Ariani hanya diam. Dia tak menanggapi apa yang dikatakan 'mantan' kekasihnya itu. Rasanya seluruh tubuhnya membeku. Lidahnya kelu.
Aji tetap memeluk Ariani. Dirinya masih sangat berharap bahwa kekasih yang sangat dia cintai itu dapat mengerti dengan keadaan yang tengah terjadi saat ini.Perlahan, dia balikkan tubuh Ariani yang masih mematung. Dia tempelkan dagunya pada dagu sang kekasih.Tak ada kata yang terucap dari keduanya. Hanya pelampiasan rasa sakit yang coba keduanya keluarkan."Aku sayang kamu selalu, Rin," ucap Aji sambil menundukkan wajahnya. Matanya melihat ke arah ubin kayu jati seolah takut menatap Ariani. Kaca mata minusnya sudah mulai berembun."Kamu sayang aku? Tapi mengapa menikah dengan orang lain di hari yang sudah kita janjikan bersama? Mengapa demikian?" tanya Ariani sendu.Aji tak menjawab. Otaknya sudah seperti konslet saja dengan apa yang sudah terjadi. Kejadian yang berlangsung sangat cepat. Sehingga ia tak sampai untuk mencerna semuanya dengan baik.Dinaikkannya lagi letak kaca matanya. Dadanya seolah terasa sesak saja. Tak ada yang dapat dilakukan lagi, selain berusaha membuat Ariani mengerti akan semua yang sudah terjadi kepada mereka berdua. Aji menatap Ariani dalam diam."Co--coba kamu jelaskan apa maksud dari semua ini?" Ariani bertanya dengan perlahan.Ia tak mau mengintimidasi Aji dengan kemarahan. Semuanya pasti tak akan menemukan titik temu yang baik.Aji tak menjawab. Ia hanya menghembuskan napas beratnya satu-satu. Dadanya terasa sesak. Hingga ia tak mampu untuk berkata-kata.Kedua mata sipitnya pun semakin menyipit. Aji tak tahu harus mulai bercerita dari urutan yang mana pada Ariani."Kamu harusnya jujur saja padaku. Aku tak masalah kok kalau kamu tidak mau menikah denganku. Tapi jangan membatalkannya sepihak di hari H seperti ini. Jujur aku malu sekali." Ariani berkata dengan tulus.Membuat air mata Aji berada di ujung pelupuk matanya. Ariani sudah dia kecewakan. Tapi dia tak mampu mengatakan hal apapun untuk menjelaskannya. Kondisi yang dihadapinya cukup menyulitkan. Terlebih semuanya terjadi begitu cepat."Aku tidak keberatan kok jika kamu menikah dengan wanita lain. Tapi setidaknya bilanglah padaku dulu. Biar aku bersiap-siap untuk pergi darimu, Ji," tambah Ariani lagi.Senyum tipis yang menyayat hati dia tampakkan pada Aji. Ariani berusaha untuk tetap tenang.Bohong apabila dia tak kecewa. Bohong apabila dia tak marah. Kekasihnya sudah berikrar janji suci dengan perempuan lain."Aku tak bermaksud, Sayang. Semuanya hanyalah sebuah kecelakaan. Aku bersumpah pada Tuhan bahwa hanya kamu yang aku sayangi selamanya," ucap Aji lirih."Aku ikhlas jika kamu bersamanya. Berarti hari ini kita sudah bukan siapa-siapa lagi,""Tidak--" Aji berkata dengan suara setengah tinggi. Dia tak mau kehilangan kekasihnya itu.Ariani tersenyum. Dia melepaskan genggaman tangan Aji yang seolah mengikatnya sejak tadi.Bagaimanapun semuanya sudah terlanjur terjadi. Tak ada yang dapat dilakukan selain menerimanya."Kamu, hari ini, besok, dan hari-hari selanjutnya tetap kekasihku, Rin," ucap Aji tegas. Dia seolah tak mau ditolak."Kamu jangan begitu, Ji. Kamu kan sudah menikah dengan gadis selain aku. Sebaiknya kita berteman saja mulai sekarang," ucap Ariani dengan tulus.Ariani pun berusaha untuk melepaskan tangan Aji dengan perlahan. Dia berusaha untuk menerima semua yang sudah terjadi.Aji bukan lagi untuknya.Dia sudah memiliki istri sekarang. Tak sepantasnya