Share

Part 6

Penulis: Ammanya.L
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-23 12:23:07

Gerald melirik asistennya dengan sebelah alis terangkat. Pria yang mengenakan setelan resmi dengan wajah datar itu balik memandang Gerald dengan gelengan kepala samar sebelum keduanya melirik ke arah pintu bersamaan dengan desisan yang terdengar kasar di telinga mereka saat gadis yang baru masuk itu berkata, "Apa kau masih belum bisa membedakan mana majikanmu dan mana yang bukan?” yang membuat Gerald semakin bertanya-tanya.

“A-Ariana ?” Cicit Nyonya Juliarty seraya bangkit berdiri dari duduknya. Wanita menjelang pertengahan abad itu memandang gadis yang baru saja masuk dengan tatapan tak percaya sebelum melirik ke arah Gerald dengan tatapan takutnya.

‘Ariana ?’ Ulang Gerald dalam hati. Ia melirik si gadis yang melangkah masuk dengan gerak angkuhnya dengan tatapan tertarik. Kemiripan wajah gadis itu dengan calon istri Gerald bernilai sembilan puluh lima persen karena lima persennya habis untuk gaya make-up dan juga tata rambut yang jelas berbeda dengan Karenina yang ia lihat terakhir kali.

Dan kapan terakhir kali itu? Seminggu atau dua minggu yang lalu? Tanya Gerald pada dirinya sendiri karena jujur ia sendiri lupa kapan ia bertemu dengan calon istrinya itu. Dan bisa saja dalam kurun waktu yang singkat itu calon istrinya merubah penampilannya yang biasanya terlihat anggun dan feminim menjadi kasual seperti gadis yang berdiri di hadapannya.

Tapi jika itu gadis yang sama, tidak mungkin Nyonya Juliarty menyebutnya dengan nama yang berbeda bukan?

Gerald memperhatikan Nyonya Juliarty mendekati si gadis dengan kedua tangan terentang di kedua sisi tubuhnya seolah hendak memeluk. Namun saat jarak mereka berkisar dua langkah, si gadis yang mengenakan kemeja pas badan dengan lengan kemeja yang dilipat sampai ke bawah siku dan celana skinny jeans itu bergerak mundur dengan terang-terangan menghindar. Bahkan wajahnya sama sekali tidak segan menunjukkan sorot tak suka.

“Aku datang kemari bukan untuk beramah-tamah.” Ucapnya datar yang membuat Gerald mengambil kesimpulan kalau hubungan kedua orang itu sama sekali tidak baik-baik saja.

Tidak ada senyum manis di wajahnya, tidak seperti ekspresi yang biasa Karenina tunjukkan. Bahkan tidak ada kesan ramah sama sekali.

Wajah yang mirip, bentuk tubuh yang mirip, namun begitu berbeda. Sangat berbeda. Batin Gerald. Bahkan cara berpakaiannya pun jelas sangat berbeda.

Karenina yang Gerald kenal seringkali mengenakan dress dan hanya sesekali mengenakan celana. Tapi Karenina di depannya kini tampak nyaman mengenakan jeans panjang ketat yang membungkus kaki dan pinggul rampingnya. Dan kemeja pas badan berbahan transparan berwarna putih yang membungkus tangtop dengan warna senada itu justru membuat orang ingin menerawangi isi dibalik pakaiannya. Dan hal mencolok lainnya yang membedakan Karenina dengan gadis di hadapannya adalah rambut.

Ya, rambut. Gerald mengernyitkan dahi. Terakhir kali melihat rambut Karenina, rambut gadis itu sebatas pinggang dan di cat warna coklat. Sementara gadis di hadapannya memiliki rambut hitam legam yang sedikit lebih pendek dari Karenina. Jadi, siapa sebenarnya Ariana ini?

“Aku datang kemari untuk menyerahkan ini.” Gadis itu  meletakkan sebuah amplop berwarna coklat di atas meja kaca yang berada di depan sofa dengan tak acuh. “Dan ini.” Gadis itu mengeluarkan satu buah amplop berwarna putih yang ukurannya sedikit panjang dan juga meletakkannya di atas meja. “Ayah memintaku untuk menyerahkan ini pada Karenina. Hadiah pernikahan.” Ujarnya seraya kembali menegakkan badan.

