"Kamu bakalan gimana sekarang, Ji?" tanya Ariani sambil menatap ke arah Aji yang mereka kini tengah duduk di salah satu meja.
"Aku tetep pilih kamu, Sayang." Aji berkata mantap.Mereka kini berada di salah satu restoran cepat saji. Mereka duduk di salah satu bangku yang berada di pojok lantai dua. Agar tak ada suara berisik ataupun pengganggu yang tiba-tiba datang.Ariani sejak datang sampai saat mereka makan pun menatap mata kekasihnya dengan teduh. Sejujurnya apa yang dilakukan keduanya salah.Tapi rasa cinta itu yang masih membawa keduanya untuk tetap berada di tempat ini. Di malam pernikahan Aji dan Natasha.Cinta itu masih tetap ada. Meskipun status keduanya sudah berbeda."Tapi kan kamu sudah punya istri, Sayang. Sorry, maksudku Aji," kata Ariani meminta pendapat.Aji menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menangkup wajah Ariani. Ia dapat melihat bahwa kekasihnya itu tengah dirundung kesedihan dan kekecewaan. Kisah yang pilu."Harusnya kan istri aku itu kamu, Rin. Memang kesalahan fatal," ucap Aji. Ia kemudian menaikkan letak kaca matanya yang sedikit melorot."Mungkin memang takdir Tuhan, kita tidak bersama," ucap Ariani sambil menunduk.Rasanya sangat menyakitkan apabila mengingat apa yang terjadi. Kekasihnya yang seharusnya meminangnya tepat di hari jadian mereka, malah salah menikah. Apa ada yang lucu dari kisah keduanya?"Persetan dengan takdir. Kamu tetap milikku hari ini atau kapanpun." Aji berkata dengan tegas. Digenggamnya kedua tangan Ariani dengan sungguh-sungguh. Rona wajahnya seolah tak ada rasa ragu sedikitpun."Lalu bagaimana dengan istrimu, Ji?" tanya Ariani.Aji nampak berpikir. "Kalau waktunya sudah tepat aku akan menceraikannya. Dia pasti juga merasa tertekan dengan pernikahan konyol ini," ucap Aji."Kasihan juga dia. Baru saja menikah sudah berencana bercerai,""Daripada makin lama, makin nggak jadi,""Jangan bilang kamu berencana menyukainya," ucap Ariani setengah menggoda."Tidak lah. Mana mungkin. Hanya kamu seorang yang aku sayangi,""Halah jago gombal sekarang,""Makanya kamu harus bilang sayang terus ke aku. Biar aku nggak berpaling ke perempuan lain,""Aduh!"Aji setengah berteriak. Ariani mencubit pipi kanannya dengan tenaga yang lumayan.Aji langsung memegang pipinya yang sedikit menimbulkan bekas berwarna kemerahan.Cup!"Apaan sih, Sayang!" Ariani nampak mupeng ketika Aji tiba-tiba saja mencium sudut bibirnya.Ia pun langsung mencubiti kedua tangan kekasihnya. Rasanya memalukan dicium sembarangan di tempat umum.Meskipun hatinya senang juga sudah diperhatikan dengan penuh cinta oleh kekasihnya. Aji memang selalu memberikan kasih sayangnya pada Ariani."Tuh lihat ke atas awan. Sini di deket aku," ucap Aji menunjuk langit.Ariani melihat apa yang dikatakan Aji. Aji memang senang membawa kekasihnya itu untuk makan di rooftop. Selain menghindari keramaiaan. Aji selalu ingin melihat konstelasi bintang favoritnya itu."Mana rasi orionnya, Sayang?" Ariani bertanya sambil celingukkan.Aji langsung tersenyum. Ariani memang sejak pertama mereka jadian selalu tak dapat membedakan konstelasi bintang favoritnya.Aji langsung menunjuk dengan tangannya. Ariani pun segera melihat ke arah sang kekasih untuk melihat bintang favorit Aji."Nggak kelihatan.""Lah, memang belum waktunya muncul,""Dasar, Orion playboy!""Loh, kok gitu? Kan cuma kamu yang aku sayang,""Nyatanya nikah sama perempuan lain,""Itu nggak sengaja, Sayang. Kan kamu sendiri yang melihat