dia berada di dekat Aji lagi. Meskipun sosoknya akan selalu berada di hatinya.Cinta hanyalah semu. Dulu dia sangat mencintainya. Namun, dia harus merelakannya pergi sekarang. Cintanya tetap untuk seorang yang sama.Aji tak terima dengan ucapan Ariani. Dia menarik kasar tangan Ariani. Hingga tubuh sang empu menghantam tubuh atletisnya.Aji memeluk erat Ariani. Seolah dia tak mau kehilangan kekasihnya itu.Ariani berusaha untuk melepaskan diri. Tak seharusnya dia mempertahankan apa yang bukan menjadi miliknya lagi. Aji sudah sah menjadi suami orang. Dia tak pantas untuk bertahan."Jangan lepaskan, Rin! Aku tahu kamu juga memiliki rasa yang sama denganku. Diamlah dan nikmatilah saja semuanya," perintah Aji.Dibenamkannya dagunya di pundak Ariani. Ia ingin menciumi parfum sang kekasih yang memabukkan itu. Tak ingin sebentar saja Ariani berpaling dari sisinya."Ji, aku senang sudah menjadi bagian dalam hidupmu selama hampir dua tahun ini. Aku seperti menjadi ratu di hidupmu," kata Ariani sambil mengusap ujung rambut Aji.Aji mengangguk. "Kau akan selalu menjadi ratu di hidupku. Kau ratuku selalu," ujar Aji sambil tersenyum le arah Ariani.Mereka berdua pun menikmati kesendirian di ruang kosong ini. Mencoba untuk berdamai dengan keadaan.Tak ada yang dapat dilanjutkan lagi. Namun, keduanya tetap berusaha untuk menyatukan kepingan-kepingan yang hancur. Kepingan kisah romansa keduanya."Bagaimana kalau kita tetap berhubungan?" tanya Aji. Sebuah ide gila tetiba terlintas di kepalanya.Ariani tergelak. Dia kaget mengetahui apa yang baru saja diucapkan Aji padanya. Apa maksudnya?"Apa maksudmu?" tanya Ariani. Dia masih mencerna setiap ucapan yang baru saja mampir di kedua telinganya. Aji berkata tanpa disaring."Kamu bisa tetap menjadi kekasihku, Rin. Hubungan kita tetap seperti dulu. Jika ada kesempatan aku akan menceraikannya," ucap Aji sambil mengukir senyum.Ariani mendelik ke arah Aji. Tak disangkanya pikiran Aji begitu pendek mengenai sebuah hubungan dalam rumah tangga. Seenak jidatnya saja asal berkata demikian. Setelah asal menikah dengan perempuan lain."Kamu gila. Kamu sudah menikah dengannya dan kemudian asal akan bercerai." tandas Ariani tanpa pikir panjang."Aku... Aku tak pernah mencintainya. Aku tak pernah mengenalnya. Tiba-tiba saja penghulu mengucap namanya saat mengikrarkan janji suci itu. Dan aku tak dapat mengubah semuanya karean sudah ditulis di surat-suratnya." Aji menjelaskan dengan panjang kali lebar. Penuh semangat di hadapan Ariani.Tak mau untuk kehilangan Ariani.Ariani tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Aji. Dia sampai menganga dengan penjelasan dari 'mantan' kekasihnya itu."Apa yang kamu katakan benar, Ji?" Ariani bertanya."Aku tak pernah bohong. Apalagi untuk hal sepenting ini," ujar Aji.Ariani terdiam. Mencoba mencerna setiap ucapan dari Aji. Menimbang mengenai kebenaran dari ucapan sang empunya."Bagaimana, Rin? Apa kamu masih mau menjadi kekasihku?" tanya Aji lagi. Kali ini pertanyaannya dibuat dengan mantap.Ariani tak menjawab. Dia hanya menatap Aji dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Sulit untuk menjawab pertanyaan dari Aji.Sebab hatinya juga tetiba menjadi bimbang.Ariani pun hanya menatap dengan dua manik hazelnutnya penuh arti. Hanya Aji yang dapat mengetahui jawabannya. Dan semesta yang ikut hadir pada kisah romansa keduanya. Sebab seolah semuanya sudah terdapat jawabannya.Bersambung...Hai~Sambil