“A-apa ini?” Tanya Nyonya Juliarty dengan terbata yang dihadiahi si gadis dengan sorot mencemooh.

“Jelas ini sesuatu yang Anda dan putri Anda inginkan.” Jawab Ariana dengan nada datarnya. “Jangan berpura-pura tidak tahu karena dia sudah meminta ini jauh-jauh hari.” Lanjutnya dengan dingin. “Dan ya, ayah mendoakan semoga Karenina bahagia.” Lanjutnya dengan senyum manis yang dibuat-buat. Ariana memandang sekeliling ruangan dan memperhatikan orang-orang yang berada di ruang kerja itu.

Ia tidak pernah melihat pria paruh baya yang kini duduk di sofa single yang kini menatapnya dengan sorot dingin. Namun Ariana bisa menyimpulkan kalau pria itu adalah ‘Papi’nya Ariana. Tuan Hanenda Wiryawan.

Sementara pria lain yang duduk di sofa single yang berseberangan dengan Tuan Hanenda, Ariana pernah melihat wajahnya dari foto yang diberikan oleh saudara kembarnya. Dia adalah Gerald Zeroun, calon suami adik tirinya. Si pebisnis muda nan kaya raya yang selalu menjadi pujaan Karenina. Sementara pria yang berdiri tegap dibelakangnya, Ariana duga itu adalah asistennya.

“Dimana Karenina?” Mau tak mau pertanyaan itu meluncur dari mulutnya. Ia kembali mengalihkan perhatiannya pada Nyonya Juliarty. “Meskipun tidak berharap, setidaknya aku ingin mendengar ucapan terimakasihnya untuk ayahku.” Lanjutnya dengan nada mengejek yang membuat wajah Nyonya Juliarty kembali memucat.

Karena tidak ada yang meresponnya, Ariana memilih untuk mengedikkan bahu dengan ekspresi tak acuh. Memangnya apa yang dia harapkan dari orang-orang ini? Decihnya dalam hati.

“Baiklah, urusanku disini sudah selesai. Jadi, aku pamit.” Ariana memberikan senyum manisnya dan berniat untuk pergi, namun secara mengejutkan tangan Nyonya Juliarty menahannya dan mencengkeramnya erat.

“Tunggu.” Ucap wanita itu dengan lirih.

Ariana memandang wanita paruh baya di hadapannya dan juga jemari halusnya yang mencengkeramnya erat.

“Jangan sentuh aku.” Geram Ariana kasar seraya menepis tangan Nyonya Juliarty.

"Ma-maaf, itu.." Wanita itu tidak melanjutkan ucapannya. Sejenak wanita itu melirik orang-orang yang ada di ruangan sebelum kembali mengalihkan perhatiannya pada Ariana. "Tolong, Ariana. Mama perlu bantuanmu." Ucap wanita itu dengan sorot memohon.

“Lagi?” Decih Ariana kesal. Jelas ia tidak mau lagi direpotkan oleh keluarga yang tidak tahu terima kasih itu.

"Ka-Karenina menghilang." Ucap Nyonya Juliarty yang membuat Ariana balik memandangnya dengan sebelah alis terangkat.

“Menghilang? Di hari pernikahannya?” Tanya Ariana terdengar mengejek. “Kurasa dia sudah gila.” Lanjutnya sambil terkekeh yang membuat perhatian Gerald semakin tak teralihkan. Suara gadis itu sama dengan Karenina, namun terdengar lebih merdu di telinganya.

Nyonya Juliarty memandang Gerald dengan sorot panik dan hal itu juga membuat Ariana turut memandang si calon pengantin pria yang sejak tadi hanya menjadi penonton saja.

“Tolong, bantu aku.” Nyonya Juliarty kembali memohon, mengabaikan ejekan yang tadi dikeluarkan oleh putri sulungnya.

“Membantu apa? Menghilangkan dekorasi yang belum jadi itu?” Tanyanya mengedikkan kepala ke arah jendela dimana orang-orang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Gerald berusaha menahan senyumnya akan sikap ketus si gadis. Dalam hati dia benar-benar tertarik pada gadis itu. Bahkan sikap nyinyirnya membuat Gerald ingin membungkam bibir tipis itu dengan ciuman yang kuat dan…

“Tidak. Bukan itu.” Jawab Nyonya Juliarty yang jelas tampak kebingungan. “Aku..” Wanita itu sepertinya sedang mempertimbangkan kalimat yang tepat untuk diucapkan. “Bisakah kau menggantikan Karenina di pelaminan besok?” Tanyanya dengan nada yang semakin melirih di akhir kalimat.