semua kejadiannya tadi. Dari awal sampai akhir,"Aji lalu menarik tangan Ariani dengan lembut. Ariani pun hanya mengikuti apa perintah Aji.Ia lalu duduk di sebelah Aji. Kepalanya menyandar ke bahu kekasihnya dengan perlahan. Aji meresapi apa yang tengah terjadi itu. Rasanya ia ingin menghentikan waktu."Orion kan memang banyak yang suka. Tapi kan sayangnya cuma satu sama istrinya itu,""Tapi kan istrinya udah mati," jawab Ariani murung.Aji dapat menangkap ekspresi sedih dari kekasihnya itu."Nggak gitu juga dong penggambarannya, Sayang. Itu kan hanya kisah mitos Yunani. Kan kamu yang di dekatku masih nyata, ada, dan masih bernapas, kan ya," ujar Aji membesarkan hati Ariani."Jadi kamu senang kalau melihat aku mati gitu?" tanya Ariani."Kok gitu. Enggaklah. Aku senangnya kalau melihat kamu masih hidup. Kan kita bisa bersama, kayak gini, makan bareng, ketawa bareng," jawab Aji. Kekasihnya itu memang paling senang merajuk.Ariani tersenyum puas. Aji memang selalu dapat membuatnya senang. Dirinya yang terkadang tak terkendali selalu dapat dilunakkan oleh Aji. Kekasihnya itu memang laksana air yang selalu dapat menyejukkan hati."Udah marahnya, Sayang?" tanya Aji sambil mengusap puncak kepala Ariani dengan sebelah tangannya."Ih, nyebelin banget sih," ucap Ariani sambil mencebikkan bibirnya. Ia berusaha untuk membuat Aji melihat ekspresinya."Biar kamu tambah sayang sama aku," ucap Aji bangga.Ariani langsung menonjok lengan kekasihnya. Aji hanya meringis dengan apa yang sudah dilakukan Ariani. Asalkan kekasihnya bahagia."Kamu beneran masih mau pacaran sama aku? Terus istri kamu nganggur di rumah dong tiap hari," ucap Ariani. Kali ini sepertinya ada raut serius dari kedua matanya."Ya nggak papa. Lha kamu mau apa enggaknya kok?" Aji menjawab semua yang dirasakan oleh Ariani apa adanya. "Aku juga belum nyentuh dia sama sekali. Ini tadi habis nikah aku langsung mandi dan ketemu sama kamu kok. Nggak ada niat buat nyentuh juga,""Aku sih ikut saja apa maunya kamu, Sayang. Pokoknya apapun yang akan kamu lakukan aku pasti akan bilang 'iya'. Oke," ujar Ariani."Gimana kalau kita nonton aja. Mumpung masih jam segini. Kayaknya masih ada film yang tayang. Nanti biar pas balik langsung tidur aja." Aji mengajak Ariani."Awas ya jangan macam-macam kalau sampai di rumah," ancam Ariani."Iya janji."Aji lalu berdiri dari tempat duduknya. Ariani lalu menggandeng tangan kekasihnya itu dengan penuh semangat. Nonton film adalah kegiatan paling dia sukai.Aji nampak bahagia sekali malam ini. Ia seolah melupakan bahwa di rumahnya masih ada sang istri yang menunggu kepulangannya.Mau bagaimana lagi. Pernikahan yang dilakukan oleh keduanya memang bukan pernikahan atas dasar cinta. Melainkan pernikahan yang terjadi karena sebuah kesalahan.Aji saja tidak pernah mengenal Natasha. Tiba-tiba saja hari ini ia sudah menjadi istri sahnya."Masuk, Sayang," ucap Aji setelah mobilnya sampai di hadapan Ariani.Ariani pun mengangguk. Ia lalu masuk dengan perlahan bak putri raja. Ia takut roknya menjadi kusut karena masuk dengan sembarangan ke dalam mobil.Tak lupa ia memakai sabuk pengamannya. Ariani seperti kebanyakan perempuan saat masuk ke dalam mobil, ia lalu merapikan rambut sebahunya. Seperti biasa kaca spion tengah dia pergunakan.Aji melirik sedikit dari balik kursi kemudi. "Udah cantik. Nggak usah dandan lagi. Nanti kalau banyak yang naksir aku yang bingung ngusirnya," ucapnya sambil tersenyum.Ariani hanya tersipu malu dengan apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu. Setelahnya mobil Aji perlahan pergi dari restoran cepat saji.Jika dia jodohmu, seberapa kamu berlari pasti bertemu lagi.Jika dia jodohmu, seberapa kamu menyangkal itu adalah kenyataannya.Jika dia jodohmu, seberapa kamu tak menginginkan dia ada di sebelahmu.Jika dia jodohmu, seberapa kamu menjauh, dia akan mendekat.Sebab,Jodoh sudah digariskan Tuhan kepadamu, Nak!Sebelum kamu melihat dunia ini.