ngedengerin lagu galau dan baca ni cerita keknya asik. Aku juga ngelakuin hal itu kok. Have fun, guys...Natasha bangun dari pingsannya. Dirinya memandangi sekelilingnya. Ingatannya pun dia kumpulkan lagi. Natasha ingat, dirinya baru saja bermimpi menikah dengan orang yang tak dikenal."Ah, hanya mimpi ternyata," ujar Natasha bersyukur.Ia pun bangun dari tempat tidur. Saat matanya melihat ke cermin, kaget bukan kepalang rasanya."Shit! Masih pakai baju pengantin, berarti gue nggak mimpi," ujar Natasha sambil menepuk jidatnya."Anjir, gegara baju pengantin Aldila gue jadi istri orang. Mana enggak kenal lagi," rutuk Natasha di dalam hati.Natasha pun merapikan baju milik sahabatnya dan berniat keluar. Ia mencoba untuk melarikan diri dari kekacauan yang menurutnya absurd.Tap...Tap...Tap...Natasha berusaha untuk tidak menimbulkan bunyi-bunyian yang membuat dirinya ketahuan. Ia pun menyibak tirai kamar transit pengantin dan berusaha melarikan diri.Dia harus melarikan diri dari tempat itu. Sebelum semua orang mengetahui dirinya dan mungkin akan menyeretnya untuk pulang bersama pria yang su
Natasha pun bertanya kepada salah satu pegawai WO di ruangan itu. Ia melihat ruangan yang akan menjadi tempat resepsi itu sudah hampir 100 persen siap."Mbak, tadi yang nganter saya ke kamar transit pengantin siapa ya?" tanya Natasha dengan sopan.Salah satu pegawai WO pun langsung menghentikan kegiatannya menata piring. Dia nampak sedang berpikir keras. Natasha berusaha untuk menunggu."Oh iya, pegawai baru kami, Mbak. Sepertinya dia..." ujarnya terputus. Dia lalu melihat ke arah pegawai muda yang tengah menata gelas. "Itu, Mbak orangnya." Mantap dia berkata.Natasha pun mengangguk paham. Dengan gaun milik sahabatnya itu ia menghampiri pegawai perempuan yang tadi ditunjuk."Mbak, bisa bicara sebentar?" tanya Natasha dengan sopan.Pegawai WO yang baru saja dihampiri itu menoleh kaget ke arahnya. Dia sempat mematung sesaat sebelum menjawab, "Baik, Mbak," jawabnya dengan sedikit gugup.Natasha mengajak pegawai itu untuk duduk di ujung ruang resepsi. Mereka berdua duduk saling berhadapan
Natasha masih mematung di tempat yang menurut Aji adalah bagian favorit Ariani. Taman.Natasha dapat melihat ada banyak sekali bunga-bunga ditanam di sana. Ariani sepertinya sangat menyukai bunga.Natasha dapat merasakan juga Ariani mendapatkan curahan rasa sayang yang sangat besar dari Aji. Sampai-sampai mengijinkan halaman rumahnya ditanami berbagai macam bunga.Jika tidak mana mungkin hanya kekasih saja sudah seperti istri sendiri. Natasha menjadi geli apabila mengingat statusnya saat ini.Istri sahnya Aji adalah dirinya.Rasanya ingin tertawa geli saja mengingat kejadian aneh yang kini terjadi padanya.Apabila halaman rumah Natasha dipergunakan atau dipakai sembarangan, dia pasti akan marah. Tapi, suaminya itu mengijinkan Ariani menggunakannya sesuka hati.Bukankah Aji berarti sangat mencintai Ariani?Natasha juga ingin seperti Ariani. Ada yang mencintainya sepenuh hati. Memperlakukannya bak sang dewi.Sayangnya tak ada.Dia malah terjebak dengan kesalahan pernikahan ini. Menikahi