“Aku apa?” Ariana bertanya dengan nada lebih tinggi dan kedua alis yang bertaut antara marah dan tak percaya. “Jangan gila, Nyonya. Sudah cukup Anda mempermainkan pernikahan Anda sendiri. Bagaimana bisa Anda juga mempermainkan pernikahan putri Anda.” Ucapnya dengan nada mengejek. Ia kembali berbalik dan hendak pergi namun lagi-lagi Nyonya Juliarty menahan tangannya yang kembali ditepis gadis itu kasar sehingga kini, tubuh Nyonya Juliarty jatuh menyentuh lantai dengan suara yang cukup keras.

Ariana berbalik. Selama beberapa saat Gerald melihat kecemasan dan kepedulian di tatapan gadis itu. Namun detik selanjutnya gadis itu kembali mengeraskan wajahnya dan memilih untuk tak ambil peduli.

“Jangan gila.” Ucap Ariana kesal. “Jangankan menggantikannya di pelaminan, dia sakit dan membutuhkan donor ginjalpun takkan pernah akan kukabulkan.” Ucap Ariana yang kembali berbalik menuju pintu. Namun kali ini langkah gadis itu terhenti karena seorang wanita lanjut usia menghalangi jalannya. Ariana memutar bola matanya karena kesal. “Apalagi sekarang?” Tanyanya tanpa sedikitpun berusaha menyembunyikan rasa tak sukanya.

“Bukankah selama ini kau dan Karenina berkomunikasi?” Tanya Nyonya Mahiswara, ibu dari Nyonya Juliarty dan juga nenek Ariana. “Kau pasti tahu dimana keberadaannya sekarang.”

“Tuduhan apalagi ini?” Tanya Ariana dengan nada bosannya. “Berkomunikasi seperti apa yang Anda maksud, Nyonya? Semacam saling mengirimkan pesan atau saling bicara lewat telepon, begitu?" Tanya Ariana dengan senyum mengejek yang dijawab tatapan datar sang nenek. "Jangan bodoh. Memangnya Anda pikir dia mau melakukan hal itu dengan orang rendahan sepertiku?”

“Jangan berbohong, Ariana. Kau saudara kembarnya. Kau kakaknya. Walau bagaimanapun dia pasti menghubungimu. Bahkan saat dia baru kembali kesini, orang yang dia cari adalah kamu.” Jawab wanita lanjut usia itu yang membuat Ariana kembali mendengus tak anggun.

“Apakah Anda bertanya apa alasannya menemuiku?” tanyanya dengan nada menantang. “Sepertinya tidak.” Gadis itu menjawab pertanyaannya sendiri. “Dan saya tahu kalau otak Anda belum terlalu tumpul untuk menyadari kalau cucu Anda tidak serendah hati itu untuk mendatangi saudara kembarnya dengan alasan rindu.” Lanjutnya dengan senyum di wajahnya. “Jadi berhentilah bicara hal-hal konyol dan memanipulasi keadaan karena aku bukan gadis berusia sebelas tahun yang bisa kau bodohi.” Ucapnya dan ia mencoba memiringkan tubuhnya untuk bisa keluar dari ruangan itu tanpa menyentuh tubuh Nyonya Mahiswara.

“Kalau kau tidak tahu dimana dia sekarang, bukankah seharusnya kau merasa khawatir padanya?” Wanita tua itu masih mencoba untuk menghentikan langkah Ariana.

“Haruskah?" Tanya Ariana dengan ekspresi menantang. “Saya rasa tidak perlu. Sudah cukup banyak orang yang mengkhawatirkan dia.” Ucap Ariana seraya kembali memandang berkeliling. “Ada Anda, putri Anda, menantu Anda dan juga calon cucu menantu Anda. Jadi tidak perlu menambahkanku dalam daftar orang yang mencemaskan Karenina. Aku tidak sebaik itu untuk peduli pada orang asing.” Lanjutnya yang membuat Nyonya Mahiswara memandangnya tajam.

