POV Sang CEO Liar
Javier Summers duduk di mejanya dan masuk ke komputernya. Awalnya, pria itu hanya memeriksa emailnya dan memastikan bahwa dia tidak melewatkan berita penting apa pun sebelum membuka file yang diberikan Ella kepadanya. Dia sedang setengah jalan membaca dokumen itu ketika sebuah pertanyaan aneh muncul di benaknya.
‘Apakah Ella akan datang dengan kekasihnya?’
Ella tidak pernah berbicara tentang kehidupan pribadinya dan Javier tidak dapat menyangkal bahwa saat ini dia mulai merasa penasaran. Kebanyakan wanita akan terbuka dengannya tetapi hal itu tidak pernah terjadi dengan Ella. Tapi setelah dipikir kembali, kebanyakan wanita dengan mudahnya jatuh ke dalam pesonanya kecuali gadis itu. Itu adalah satu hal yang sedikit membuat pria itu merasa frustrasi. Terkadang hal itu juga yang membuat Javier bertanya-tanya apakah Javier yang mulai kehilangan pesonanya atau Ella hanya tertarik pada jenis kelamin yang sama?
Satu hal yang pasti, Ella adalah gadis yang serius, tegang, dan tidak pernah kehilangan akal sehatnya. Bahkan pesona Javier yang sempurna pun gagal menaklukkan gadis itu. Hal ini telah menjadikan Ella sekretaris yang sempurna dalam industri ini, di mana artis atau aktris terlalu temperamental dan dramatis namun Ella dapat berunding dan bernalar dengan mereka. Dan lagi, hal ini bagus untuk persentase karyawan lama yang tetap bertahan di perusahaannya. Allah tahu Javier harus memecat setidaknya selusin wanita yang pernah menjadi sekretarisnya dan semua itu dikarenakan para wanita tersebut jatuh cinta pada pria itu. Sekretarisnya yang terakhir sebelum Ella bahkan lebih gila dan melemparkan dirinya telanjang pada Javier selama jam kantor! Itu cukup memalukan dan merepotkan untuk diselesaikan. Bagaimana cara Javier menjelaskan kepada HR bahwa sekretarisnya masuk ke ruangannya dan mulai melepaskan pakaiannya? Pria itu menggelengkan kepalanya dengan putus asa.
Kemudian sekali lagi, pikirannya kembali ke sekretarisnya, Ella Stanford. Bahkan jika dia tidak mau mengakuinya kepada siapa pun, dia sudah mulai memikirkan gadis itu sejak lama. Bahkan saat dia bersama wanita lain. Dan kadang-kadang ketika pikirannya berani menembus ke wilayah terlarang, dia bahkan bertanya-tanya seperti apa gadis itu di tempat tidur. Dia tahu dia harus berhenti berpikir seperti ini tentang sekretarisnya. Dia tidak bisa main-main dengan sekretaris terbaik yang pernah dia miliki.
Telepon di samping lengannya berdering dan pikirannya yang mengembara kembali ke kantornya saat ia mengangkat gagang telepon.
“London Star menunggumu di line satu,” kata Ella.
“Terima kasih, Stanford. Aku akan mengambilnya dari sini.” Javier menekan tombol untuk menerima panggilan. Tidak seperti sekretarisnya yang misterius yaitu Ella Stanford, tidak ada yang disembunyikan oleh London Star. Wanita itu tidak pernah merasa malu memamerkan sosoknya di depan umum atau membuat pria ngiler karenanya. Dan sejujurnya, Javier tidak keberatan dengan itu. London adalah wanita yang menyenangkan di dalam dan di luar kamar tidur.
“Hei, London,” sapanya hangat, masih mengingat dengan jelas sosok London yang seksi dan seks dadakan mereka sore ini.