"Kamu bakalan gimana sekarang, Ji?" tanya Ariani sambil menatap ke arah Aji yang mereka kini tengah duduk di salah satu meja."Aku tetep pilih kamu, Sayang." Aji berkata mantap.Mereka kini berada di salah satu restoran cepat saji. Mereka duduk di salah satu bangku yang berada di pojok lantai dua. Agar tak ada suara berisik ataupun pengganggu yang tiba-tiba datang.Ariani sejak datang sampai saat mereka makan pun menatap mata kekasihnya dengan teduh. Sejujurnya apa yang dilakukan keduanya salah. Tapi rasa cinta itu yang masih membawa keduanya untuk tetap berada di tempat ini. Di malam pernikahan Aji dan Natasha.Cinta itu masih tetap ada. Meskipun status keduanya sudah berbeda."Tapi kan kamu sudah punya istri, Sayang. Sorry, maksudku Aji," kata Ariani meminta pendapat.Aji menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menangkup wajah Ariani. Ia dapat melihat bahwa kekasihnya itu tengah dirundung kesedihan dan kekecewaan. Kisah yang pilu."Harusnya kan istri aku itu kamu, Rin. Memang kesalaha
Jika dia jodohmu, seberapa kamu berlari pasti bertemu lagi.Jika dia jodohmu, seberapa kamu menyangkal itu adalah kenyataannya.Jika dia jodohmu, seberapa kamu tak menginginkan dia ada di sebelahmu.Jika dia jodohmu, seberapa kamu menjauh, dia akan mendekat.Sebab,Jodoh sudah digariskan Tuhan kepadamu, Nak!Sebelum kamu melihat dunia ini.***Tepat pukul 11 malam Aji sampai di rumahnya. Malam minggu yang seharusnya menjadi hari bahagianya malah hanya bisa mengajak kekasihnya pergi makan dan nonton film.Untung saja besok hari libur. Sehingga ia bisa pulang ke rumah pada waktu dan jam kapan saja. Kedua orang tuanya juga sedang berbisnis di luar negeri.Keduanya berangkat sehabis datang di acara pernikahannya. Orang tua Aji juga tak menaruh rasa curiga mengapa yang menjadi pengantin perempuan bukan Ariani. Sehingga hal itu membuat Aji agak bisa bernapas.Aji pun langsung menuju ke garasi, begitu satpam sudah membukakan pintu gerbang. Mobilnya langsung dibawa dengan perlahan. Ketika ia
Cahaya matahari mulai menyelinap dari balik celah kayu. Natasha perlahan mengerjapkan kedua matanya. Dia merasa terganggu dengan cahaya matahari."Kok dingin ya?" Natasha bertanya kepada dirinya sendiri.Ia lalu menyadari apa yang telah terjadi. Dia sudah menggunakan celana pendek yang entah milik siapa dan juga baju lengan panjangnya.Kaget lalu membuat Natasha buru-buru bangun dari tempat tidur. Dia melongok bagian tubuhnya yang tidak terlihat. Dan setelahnya dia bernapas lega."Masih perawan!" Natasha berkata di dalam hati.Ia lalu mencoba mengingat apa yang tengah terjadi semalam. Dia sudah tak ingat hal apapun lagi setelah tertidur di bangku taman.Natasha pun melihat ke dalam tubuhnya yang tertutup pakaian. Dua benda kembar miliknya masih aman dan belum tersentuh. Natasha pun mengucap syukur akan hal tersebut."Hey, suami mesum! Apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam?" Natasha bertanya dengan tidak sopan dengan suara melengking.Aji yang mendengar Natasha setengah berteriak
Margareth lalu masuk ke dalam kamar tuannya. Aji nampak sudah pergi sejak dia tak mendengar suara mobil milik majikannya itu.Ckrek.Rasanya ia ingin tertawa dengan apa yang tengah terjadi. Seharusnya tadi tuannya memerintahkannya untuk membereskan kekacauan yang sudah dia buat.Tak pernah dalam hidupnya tuannya itu pergi saat melihat kamarnya berantakan. Tapi pagi ini dia melihat pemandangan yang berbeda. Aji meninggalkan begitu saja kamarnya yang masih berantakan.Nampak baju Natasha berserakan di sembarang tempat. Aji terlihat belum pernah melakukannya. Makanya apa yang diperbuat menimbulkan kesan kekacauan.Margareth lalu melihat ke atas tempat tidur. Korban dari sang majikan itu tengah tak berdaya di atas ranjangnya. Maklum keduanya baru pertama kali melakukannya."Apa perlu saya buatkan air hangat untuk mandi, Nyonya?" Margaret tersenyum. Dia melirik sedikit ke arah majikan barunya yang sepertinya masih berada di balik selimutnya."Rasanya seluruh tulangku hampir remuk saat dia