***Tepat pukul 11 malam Aji sampai di rumahnya. Malam minggu yang seharusnya menjadi hari bahagianya malah hanya bisa mengajak kekasihnya pergi makan dan nonton film.Untung saja besok hari libur. Sehingga ia bisa pulang ke rumah pada waktu dan jam kapan saja. Kedua orang tuanya juga sedang berbisnis di luar negeri.Keduanya berangkat sehabis datang di acara pernikahannya. Orang tua Aji juga tak menaruh rasa curiga mengapa yang menjadi pengantin perempuan bukan Ariani. Sehingga hal itu membuat Aji agak bisa bernapas.Aji pun langsung menuju ke garasi, begitu satpam sudah membukakan pintu gerbang. Mobilnya langsung dibawa dengan perlahan. Ketika ia
Cahaya matahari mulai menyelinap dari balik celah kayu. Natasha perlahan mengerjapkan kedua matanya. Dia merasa terganggu dengan cahaya matahari."Kok dingin ya?" Natasha bertanya kepada dirinya sendiri.Ia lalu menyadari apa yang telah terjadi. Dia sudah menggunakan celana pendek yang entah milik siapa dan juga baju lengan panjangnya.Kaget lalu membuat Natasha buru-buru bangun dari tempat tidur. Dia melongok bagian tubuhnya yang tidak terlihat. Dan setelahnya dia bernapas lega."Masih perawan!" Natasha berkata di dalam hati.Ia lalu mencoba mengingat apa yang tengah terjadi semalam. Dia sudah tak ingat hal apapun lagi setelah tertidur di bangku taman.Natasha pun melihat ke dalam tubuhnya yang tertutup pakaian. Dua benda kembar miliknya masih aman dan belum tersentuh. Natasha pun mengucap syukur akan hal tersebut."Hey, suami mesum! Apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam?" Natasha bertanya dengan tidak sopan dengan suara melengking.Aji yang mendengar Natasha setengah berteriak
Margareth lalu masuk ke dalam kamar tuannya. Aji nampak sudah pergi sejak dia tak mendengar suara mobil milik majikannya itu.Ckrek.Rasanya ia ingin tertawa dengan apa yang tengah terjadi. Seharusnya tadi tuannya memerintahkannya untuk membereskan kekacauan yang sudah dia buat.Tak pernah dalam hidupnya tuannya itu pergi saat melihat kamarnya berantakan. Tapi pagi ini dia melihat pemandangan yang berbeda. Aji meninggalkan begitu saja kamarnya yang masih berantakan.Nampak baju Natasha berserakan di sembarang tempat. Aji terlihat belum pernah melakukannya. Makanya apa yang diperbuat menimbulkan kesan kekacauan.Margareth lalu melihat ke atas tempat tidur. Korban dari sang majikan itu tengah tak berdaya di atas ranjangnya. Maklum keduanya baru pertama kali melakukannya."Apa perlu saya buatkan air hangat untuk mandi, Nyonya?" Margaret tersenyum. Dia melirik sedikit ke arah majikan barunya yang sepertinya masih berada di balik selimutnya."Rasanya seluruh tulangku hampir remuk saat dia