“Berapa yang kau minta supaya kau mau menggantikan posisi adikmu besok?” Pertanyaan itu keluar dari pria paling tua di ruangan itu.

Gerald melirik sang tuan rumah yang kini menatap Ariana dengan penuh perhatian sebelum kembali menatap Ariana yang kini tampak menarik napas panjang dan berusaha untuk menekan amarahnya dan terus  bersikap sabar. Sudut mulut Gerald terangkat. Jelas dia sangat suka cara Ariana menanggapi semua tekanan yang memuakkan ini.

"Berhenti menguji kesabaranku.” Desis Ariana dengan tatapan tajam mengarah pada Tuan Hanenda Wiryawan. “Kalian pikir aku ini apa? Pemain cadangan?” Tanyanya dan sekilas ia menatap Gerald yang sejak tadi hanya diam saja.

Bukankah mereka sedang membahas pernikahan pria itu, tapi kenapa pria itu tampak biasa saja saat mendengar calon istrinya menghilang, begitu juga saat keluarga si mempelai wanita dengan mudahnya meminta orang lain untuk menggantikkan calon istrinya di pelaminan? Namun semua pertanyaan itu Ariana simpan di kepalanya.

“Aku bukan boneka kalian. Jadi jangan libatkan aku pada apapun permainan yang sedang kalian mainkan."

"Ini bukan kegilaan. Dan ini bukan permainan. Ini sebuah solusi." Jawab Nyonya Mahiswara lagi dengan ekspresi dinginnya.

Ariana mendengus seraya menggelengkan kepala, namun gadis itu sama sekali tidak memberikan komentar apapun atas ucapan sang nenek.

"Aku tahu kamu menyayangi Karenina meskipun kamu enggan mengakuinya." Nyonya Mahiswara masih berusaha memanipulasi pikiran Ariana dan berusaha membuat Ariana berubah pikiran. Tapi Ariana justru malah menunjukan ekspresi seperti orang yang menahan tawa.

"Apa Anda sedang berusaha menjadi seorang pembaca pikiran, Nyonya?" Tantang Ariana dingin.

"Kalau kamu tidak menyayanginya, kamu pasti sudah mengusirnya sejak hari pertama dia datang menemuimu."

"Berhentilah bicara omong kosong seolah Anda mengenal saya, Nyonya Mahiswara.” Ucap Ariana dingin yang jelas membuat wanita lanjut usia itu tertegun. “Ingatlah bahwa aku bukan Karenina yang bisa dengan mudah Anda kendalikan atau Anda pengaruhi.

“Meskipun tidak sekelas dengan Anda, tapi saya juga seorang pebisnis. Di mata saya, Karenina tak ada bedanya dengan pelanggan lain yang saya perbolehkan untuk singgah dan pergi jika mereka ingin.” Ucapnya dengan nada dingin yang membuat Gerald menatapnya semakin lekat. “Kalau Anda lupa, cucu Anda itu adalah orang kesepian yang tidak memiliki teman. Jadi saya berbaik hati membuka pintu tempat saya untuknya. Lagipula, dia datang sebagai konsumen dan konsumen adalah raja. Bukan begitu?" Jawab Ariana datar.

"Kalau begitu, tetaplah jadi pelayannya. Gantikan dia di pelaminan sebagaimana seorang pelayan yang setia melayani rajanya." Ucap Nyonya Mahiswara lagi.

Ariana memandang Nyonya Mahiswara dengan mata membola, lalu tawa histerisnya membahana. "Pelajarilah lagi bagaimana caranya meminta bantuan, Nyonya. Setidaknya, tunjukkan sedikit kerendahan hatimu jika kau memang butuh.”

"Tidak. Kami tidak meminta bantuan. Kita sedang bernegosiasi.” Ucap wanita lanjut usia itu, tetap tak ingin kalah oleh Ariana.

Ariana mencibir. “Negosiasi.” Ulangnya seraya menatap Nyonya Juliarty, Gerald , Tuan Hanenda dan berakhir pada Nyonya Mahiswara. “Jadi, keuntungan apa yang kudapat?” Tanyanya menantang.

“Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa.” Jawab Nyonya Mahiswara datar. “Anggap saja bantuanmu ini sebagai tanda bakti untuk ibumu yang sudah melahirkanmu.”