* * *
Setelah pembicaraannya dengan London, Javier memanggil Ella ke kantornya dan mengembalikan file-file itu bersama dengan instruksi yang jelas yang ditulisnya pada post-it lalu ditempelkannya pada dokumen itu. Ketika Ella berjalan memasuki ruangannya, mata pria itu terpaku padanya. Ella mengenakan blus dengan rok yang ujungnya sederhana, tepat di atas lutut. Gadis itu selalu berpakaian dengan pantas. Dan sepertinya baru sekarang Javier memperhatikan betapa indah kaki Ella dan bagaimana pinggul gadis itu bergoyang tatkala ia berjalan. Gerakan itu mengganggu sekaligus menggoda.
Javier menahan pikiran-pikiran nakalnya ini dan mengarahkan pandangannya ke wajah Ella. Gadis itu cantik, tidak secantik seperti semua wanita yang pernah Javier tiduri, tetapi mungkin hal itu dikarenakan Ella hampir tidak memakai makeup apa pun. Andai saja gadis itu bisa mengganti kacamata tebal miliknya dengan softlens. Matanya beralih ke rambut gadis itu yang ditarik ke belakang dan dijepit ke dalam sanggul yang nampak terlalu ketat. Tiba-tiba Javier memiliki keinginan liar untuk melepas semua jepit Ella dan merasakan rambut hitamnya yang lembut dengan tangannya.
Ketika tatapan Javier akhirnya tiba di mata Ella, yang dia lihat hanyalah kecerdasan gadis itu, dan Javier tahun bahwa mereka berdua berbeda, tidak ada apa-apa selain bisnis di benak Ella. Ketidakpeduliannya terhadap Javier begitu jelas bahkan hampir menghina. Bagaimana gadis yang satu ini tidak jatuh ke dalam pesonanya?
“Apakah kamu akan membawa seseorang?” Pria itu akhirnya bertanya, memutuskan bahwa sebaiknya bertanya langsung kepada Ella daripada penasaran terus-menerus.
Alis gadis itu terangkat, matanya melebar bingung. “Maaf?”
“Ke pesta ulang tahunku. Apakah kamu akan membawa seseorang?”
Gadis itu terdiam selama beberapa detik sebelum dia menjawab, “Ya, saya akan membawa seorang teman.”
Alis Javier melengkung menggoda. “Seorang pria?”
“Ya.” Ujung mata gadis itu berkedut. “Apakah itu akan menjadi masalah untuk Anda?” ujar gadis itu, menantang Javier meskipun nada suaranya masih dalam batas kesopanan.
“Tidak sama sekali.” Javier mengangkat bahu seolah-olah tidak berarti apa-apa baginya apakah Ella akan membawa pacarnya atau saudara laki-lakinya. Meskipun sejujurnya, itu amat sangat penting dan pria itu amat sangat penasaran. Terutama karena pertanyaan berikutnya lebih merupakan sindiran daripada pertanyaan ramah belaka. “Dan apakah temanmu itu seorang akuntan atau penasihat pajak?”
Dahi Ella yang halus dan lembut berkerut saat gadis itu bertanya dengan nada tidak percaya. “Anda ingin tahu apakah teman saya adalah seorang akuntan atau penasihat pajak?”
“Itulah yang kutanyakan,” jawab Javier sambil mengangkat bahu lagi. “Jadi, dia yang mana, akuntan atau penasihat pajak?”
“Apakah Anda sedang membutuhkan seorang akuntan atau penasihat pajak atau semacamnya?” tanya Ella bingung.
“Tidak.”
Mata gadis itu menyipit karena curiga. “Lalu kenapa Anda bertanya?”
“Karena aku tuan rumahnya. Akan aneh jika aku tidak tahu sedikit pun tentang temanmu itu, terutama karena kamu yang membawanya ke pesta ulang tahunku. Bukankah begitu?”
Ella menatap pria itu, tanpa berkata apa-apa. Bahunya persegi dan tubuhnya menjadi kaku. Bahkan tangannya mengepal menjadi kepalan tangan di setiap sisi sosok kecilnya. Javier bertanya-tanya apakah gadis itu akan memukulnya atau mungkin menamparnya karena ia telah merendahkannya. Akhirnya, gadis itu kembali membuka mulutnya. “Apa yang membuatmu berpikir dia adalah seorang akuntan atau penasihat pajak?” Suaranya sedingin Kutub Utara.