Baru saja Natasha akan menstarter motornya, ponselnya bergetar. Satu panggilan masuk pasti."Iya, halo." Natasha menjawab dengan nada malas. Kedua bola matanya diputar. Siapa lagi yang menelepon jika bukan suaminya?"Jangan lupakan malam ini kedua orang tuaku akan datang ke mari." Aji mengingatkan di ujung sambungan.Jengah juga tiap menit ditelepon. Hanya untuk memberitahukan bahwa mertuanya akan berkunjung ke rumah mereka. "Iya, bawel deh!" Natasha menjawab dengan nada gusar. Mau sampai kapan dia terus diingatkan? Memangnya dia bocah cilik yang harus selalu diingatkan. Usianya sudah 25 tahun."Kalau sampai mama atau papa curiga, ingat saja besok kamu tidak akan bisa bangun dari tempat tidur!" Aji mengancam. Suaranya pelan, tapi tegas.Mendengar ucapan suaminya, Natasha menjadi bergidik ngeri. Belum masuk semuanya saja dia hampir seperti kain yang dirobek kecil. Bagaimana kalau sudah masuk semua milik suaminya itu? Bisa mati muda dirinya.Ia mengingat betapa sangat menyakitkan setel
Natasha langsung ngibrit ke rumah sahabatnya, Raya. Telepon dan pesan ada ratusan masuk di ponselnya. Begitu Raya mendengar suaranya setelah ratusan kali mencoba menghungi, Natasha langsung memintanya ke rumahnya.Raya berutang banyak penjelasan padanya. Awalnya Natasha hanya ditugaskan untuk mencoba gaun pernikahannya. Namun, Natasha juga ikut menikah di hari yang sama dengannya. Tanpa menyebar kabar baik ini. Salah menikah ceritanya."What the hell Natasha! Lihat tuh leher loe." Raya langsung setengah berteriak begitu Natasha mampir ke rumahnya. Raya melihat kissmark di leher Natasha yang lumayan masih terlihat."Loe masih main sama suami loe pagi tadi? Anjir tahan banting loe semalaman dibabat habis. Paginya minta jatah tambahan masih loe ladenin juga. Minum obat kuat apa loe?"Raya langsung melempar berbagai pertanyaan pada sahabat karibnya itu."Anjir, pantesan semua orang di rumah tertawa ngeliat gue pergi dari rumah. Dia ninggalin bekas dua biji di leher gue," ucap Natasha samb
"Ya Tuhan, Natasha. Loe mimpi apa sampai jadi suaminya dia? Eh bego istrinya si es batu?" Raya bertanya pada Natasha. "Kalau udah jadi cerita bisa nggak judulnya 'Salahkah Takdir Cinta?' cocok banget soalnya sama kejadian ini. Relate gitu,"Dug!Natasha melempar gulingnya ke arah sahabatnya itu. Bukannya memberikan solusi atas pernikahan tak sengajanya ini. Sejak awal datang menginjakkan kaki, Raya malah sibuk menginterogasinya. Dan sekarang memberikan ceramah padanya.Natasha malah tambah pusing"Trus kissmarknya Aji ditutupin pakai apa?" Natasha bertanya sambil menunjukkan tanda kepemilikan dari suaminya itu.Raya tertawa terbahak. Dia lalu menuju ke lemarinya mencari sesuatu. Dilemparnya sebuah syal begitu menemukannya ke arah Natasha."Pakai itu aja. Jangan sampai lepas. Apalagi kelihatan di hadapan Tuan Putri Ariani. Perang dunia entar. Perang Mahabarata juga ntar," kata Raya sambil terkikik."Sialan loe jadi sahabat gue ya. Bukannya ngasih solusi. Malah ngeledekin," jawab Natash
Kini Natasha sudah diantarkan Pak Yanto pulang ke rumah. Raya juga sudah pulang ke rumahnya diantar Pak Yanto.Sahabatnya itu ikut pergi ke salon. Tentu saja minta bayar dengan Natasha. Raya beralasan bahwa Natasha harus mentraktirnya karena sudah sah menjadi istri dari laki-laki paling to the poin di kotanya.Dengan langkah perlahan, Natasha pun pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri. Dia tak boleh menghilangkan riasan dari salon, jika tidak mau mengulang menata wajahnya sendiri. Natasha tidak pandai berdandan.Satu jam kemudian...Aji pun naik ke lantai dua. Di tangan kanannya terdapat gaun yang baru saja dibeli di butik langganan keluarga. Aji berniat untuk memberikan gaun itu kepada istrinya untuk digunakan saat makan malam bersama kedua orang tuanya.Tok... Tok... Tok...Aji mengetuk pintu kamar dengan sopan. Natasha kata Pak Yanto sudah pulang ke rumah sejak sejam lalu."Iya, masuk!" Natasha berkata lembut.Aji pun berniat masuk ke dalam kamarnya yang kini di tempati Nata
