Lalu sambil tersenyum, ia menambahkan, "Selamat berbelanja." Membiarkannya
J A V I E R S U M M E R SJavier terbangun dengan sakit punggung yang menyakitkan. Sofa itu terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar tetapi tetap saja, ia bertahan sepanjang malam, mengetahui bahwa Ella aman dan sehat di kamar tidurnya yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Setelah meregangkan tubuhnya yang lelah, ia bangkit dan pergi ke kamar mandi. Dalam waktu kurang dari setengah jam, ia sudah mandi dan mengenakan satu handuk besar di pinggangnya ketika ia menyadari bahwa ia membutuhkan pakaian ganti baru dan sebagian besar pakaiannya sudah ada di dalam koper di mobilnya di ruang bawah tanah. Ia telah meninggalkan sekitar lima pasang pakaian di lemari tetapi bagian yang sulit adalah lemari itu terletak di dalam kamar tidur.Jadi, pada akhirnya, ia tidak punya pilihan lain selain menunggu sampai Ella bangun sebelum ia bisa mengambil pakaian barunya. Lagi pula, menyelinap ke kamar tidur saat ia sedang tidur pasti tidak akan mendapatkan kepercayaannya. Ia menemukan jubah mandinya
E L L A S T A N F O R DElla mengalihkan pandangannya ke arah Javier yang cemberut dan menyaksikan dengan frustrasi saat pria itu berjalan ke sisinya dalam hitungan detik. "Aku sedang mencari kruk saya, tetapi aku tidak dapat menemukannya."Amarah terbentuk di alis pria itu. "Aku sudah memberitahumu untuk menungguku."“Aku tidak sepenuhnya tak berdaya, Javier, dan aku tidak ingin diperlakukan seperti bayi. Kurasa aku bisa berjalan ke tempat tidur, jika kau meminjamkan lenganmu.”"Tidak. Aku akan menggendongmu.”"Tapi—""Tidak ada tapi," katanya dengan tegas. Melepaskan napas, Javier menutup matanya sedetik, dan ketika dia membukanya lagi, ekspresinya telah melunak. “Dengar, aku tahu kau dapat melakukannya sendiri. Tapi ini adalah hari pertama kau keluar dari rumah sakit dan tubuhmu perlu menyesuaikan diri. Kau koma dua minggu yang lalu, Nona Stanford. Jadi tolong, tidak ada lagi argumen.”Ella ingin berdebat, akan, tetapi permohonan di mata pria itu membuatnya mengalah. "Baiklah. Aku
"Apa?" tanya Ella, melakukan yang terbaik untuk menghilangkan kabut sensual yang masih mencengkeramnya. Dia mencoba berkonsentrasi untuk bernafas normal lagi yang bukan tugas yang mudah mengingat tubuhnya terasa sesak dan geli dan pikirannya sepertinya berubah menjadi agar-agar. Kerutan mengernyit di wajahnya. "Ada noda di wajahmu dan sekarang sudah hilang," ulangnya, suaranya masih terdengar serak. Jari-jari Ella bergerak ke mulutnya, masih hangat dan basah karena ciumannya, dan dia bisa merasakan rona merah merayapi pipinya. Dia merasa sangat malu karena sebagian dari dirinya ingin merunduk di bawah meja dan bersembunyi sementara sebagian dirinya ingin naik ke pangkuan laki-laki itu dan membuatnya menciumnya sekali lagi. Pada akhirnya ia tidak melakukan keduanya dan memutuskan bahwa kedua reaksi itu tidaklah masuk akal. Javier adalah tunangannya, pasti ia pernah menciumnya seperti ini sebelumnya. Lalu mengapa ia tidak ingat sensasi ciumannya, panasnya sentuhannya, dan betapa bergai
Mengejutkannya Javier justru tertawa terbahak-bahak. “Percayalah padaku, Miss Stanford. Uangku jelas bukanlah nilai plus yang kau khawatirkan."Aku senang kau menganggap hal ini lucu." Ella menggigit bibir bawahnya sejenak sambil memikirkan kata-katanya dengan hati-hati. “Sejujurnya, aku telah mencoba memikirkan alasan mengapa aku setuju berkencan denganmu dan bahkan setuju untuk menikah denganmu meskipun kau adalah bosku, dan aku tidak dapat menemukan penjelasan yang masuk akal. Kemudian aku mencari tentangmu secara online dan mendapatkan informasi tentang kekayaan dan kesuksesanmu. Aku tahu masa kecilku tidak mudah, jadi satu-satunya alasan yang bisa aku simpulkan adalah bahwa aku setuju karena aku lelah hidup berkesusahan dan ingin hidup nyaman.” Gadis itu dengan cepat mengambil segelas anggur dan hampir mengosongkan isinya tatkala menunggu dengan cemas bagaimana Javier akan bereaksi.Alih-alih marah, Javier melepaskan gelas dari jarinya dan meletakkannya di atas meja, kemudian menc