“Apakah aku betul? Apakah teman priamu itu memang akuntan atau penasihat pajak? Atau mungkin keduanya?” Javier bersikeras, sedikit kesal karena Ella menghindari pertanyaan itu.
“Tidak,” jawab gadis itu.
“Oke.” Javier mengalihkan pandangannya ke layar komputernya, berpura-pura sibuk dengan apa pun yang ada di sana lalu bertanya dengan santai, “Siapa namanya?”
“Damon. Damon Matthews.”
Javier mengerjap. Nama itu terdengar familiar. “Apakah dia pemilik perusahaan manufacturer kompor itu?”
“Tidak,” jawab Ella dengan nada agak defensif. Kemudian seolah-olah gadis itu telah memperhatikan nadanya, nada suaranya kembali natural. “Pemilik pabrik kompor itu adalah Davon Matthews. Davon, bukan Damon.”
“Ah, kamu benar.” Javier melirik Ella sekilas sebelum pandangannya kembali ke monitornya. Dari penglihatan tepinya, dia bisa melihat bibir Ella melunak dan mulutnya sedikit terbuka. Didorong oleh rasa ingin tahu, Javier menarik perhatiannya kembali pada gadis itu.
“Jujur saja, saya rasa Damon tidak akan keberatan jika kamu salah mengira dia sebagai Davon,” kata Ella, lidahnya keluar dari mulutnya yang terbuka dan menjilat bibir bawahnya yang kering. “Damon-ku sangat hot.”
Javier bisa merasakan suhu tubuhnya naik tanpa alasan yang jelas, setidaknya tidak ada alasan logis yang bisa dia pikirkan. “I will be sure to remember that!” bentaknya lalu mendorong file-file itu ke arah Ella. “Kamu dapat mengambil file-file ini dan kembali ke mejamu. Pastikan kamu sudah mengatur meeting dengan tepat dan jangan lupa untuk membawa file tambahan yang diperlukan jika kita jadi melanjutkan proses akuisisi.”
“Tentu saja, Bos.” Ella tersenyum pada pria itu ketika ia melangkah maju dan mengambil file dari meja. Kemudian gadis itu berjalan keluar dari kantor dengan menggerakkan pinggul menggoda setiap saraf pada tubuh Javier. Javier mengumpat pelan, cukup pelan hingga tak seorang pun kecuali dirinya sendiri yang bisa mendengar. Ini gila! Dia baru saja berhubungan seks dengan London Star hanya beberapa jam yang lalu dan sekarang tubuhnya dicengkeram oleh hasrat. Dan dia bahkan tidak memikirkan artis dengan suara gerah dan lekuk yang subur itu. Tidak, dia sedang memikirkan sekretarisnya yang kaku! Sekretarisnya lah yang menyebabkan bagian depan celananya terasa ketat.
“Sial!” Akhirnya Javier mengumpat.
POV Sang Sekretaris Ella sangat marah. Gadis itu hampir akan kembali ke kantor Javier dan menampar wajah laki-laki kurang ajar itu. Namun entah bagaimana, ia berhasil menenangkan diri dan ketika bosnya, Javier Summers berjalan di depannya dan mengucapkan selamat tinggal padanya, Ella sanggup memasang senyum sopan yang biasa terpampang di wajahnya seolah-olah tidak ada yang terjadi. Seolah-olah Javier tidak hanya menghinanya dengan berpikir bahwa tipe pria yang bisa Ella kencani adalah akuntan dan penasihat pajak
POV Sang CEO Liar Ella terlambat. Ella Stanford jelas-jelas terlambat. Javier tidak bisa menahan diri untuk tidak sesekali melirik arloji Rolex-nya dan menoleh ke arah pintu masuk. Sepuluh menit lagi dan semua orang yang saat ini menikmati cocktail dan makanan ringan di
POV Sang Sekretaris Ella benar-benar gemetar ketika dia menunggu aba-aba untuk masuk. Mungkin ia seharusnya tidak membiarkan Damon dan Jackie membujuknya untuk melakukan ini. Namun demikian, dia sudah berada tepat di luar pintu besar yang menuju ke ruang makan. Seseorang di dalam sedang berpidato dan begitu pidato itu selesai, Ella akan masuk untuk menyanyi. Sorak-sorai diikuti dengan tepuk tangan, menunjukkan bahwa waktu telah tiba. Jackie memeluk gadis itu sebentar sementara Damon membisikkan kata-kata penyemangat ke telinganya.