Aji tak menjawab. Ia tiba-tiba memeluk Natasha erat. Aji tiba-tiba menangis. Penampilan keduanya kacau balau. "Maafkan aku ya istriku. Jika nanti aku di luar batas lagi dan tak terkendali kamu bisa memukulku, mencubit, atau apapun itu untuk menghentikanku. Aku hampir melakukannya lebih jauh," "Nggak papa, Mas. Aku kan istrimu. Jadinya nggak papa kok." Natasha berkata dengan tulus. Ditepuknya punggung sang suami dengan penuh kasih sayang. Entah mengapa dia pernah melakukan hal yang sama. Namun, ia lupa dengan siapa.Natasha membenahi pakaiannya yang sudah diacak-acak oleh suaminya. Natasha juga memoles ulang bedak dan lipstik lagi. Semuanya mulai pudar. Entah hal apa yang dilakukan oleh suaminya sampai membuat hal itu terjadi.Sementara itu Aji akan pergi ke kamar mandi. Namun, Natasha mencegahnya. "Aku gantiin di kamar mandi, Mas. Gimana?" tanya Natasha sambil memutar badannya dari meja rias."Nggak usah ya. Biar aku sendiri aja. Nanti aku kelepasan lagi di kamar mandi," kata Aji. N
Aji melajukan mobilnya menuju sebuah hotel mewah di tengah kota. Malam ini akan ada pertemuan dengan para pejabat di kotanya. Aji akan menjadi salah satu bagiannya.Mengingat hal itu, membuat Aji semakin was-was. Ia sebentar lagi akan menjadi plt kepala dinas pendidikan. Kalimat itu membuat Aji menjadi gugup sendiri.Salah satu jabatan yang penting di kotanya. Ia akan bersanding dengan orang-orang penting kepercayaan Pak Zainal. Menjadi sebuah hal yang sangat baik bagi karirnya.Apalagi ia sudah lama mempersiapkan dirinya. Dan hari ini adalah waktu yang tepat. Makanya Aji tidak mau datang terlambat. Ia harus datang lebih awal.Maka mobilnya segera digas supaya cepat sampai. Coba dilupakannya sesaat apa yang baru saja terjadi. Terutama kelakuan istrinya yang sudah di luar batas. Aji tak ingin masalah pribadinya itu mengganggunya. Apalagi di hari yang sangat penting baginya. Tikus kecil ini seolah mimpinya sudah di depan mata. Aji seolah tak dapat mempercayainya.Aji mengingat bagaiman
Kepala Aji menjadi pening. Ia pusing memikirkan kelakuan istrinya yang tega bermain di belakangnya. Ia sangat marah dan kecewa. Perasaannya campur aduk dan tak dapat didefinisikan.Seharusnya Natasha dapat meminta cerai darinya jika ia memiliki pacar. Aji tidak akan mempermasalahkannya. Toh, pernikahannya hanya sebatas di atas kertas saja. Ia pasti akan dengan senang hati apabila menceraikan Natasha.Bukan malah bermain di belakangnya seperti ini. Seolah seperti membalas perbuatannya yang masih sering kencan dengan Ariani. Aji tak dapat memaafkannya."Brengsek sekali perempuan itu. Ia ingin membalas apa yang kulakukan padanya rupanya. Aku akan menceraikannya setelah pulang dari rapat nanti," kata Aji sambil memandang lurus ke jalan.Aji sedang mengantar Ariani pulang ke rumahnya. Semenjak beberapa hari yang lalu, ia sudah rutin mengantar jemput sang kekasih dari sekolah maupun sebaliknya. Aji melakukannya atas ijin dari sang istri.Setidaknya Aji sudah berusaha menjadi suami yang baik