Baru saja Natasha akan menstarter motornya, ponselnya bergetar. Satu panggilan masuk pasti."Iya, halo." Natasha menjawab dengan nada malas. Kedua bola matanya diputar. Siapa lagi yang menelepon jika bukan suaminya?"Jangan lupakan malam ini kedua orang tuaku akan datang ke mari." Aji mengingatkan di ujung sambungan.Jengah juga tiap menit ditelepon. Hanya untuk memberitahukan bahwa mertuanya akan berkunjung ke rumah mereka. "Iya, bawel deh!" Natasha menjawab dengan nada gusar. Mau sampai kapan dia terus diingatkan? Memangnya dia bocah cilik yang harus selalu diingatkan. Usianya sudah 25 tahun."Kalau sampai mama atau papa curiga, ingat saja besok kamu tidak akan bisa bangun dari tempat tidur!" Aji mengancam. Suaranya pelan, tapi tegas.Mendengar ucapan suaminya, Natasha menjadi bergidik ngeri. Belum masuk semuanya saja dia hampir seperti kain yang dirobek kecil. Bagaimana kalau sudah masuk semua milik suaminya itu? Bisa mati muda dirinya.Ia mengingat betapa sangat menyakitkan setel
Aji melajukan mobilnya menuju sebuah hotel mewah di tengah kota. Malam ini akan ada pertemuan dengan para pejabat di kotanya. Aji akan menjadi salah satu bagiannya.Mengingat hal itu, membuat Aji semakin was-was. Ia sebentar lagi akan menjadi plt kepala dinas pendidikan. Kalimat itu membuat Aji menjadi gugup sendiri.Salah satu jabatan yang penting di kotanya. Ia akan bersanding dengan orang-orang penting kepercayaan Pak Zainal. Menjadi sebuah hal yang sangat baik bagi karirnya.Apalagi ia sudah lama mempersiapkan dirinya. Dan hari ini adalah waktu yang tepat. Makanya Aji tidak mau datang terlambat. Ia harus datang lebih awal.Maka mobilnya segera digas supaya cepat sampai. Coba dilupakannya sesaat apa yang baru saja terjadi. Terutama kelakuan istrinya yang sudah di luar batas. Aji tak ingin masalah pribadinya itu mengganggunya. Apalagi di hari yang sangat penting baginya. Tikus kecil ini seolah mimpinya sudah di depan mata. Aji seolah tak dapat mempercayainya.Aji mengingat bagaiman
Kepala Aji menjadi pening. Ia pusing memikirkan kelakuan istrinya yang tega bermain di belakangnya. Ia sangat marah dan kecewa. Perasaannya campur aduk dan tak dapat didefinisikan.Seharusnya Natasha dapat meminta cerai darinya jika ia memiliki pacar. Aji tidak akan mempermasalahkannya. Toh, pernikahannya hanya sebatas di atas kertas saja. Ia pasti akan dengan senang hati apabila menceraikan Natasha.Bukan malah bermain di belakangnya seperti ini. Seolah seperti membalas perbuatannya yang masih sering kencan dengan Ariani. Aji tak dapat memaafkannya."Brengsek sekali perempuan itu. Ia ingin membalas apa yang kulakukan padanya rupanya. Aku akan menceraikannya setelah pulang dari rapat nanti," kata Aji sambil memandang lurus ke jalan.Aji sedang mengantar Ariani pulang ke rumahnya. Semenjak beberapa hari yang lalu, ia sudah rutin mengantar jemput sang kekasih dari sekolah maupun sebaliknya. Aji melakukannya atas ijin dari sang istri.Setidaknya Aji sudah berusaha menjadi suami yang baik