POV Sang CEO Ella tampak seperti dirinya yang biasa namun pada saat yang sama, dia terlihat berbeda. Ada sesuatu tentang caranya bergerak, cara pinggulnya bergoyang. Dan ketika Javier memandang Ella, pria itu memperhatikan bentuk sensual bibir gadis itu saat Ella menatapnya dalam-dalam dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. “Ayo, Sayang, tiup lilinnya dong,” desak London di sampingnya, melingkarkan tangannya di lengan Javier. Javier menatap Ella sekali lagi sebelum membungkukkan badan dan meniup lilin. Kerumunan bersorak dan satu per satu tamunya mulai mengucapkan selamat. Beberapa saat kemudian, Javier meninggalkan para tamu untuk bergabung dengan saudara-saudaranya. Dua dari delapan saudaranya ada di sini demi merayakan ulang tahun Javier. Meskipun mereka delapan bersaudara, mereka benar-benar dekat satu sama lain. “Kami masih bel
POV Sang Sekretaris Ella berusaha keras menahan tawanya. Bosnya bungkam tidak berkutik akibat semua komentar Damon dan tidak diragukan juga dikarenakan cara Damon tidak menggubris London Star, wanita terakhir bosnya, dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Ella. Meskipun Ella harus mengakui, saat gadis itu melirik punggung London yang terbuka, tidak ada satu pun noda atau selulit di kulit telanjang wanita itu, sesuatu yang tidak bisa Ella katakan tentang dirinya sendiri. Dia dengan cepat menepis rasa tidak insecure-nya. Lagi pula, bahkan dengan begitu banyak hal indah yang dipajang dan tersedia untuknya, mata Javier tetap terkunci dengan aman pada setiap gerakan Ella. Itu sendiri bisa menjadi pujian tertinggi yang pernah ada. “Ella, duduk di sebelahku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!” Perintah Javier jelas
POV Sang CEO LiarJavier Summers tidak menyukai malam ini. Dia tidak menyukainya sedikit pun. Pria itu bahkan bisa menganggap hari ini sebagai ulang tahun terburuk yang pernah dia alami. Tidak, dia tidak bisa menyalahkan makanan yang disajikan. Mereka luar biasa enak, dimasak dan disiapkan oleh koki terbaik di Amerika Serikat. Dan dia juga tidak bisa menyalahkan dekorasinya, mereka persis seperti yang dia inginkan: elegan dan berkelas. Band yang memainkan musik saat ini juga memberikan penampilan terbaik mereka, jadi dia juga tidak bisa menyalahkan band itu.Yang paling membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa sekretaris kecilnya yang selalu menunjukkan kesopanan tiba-tiba memutuskan untuk bertingkah bebas malam ini dan dia tidak hanya melakukan ini sendiri, dia memiliki seorang pria tampan di sisinya, bersemangat untuk menyenangkan Ella dan tidak bisa menunggu malam yang penuh kenikmatan setelah pesta in
POV Sang Boss Band mulai bermain lagi. Hanya saja kali ini, Lagunya bertempo lebih lambat, sesuatu cocok untuk slow dance. Ella baru saja kembali ke meja ketika dia melihat Javier dan London Star. Untung saja, gadis itu memiliki Damon di sisinya sehingga situasi tidak awkward. Lagipula semuanya selalu lebih baik dengan seorang teman di sisinya dibandingkan menghadapi sesuatu seperti ini sendirian. Mata London berbinar dan wanita itu pun bangkit. “Damon, aku suka lagu ini. Ayo berdansa denganku,” ujarnya, mengaitkan lengannya ke Damon sembari menekan payudaranya yang besar di lengan pria itu. “Kau tidak keberatan jika aku meminjamnya untuk berdansa kan, Ella?” “Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan cewekku sendirian,” jawab Damon, berusaha melepaskan lengannya dari genggaman London dan gagal total karena wanita itu justru memeluknya lebih erat.