Natasha lalu mematikan sambungan telepon. Sambil menunggu kedatangan suaminya. Ia tak mungkin pergi dari lokasi demo. Keadaan sudah chaos di mana-mana.Natasha melihat banyak pendemo yang ingin merangsek masuk. Mereka berusaha memecah barikade aparat di depan gedung itu. Aparat berusaha tetap dalam barisan.Kawat berduri yang dipasang di depan pintu masuk mulai di acak-acak para pendemo. Mereka nampak sangat marah dengan barisan barikade polisi yang seolah seperti paku hidup itu. Upaya mereka hanya sia-sia saja.Natasha masih melihat kekacauan yang sedang terjadi. Rasanya ia sangat ketakutan terjebak di antara situasi rusuh tersebut. Menyesali sikapnya yang memilih jalur sepi. Malah membuat dirinya ketakutan bersama dua muridnya.Kanya masih diam sambil memandangi keadaan yang kacau balau. Sedangkan Dinda sejak tadi memeluk Natasha yang sedang memegangi tisu untuk menghentikan pendarahan. Tak ada yang dapat dilakukan oleh ketiganya. Mereka hanya dapat menanti bantuan datang."Bu, Dind
Natasha baru saja selesai makan siang bersama Pras dan dua muridnya itu. Mereka makan siang ditraktir Pras di sebuah restoran cepat saji.Dinda dan Kanya pun senang dengan apa yang baru saja terjadi. Sehabis menang keduanya malah ditraktir oleh juri yang tadi mengkurasi naskah keduanya."Om, makasih sudah diajak makan siang. Terus kami dibayari juga," ujar Kanya sambil tersenyum. Ia lalu mengambil es krimnya yang diletakkan di atas meja."Iya, Om. Makasih ya, Om," Dinda menambahi. Tangannya masih sibuk memisahkan tulang ayam dari dagingnya.Pras tersenyum dengan apa yang dilakukan dua murid SMP itu. "Iya, sama-sama," ucap Pras.Ia lalu menggosok-gosok puncak kepala Dinda dan Kanya secara bergantian. Senang sekali sudah bertemu dengan dua anak yang menurutnya sangat menarik tersebut."Kalau gitu kalian lanjutin makannya ya. Om ada janji lagi setelah ini," ujar Pras sambil tersenyum ke arah Dinda dan Kanya.Dua murid itu hanya mengangguk dengan ucapan Pras. Mereka lalu sibuk lagi dengan
"Bu Nata sama pacarnya ke sini ya?" Dinda langsung bertanya ketika melihat Pras di sebelah gurunya.Pras hanya tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dua anak didik Natasha membuatnya sedikit geli. Namun, ia tak mungkin secara terang-terangan berkata jujur."Enggak dong. Ini temannya, Bu Nata. Kenalin ini Om Pras," kata Natasha menahan semburat merah yang akan muncul di pipinya. Jika tak dapat menahan diri pipinya pasti akan seperti kepoting rebus."Iya, kenalin namaku Pras," ujar Pras sambil mengulurkan tangannya. Ia berusaha untuk tetap profesional di hadapan murid sekolah Natasha itu.Dinda dan Kanya pun mengangguk. Keduanya secara bergantian balik memperkenalkan diri masing-masing. Mereka menyambut uluran tangan Pras. Secara tidak sadar kedua murid Natasha itu langsung akrab dengan Pras.Mereka langsung banyak bercerita kepada lelaki yang usianya sepadanan dengan Natasha tersebut. Sambil sesekali Pras melemparkan candaannya. Hingga membuat dua muridnya itu merasa senang be
Tanpa sengaja Natasha menabrak seseorang saat berjalan menghampiri kedua muridnya. Ia berjalan menuju luar pendopo.Dinda dan Kanya baru saja turun usai mengambil hadiah. Mereka akhirnya bisa membawa pulang piala itu ke sekolah. Mengalahkan dominasi sekolah Aji dan Ariana yang bertengger di peringkat kedua.Natasha senang bukan main, kedua anak didiknya berhasil mendapatkan juara pertama pada lomba kepenulisan di pendopo balaikota. Rasanya senang sekali bisa bermanfaat untuk orang lain.Natasha berjalan keluar untuk mencari kedua muridnya. Sebab belakang panggung berada di luar pendopo. Ia harus memutar arah untuk dapat menemukan dua anak didiknya itu.Rasanya ada sedikit rasa bangga di dalam dirinya. Natasha berjalan sambil tersenyum sendiri. Pencapaiannya sudah sangat bagus hari ini. Natasha tanpa sadar berjalan tidak melihat ke kiri ataupun kanan. Sontak hal itu membuatnya menabrak orang lain di hadapannya.Natasha hampir jatuh terjerembab. Namun, ia merasa ada yang menariknya. Se