Natasha lalu mematikan sambungan telepon. Sambil menunggu kedatangan suaminya. Ia tak mungkin pergi dari lokasi demo. Keadaan sudah chaos di mana-mana.Natasha melihat banyak pendemo yang ingin merangsek masuk. Mereka berusaha memecah barikade aparat di depan gedung itu. Aparat berusaha tetap dalam barisan.Kawat berduri yang dipasang di depan pintu masuk mulai di acak-acak para pendemo. Mereka nampak sangat marah dengan barisan barikade polisi yang seolah seperti paku hidup itu. Upaya mereka hanya sia-sia saja.Natasha masih melihat kekacauan yang sedang terjadi. Rasanya ia sangat ketakutan terjebak di antara situasi rusuh tersebut. Menyesali sikapnya yang memilih jalur sepi. Malah membuat dirinya ketakutan bersama dua muridnya.Kanya masih diam sambil memandangi keadaan yang kacau balau. Sedangkan Dinda sejak tadi memeluk Natasha yang sedang memegangi tisu untuk menghentikan pendarahan. Tak ada yang dapat dilakukan oleh ketiganya. Mereka hanya dapat menanti bantuan datang."Bu, Dind
Natasha baru saja selesai makan siang bersama Pras dan dua muridnya itu. Mereka makan siang ditraktir Pras di sebuah restoran cepat saji.Dinda dan Kanya pun senang dengan apa yang baru saja terjadi. Sehabis menang keduanya malah ditraktir oleh juri yang tadi mengkurasi naskah keduanya."Om, makasih sudah diajak makan siang. Terus kami dibayari juga," ujar Kanya sambil tersenyum. Ia lalu mengambil es krimnya yang diletakkan di atas meja."Iya, Om. Makasih ya, Om," Dinda menambahi. Tangannya masih sibuk memisahkan tulang ayam dari dagingnya.Pras tersenyum dengan apa yang dilakukan dua murid SMP itu. "Iya, sama-sama," ucap Pras.Ia lalu menggosok-gosok puncak kepala Dinda dan Kanya secara bergantian. Senang sekali sudah bertemu dengan dua anak yang menurutnya sangat menarik tersebut."Kalau gitu kalian lanjutin makannya ya. Om ada janji lagi setelah ini," ujar Pras sambil tersenyum ke arah Dinda dan Kanya.Dua murid itu hanya mengangguk dengan ucapan Pras. Mereka lalu sibuk lagi dengan
"Bu Nata sama pacarnya ke sini ya?" Dinda langsung bertanya ketika melihat Pras di sebelah gurunya.Pras hanya tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dua anak didik Natasha membuatnya sedikit geli. Namun, ia tak mungkin secara terang-terangan berkata jujur."Enggak dong. Ini temannya, Bu Nata. Kenalin ini Om Pras," kata Natasha menahan semburat merah yang akan muncul di pipinya. Jika tak dapat menahan diri pipinya pasti akan seperti kepoting rebus."Iya, kenalin namaku Pras," ujar Pras sambil mengulurkan tangannya. Ia berusaha untuk tetap profesional di hadapan murid sekolah Natasha itu.Dinda dan Kanya pun mengangguk. Keduanya secara bergantian balik memperkenalkan diri masing-masing. Mereka menyambut uluran tangan Pras. Secara tidak sadar kedua murid Natasha itu langsung akrab dengan Pras.Mereka langsung banyak bercerita kepada lelaki yang usianya sepadanan dengan Natasha tersebut. Sambil sesekali Pras melemparkan candaannya. Hingga membuat dua muridnya itu merasa senang be
Tanpa sengaja Natasha menabrak seseorang saat berjalan menghampiri kedua muridnya. Ia berjalan menuju luar pendopo.Dinda dan Kanya baru saja turun usai mengambil hadiah. Mereka akhirnya bisa membawa pulang piala itu ke sekolah. Mengalahkan dominasi sekolah Aji dan Ariana yang bertengger di peringkat kedua.Natasha senang bukan main, kedua anak didiknya berhasil mendapatkan juara pertama pada lomba kepenulisan di pendopo balaikota. Rasanya senang sekali bisa bermanfaat untuk orang lain.Natasha berjalan keluar untuk mencari kedua muridnya. Sebab belakang panggung berada di luar pendopo. Ia harus memutar arah untuk dapat menemukan dua anak didiknya itu.Rasanya ada sedikit rasa bangga di dalam dirinya. Natasha berjalan sambil tersenyum sendiri. Pencapaiannya sudah sangat bagus hari ini. Natasha tanpa sadar berjalan tidak melihat ke kiri ataupun kanan. Sontak hal itu membuatnya menabrak orang lain di hadapannya.Natasha hampir jatuh terjerembab. Namun, ia merasa ada yang menariknya. Se