POV Sang CEOJavier melepaskan genggaman tangannya dan menarik napas dalam-dalam. Dia merasa seperti manusia gua. Belum pernah dia bersikap posesif terhadap seorang wanita, tak peduli wanita mana pun. Adrenalin terpompa dalam pembuluh darahnya dan yang ingin ia lakukan hanyalah merenggut Ella dari Damon dan membawa gadis itu pergi — kemungkinan besar ke kamar tidurnya, di tempat tidurnya. Otaknya terus mengingatkannya bahwa ia akan terlihat seperti orang bodoh jika ia mencoba merayu Ella. Namun dia kini memiliki ereksi akibat berdansa dengan Ella. Ella Stanford itu adalah sekretarisnya, ya Allah! Gadis itu bekerja untuknya tapi entah kenapa yang terpikir di otaknya saat ini tidak ada kaitannya apa pun dengan pekerjaan!London melingkarkan lengannya di pinggan Javier. Wanita itu baru saja kembali dari berdansa dengan Damon. “Aku sangat lelah sekarang.” London menghela napas dalam-dalam seolah-olah dia baru saja berlari satu mi
❗ W A R N I N G ❗This chapter contains explicit content. Bab ini mengandung konten eksplisit.E L L A S T A N F O R D“Ella, aku tahu kau sudah bangun.” Suara pria itu lembut bak beludru dan Ella bisa merasakan tulang punggungnya menegang. Kulitnya merinding dalam kenikmatan saat dirinya merasakan tangan Javier di bahunya dan napas pria itu di rambutnya yang diikatnya menjadi kuncir kuda. Bulu kuduknya berdiri.Ella menggigit bibir bawahnya dengan giginya tatkala ia merasakan ujung jari Javier membelai dari bahunya ke lengannya dengan cukup hati-hati dan lembut hingga membuat bulu-bulu halus di kulitnya berdiri tegak, dan putingnya pun mulai menegang menjadi dua titik yang menjulang di balik gaun tidurnya. “Ella, ayolah,” bisik pria itu lagi, suaranya sama sensualnya seperti sebelumnya dan seluruh tubuh gadis itu dapat merasakan aliran listrik serta kimia di antara keduanya.Itu adalah reaksi fisik yang ia rasakan setipa kali Javier menyentuhnya, Ella tahu, karena terlepas dari semu
Ternyata tidak mengingat satu pun rekan kerja menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi Ella di hari pertama nya kembali bekerja. Entah bagaimana hal itu mengingatkannya kembali akan masa kecil nya, tatkala dirinya harus pindah sekolah setiap selang beberapa bulan karena ibu nya tanpa pemberitahuan akan mengemasi barang barang mereka dan pergi ke kota baru, lingkungan baru. Saat itu, Ella harus mengetahui nama semua orang dan mencoba mengingat nama mereka setidaknya selama beberapa bulan ke depan sebelum ibunya membawa dirinya pindah ke tempat yang baru lagi. Selama dua hari pertama, Clarabelle berada di sana bersama nya dan membantu gadis itu kembali bekerja. Tampaknya tidak banyak orang yang menyadari bahwa Ella telah kehilangan ingatannya karena sesekali ada yang bertanya kepada gadis itu tentang hal-hal yang Ella tidak ingat. Tampaknya Javier hampir tidak berbagi apa pun dengan karyawannya, yang mereka tahu hanyalah Ella mengalami kecelakaan dan gadis itu sedang memulih