Natasha menjadi tidak dapat mengontrol perasaannya saat tiba giliran sekolah Aji. Dua peserta didik dari sekolah sang suami maju ke depan. Tak ada suara apapun dari bangku penonton.Semua yang datang tak sabar melihat penampilan murid itu. Penampilan dari sekolah yang menyabet piala itu secara beruntun. Sungguh pemandangan yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata.Dewan juri lalu mengetuk mikrofon dengan perlahan. Membuat jantung siapa saja berhenti berdetak. Meskipun hanya lomba seremonial tiap tahun, namun terasa berbeda di setiap tahunnya. Awalnya hanya lomba menulis cerita pendek, tapi tahun ini diganti menjadi lomba membuat berita. Sama-sama masuk dalam lomba kepenulisan.Pras mendekatkan mikrofon di depan mulutnya. Dinaikkannya sedikit letak kaca matanya. Ia bersiap untuk memberikan pertanyaan kepada peserta lomba."Saya senang dengan tema lomba ini. Meskipun masih jarang digunakan, mengenai penggunaan teknologi seperti media sosial memang dapat berdampak buruk bagi anak-anak
Natasha memarkirkan motornya di parkiran balaikota. Hari ini muridnya akan melakukan presentasi atas karya yang sudah keduanya buat tempo hari.Natasha kini sudah berangkat lagi dengan motornya. Sebab Aji sudah menjemput Ariani pergi dan pulang lagi. Aji sudah meminta ijin kepadanya. Dan ia mengiyakannya. Natasha mengingat bagaimana suaminya meminta ijin kepadanya. Setelah Aji bercerita bahwa Ariani masih sering mengajaknya pergi keluar. Dan Aji merasa tak enak hati jika Natasha harus sering pulang pergi sendiri karena hal itu."Mas, tadi malam pergi kemana sama Ariani?" Natasha bertanya saat sarapan beberapa waktu lalu.Aji tengah mengunyah roti bakar rasa coklat kejunya. Ia lalu menghentikan kegiatannya. Kemudian menatap sang istri dengan membisu."Udah, Mas cerita aja nggak papa. Aku juga enggak akan ngapa-ngapain kok. Atau cemburu mungkin. Aku cuma penasaran aja," ujar Natasha mencoba meyakinkan suaminya. Aji yang ditanyai hal itu nampak berpikir. Ia mencoba merangkai kata-kata
Ariani menggandeng tangan Aji dengan mesra. Aji sudah membayar komik yang dibeli keduanya. Kini mereka berjalan menuju parkiran mobil. Ariani sejak turun sampai ke dalam mobil terus menempel ditubuh Aji. Ia senang dapat pergi bersama sang kekasih. Meskipun hanya pergi sebentar.Aji pun membuka pintu mobil untuk Ariani. Ariani pun masuk bak permaisuri yang habis diajak kencan sang raja. Ia masuk dengan perlahan ke dalam mobil Aji. Aji pun menutup kembali pintu mobilnya, begitu melihat Ariani sudah nyaman di tempat duduknya.Aji kini sudah dapat melihat dengan jelas. Kaca matanya sudah diganti dengan yang baru. Meskipun ia agak tidak percaya diri dengan kaca mata yang dipilihkan oleh Ariani. Aji tetap memakainya. Tak ada salahnya ia mencoba model kaca mata baru.Aji pun menyetir mobilnya perlahan dari mall itu. Keduanya sudah pergi cukup lama sejak pulang dari sekolah. Malam pun semakin pekat. Aji yang akan mengantar Ariani ke apartemennya. Gadis itu tak dibiarkan olehnya pergi sendir