Natasha menjadi tidak dapat mengontrol perasaannya saat tiba giliran sekolah Aji. Dua peserta didik dari sekolah sang suami maju ke depan. Tak ada suara apapun dari bangku penonton.Semua yang datang tak sabar melihat penampilan murid itu. Penampilan dari sekolah yang menyabet piala itu secara beruntun. Sungguh pemandangan yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata.Dewan juri lalu mengetuk mikrofon dengan perlahan. Membuat jantung siapa saja berhenti berdetak. Meskipun hanya lomba seremonial tiap tahun, namun terasa berbeda di setiap tahunnya. Awalnya hanya lomba menulis cerita pendek, tapi tahun ini diganti menjadi lomba membuat berita. Sama-sama masuk dalam lomba kepenulisan.Pras mendekatkan mikrofon di depan mulutnya. Dinaikkannya sedikit letak kaca matanya. Ia bersiap untuk memberikan pertanyaan kepada peserta lomba."Saya senang dengan tema lomba ini. Meskipun masih jarang digunakan, mengenai penggunaan teknologi seperti media sosial memang dapat berdampak buruk bagi anak-anak
Natasha memarkirkan motornya di parkiran balaikota. Hari ini muridnya akan melakukan presentasi atas karya yang sudah keduanya buat tempo hari.Natasha kini sudah berangkat lagi dengan motornya. Sebab Aji sudah menjemput Ariani pergi dan pulang lagi. Aji sudah meminta ijin kepadanya. Dan ia mengiyakannya. Natasha mengingat bagaimana suaminya meminta ijin kepadanya. Setelah Aji bercerita bahwa Ariani masih sering mengajaknya pergi keluar. Dan Aji merasa tak enak hati jika Natasha harus sering pulang pergi sendiri karena hal itu."Mas, tadi malam pergi kemana sama Ariani?" Natasha bertanya saat sarapan beberapa waktu lalu.Aji tengah mengunyah roti bakar rasa coklat kejunya. Ia lalu menghentikan kegiatannya. Kemudian menatap sang istri dengan membisu."Udah, Mas cerita aja nggak papa. Aku juga enggak akan ngapa-ngapain kok. Atau cemburu mungkin. Aku cuma penasaran aja," ujar Natasha mencoba meyakinkan suaminya. Aji yang ditanyai hal itu nampak berpikir. Ia mencoba merangkai kata-kata
Ariani menggandeng tangan Aji dengan mesra. Aji sudah membayar komik yang dibeli keduanya. Kini mereka berjalan menuju parkiran mobil. Ariani sejak turun sampai ke dalam mobil terus menempel ditubuh Aji. Ia senang dapat pergi bersama sang kekasih. Meskipun hanya pergi sebentar.Aji pun membuka pintu mobil untuk Ariani. Ariani pun masuk bak permaisuri yang habis diajak kencan sang raja. Ia masuk dengan perlahan ke dalam mobil Aji. Aji pun menutup kembali pintu mobilnya, begitu melihat Ariani sudah nyaman di tempat duduknya.Aji kini sudah dapat melihat dengan jelas. Kaca matanya sudah diganti dengan yang baru. Meskipun ia agak tidak percaya diri dengan kaca mata yang dipilihkan oleh Ariani. Aji tetap memakainya. Tak ada salahnya ia mencoba model kaca mata baru.Aji pun menyetir mobilnya perlahan dari mall itu. Keduanya sudah pergi cukup lama sejak pulang dari sekolah. Malam pun semakin pekat. Aji yang akan mengantar Ariani ke apartemennya. Gadis itu tak dibiarkan olehnya pergi sendir