Ketika kata-kata itu keluar dari bibirnya, Ella langsung ingin menariknya kembali. Namun semuanya sudah terlambat tatkala ia menyadari betapa kedengeran nya komentarnya itu. Mengingat percikan seksual yang terjadi di antara mereka seperti gelombang panas, Javier mungkin dengan mudah salah mengartikan maksud nya. Bukan berarti gadis itu bisa menyalahkan Javier jika pria itu salah paham. Ella tidak bisa. Ketegangan di antara mereka adalah kesalahan Ella sebagaimana itu juga merupakan kesalahan pria itu.“Itu kah yang kau inginkan?” Javier terdengar sedikit menggeram tatkala mengucapkan pertanyaan itu padanya."Ya. Tidak,” jawab Ella, terdengar bingung.“Jadi yang mana, Nona Stanford?” Pria itu menyelipkan sehelai rambut yang terurai ke belakang telinga Ella, menelusuri daun telinga gadis itu dengan ujung jarinya. “Apakah iya? Atau kah tidak?"“Aku—” Ella menggigil saat Javier menarik garis di leher gadis itu. Hasrat mulai berputar lagi di nadinya, memperkeruh proses berpikirnya. Ia haru
J A V I E RDua hari kemudian, sambil duduk di belakang mejanya di kantor pusat Summers Entertainment, Javier terus berkata pada dirinya sendiri selama dua jam terakhir bahwa mungkin cukup bagi Ella untuk menginginkannya. Meskipun kotak masuknya penuh dengan email dari berbagai departemen yang menuntut perhatiannya, ia mengabaikan itu semua dan menatap kosong ke depan.Keinginannya muncul di perutnya saat dia mengingat rasa dan sentuhannya. Setiap sel dalam dirinya telah menjerit agar dia membawanya kembali ke kamar tidur atau membawanya ke sofa, untuk berjatuhan bersamanya, dan memuaskan rasa lapar yang telah menahan mereka berdua dalam cengkeramannya. Kedatangan Damon dua hari yang lalu terjadi tepat pada waktunya, karena dia nyaris melakukan hal itu, dan jika dia melakukannya, itu adalah sebuah kesalahan. Karena dia menginginkan lebih darinya daripada agar dia merasakan hasrat padanya. Dia ingin dia mempercayainya, itulah sebabnya dia bangun lebih awal dari biasanya dan bergegas ke
E L L A S T A N F O R D Saat Javier mengenakan mantelnya, Ella membantu Damon membawa piring dan meletakkannya di wastafel. Sahabatnya selama sepuluh tahun memberinya tatapan tajam dan berkata, "Kau." Ia menyikut lengannya dengan sikunya sambil melanjutkan, “Aku tidak butuh bantuanmu di sini, Sayang, pergilah dan kenakan sesuatu yang cantik.” Ia melirik ke arah Javier yang sedang merapikan dirinya di dekat gantungan jas dan menambahkan, "Mungkin kita bisa pergi ke klub. Kau bisa bertemu dengan beberapa orang tampan yang bisa ditawarkan kota ini." Javier tidak memberikan reaksi sama sekali. Jelas, ia tidak kekanak-kanakan seperti yang diinginkan Damon. "Baiklah. Aku akan membacanya sebentar lagi," jawab Ella sambil berjalan menuju kamar tidurnya. Saat ia sedang berjalan-jalan di ruang tamu, Javier memanggilnya. "Ya?" Ia mendatanginya dalam tiga langkah panjang lalu mencium pelipisnya. "Saya berangkat kerja." Lalu sambil tersenyum, ia menambahkan, "Selamat berbelanja." Membiarkannya
J A V I E R S U M M E R SJavier terbangun dengan sakit punggung yang menyakitkan. Sofa itu terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar tetapi tetap saja, ia bertahan sepanjang malam, mengetahui bahwa Ella aman dan sehat di kamar tidurnya yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Setelah meregangkan tubuhnya yang lelah, ia bangkit dan pergi ke kamar mandi. Dalam waktu kurang dari setengah jam, ia sudah mandi dan mengenakan satu handuk besar di pinggangnya ketika ia menyadari bahwa ia membutuhkan pakaian ganti baru dan sebagian besar pakaiannya sudah ada di dalam koper di mobilnya di ruang bawah tanah. Ia telah meninggalkan sekitar lima pasang pakaian di lemari tetapi bagian yang sulit adalah lemari itu terletak di dalam kamar tidur.Jadi, pada akhirnya, ia tidak punya pilihan lain selain menunggu sampai Ella bangun sebelum ia bisa mengambil pakaian barunya. Lagi pula, menyelinap ke kamar tidur saat ia sedang tidur pasti tidak akan mendapatkan kepercayaannya. Ia menemukan jubah mandinya
E L L A S T A N F O R DElla mengalihkan pandangannya ke arah Javier yang cemberut dan menyaksikan dengan frustrasi saat pria itu berjalan ke sisinya dalam hitungan detik. "Aku sedang mencari kruk saya, tetapi aku tidak dapat menemukannya."Amarah terbentuk di alis pria itu. "Aku sudah memberitahumu untuk menungguku."“Aku tidak sepenuhnya tak berdaya, Javier, dan aku tidak ingin diperlakukan seperti bayi. Kurasa aku bisa berjalan ke tempat tidur, jika kau meminjamkan lenganmu.”"Tidak. Aku akan menggendongmu.”"Tapi—""Tidak ada tapi," katanya dengan tegas. Melepaskan napas, Javier menutup matanya sedetik, dan ketika dia membukanya lagi, ekspresinya telah melunak. “Dengar, aku tahu kau dapat melakukannya sendiri. Tapi ini adalah hari pertama kau keluar dari rumah sakit dan tubuhmu perlu menyesuaikan diri. Kau koma dua minggu yang lalu, Nona Stanford. Jadi tolong, tidak ada lagi argumen.”Ella ingin berdebat, akan, tetapi permohonan di mata pria itu membuatnya mengalah. "Baiklah. Aku
"Apa?" tanya Ella, melakukan yang terbaik untuk menghilangkan kabut sensual yang masih mencengkeramnya. Dia mencoba berkonsentrasi untuk bernafas normal lagi yang bukan tugas yang mudah mengingat tubuhnya terasa sesak dan geli dan pikirannya sepertinya berubah menjadi agar-agar. Kerutan mengernyit di wajahnya. "Ada noda di wajahmu dan sekarang sudah hilang," ulangnya, suaranya masih terdengar serak. Jari-jari Ella bergerak ke mulutnya, masih hangat dan basah karena ciumannya, dan dia bisa merasakan rona merah merayapi pipinya. Dia merasa sangat malu karena sebagian dari dirinya ingin merunduk di bawah meja dan bersembunyi sementara sebagian dirinya ingin naik ke pangkuan laki-laki itu dan membuatnya menciumnya sekali lagi. Pada akhirnya ia tidak melakukan keduanya dan memutuskan bahwa kedua reaksi itu tidaklah masuk akal. Javier adalah tunangannya, pasti ia pernah menciumnya seperti ini sebelumnya. Lalu mengapa ia tidak ingat sensasi ciumannya, panasnya sentuhannya, dan betapa bergai
Mengejutkannya Javier justru tertawa terbahak-bahak. “Percayalah padaku, Miss Stanford. Uangku jelas bukanlah nilai plus yang kau khawatirkan."Aku senang kau menganggap hal ini lucu." Ella menggigit bibir bawahnya sejenak sambil memikirkan kata-katanya dengan hati-hati. “Sejujurnya, aku telah mencoba memikirkan alasan mengapa aku setuju berkencan denganmu dan bahkan setuju untuk menikah denganmu meskipun kau adalah bosku, dan aku tidak dapat menemukan penjelasan yang masuk akal. Kemudian aku mencari tentangmu secara online dan mendapatkan informasi tentang kekayaan dan kesuksesanmu. Aku tahu masa kecilku tidak mudah, jadi satu-satunya alasan yang bisa aku simpulkan adalah bahwa aku setuju karena aku lelah hidup berkesusahan dan ingin hidup nyaman.” Gadis itu dengan cepat mengambil segelas anggur dan hampir mengosongkan isinya tatkala menunggu dengan cemas bagaimana Javier akan bereaksi.Alih-alih marah, Javier melepaskan gelas dari jarinya dan meletakkannya di atas meja, kemudian menc