“Bakti?” Tanya Ariana dengan senyum mengejek. “Ini sungguh tidak adil. Kenapa aku harus berbakti pada wanita yang ingin menggugurkanku?” Tanyanya pada Nyonya Mahiswara yang seketika memucat di tempatnya. “Kalian juga tidak mengurus dan membesarkanku, jadi kenapa aku harus berbakti?” Tanyanya dengan gelengan kepala dan ekspresi wajah mengejek.

“Aku tidak tahu kerjasama apa yang kalian para orang kaya lakukan. Yang jelas aku tidak mau terlibat. Terjadi atau gagalnya pernikahan Karenina, yang dipermalukan itu kalian. Bukan aku.

“Aku sudah cukup direpotkan dengan permintaan kalian pada ayahku, jangan repotkan aku dengan urusan yang lain.

“Lagipula, Nyonya Mahiswara. Coba Anda ingat baik-baik karena sepengetahuan saya dan dari saksi hidup yang sudah bercerita, Anda dan juga putri Anda tidak pernah menginginkan kelahiran saya dan juga Karenina." Ariana memandang neneknya yang kini menatapnya dengan wajah memucat. "Dan jika saja kalian tidak butuh pancingan untuk menghadirkan keturunan baru," Ariana memandang ibunya dan juga suami baru ibunya dengan ekspresi datar. "sampai matipun tampaknya kami tidak akan pernah mengetahui kalau kami masih memiliki seorang ibu." Tidak ada jawaban dari ketiganya. Ketiga orangtua yang ada di ruangan itu hanya memandang Ariana dengan wajah yang memucat secara tiba-tiba.

"Dan berterima kasih padanya atas apa?" Ariana kembali memandang Nyonya mahiswara. "Berbakti untuk apa? Kenapa aku harus berbakti pada wanita yang meskipun sudah melahirkanku tapi dia tidak pernah sekalipun menyusui, mengurus dan bahkan tidak mencintaiku?

"Kenapa aku harus merasa berutang budi sementara dia tidak pernah kesusahan karenaku?

"Bukan urusanku kalau saat ini kalian dalam keadaan terdesak. Kenapa aku harus membantu kalian sementara selama ini aku tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari kalian?

"Aku bahkan tidak pernah menikmati apapun yang kalian dapatkan, jadi kenapa sekarang aku harus menjadi orang yang menanggung kerugian?" Tanyanya dengan gigi terkatup, berusaha untuk tidak berkata dengan suara yang lantang akibat amarahnya yang hampir meledak. 

Pada akhirnya Ariana harus mengalah dan memandang pada pria yang sejak tadi tak ingin dilihatnya.

Sejak tadi Ariana menolak melihat pria itu bukan karena pria itu jelek. Jelas semua wanita muda yang melihatnya akan mengatakan pria itu tampan dan berkarisma. Sejujurnya, jauh dalam hatinya Ariana ingin mengatakan kalau Karenina beruntung bisa mendapatkannya. Tapi bukan itu yang mengganggunya.

Yang membuat Ariana enggan memandang pria itu karena tatapan tajam pria itu entah mengapa membuat Ariana merasakan sensasi yang aneh di tubuhnya.

Tatapannya memancarkan hawa panas yang membuat sekujur tubuh Ariana meremang. Ariana bahkan merasakan payudaranya tiba-tiba mengencang dan panas. Ia juga merasakan desiran aneh di seluruh tubuhnya yang berakhir pada satu titik yaitu daerah sensitifnya yang herannya tiba-tiba terasa bengkak, panas, berdenyut dan basah.

Cara pria itu menatapnya. Cara telunjuk pria itu mengusap bibirnya membuat Ariana tidak bisa mengendalikan pikirannya.

"Anda calon suami Karenina, kan?" Ariana berusaha untuk bicara dengan nada senormal dan sewajar mungkin.

Ia mengabaikan tatapan pria itu yang kini tampak menilainya dari atas ke bawah dan berhenti di payudaranya. Tatapan yang membuat Ariana merasa sekujur tubuhnya tengah diraba oleh tangan besarnya. Ariana merasa napasnya mulai terengah padahal dia sedang tidak melakukan aktifitas apa-apa. 'ini karena kau sedang emosi, Ariana.' Gumamnya pada diri sendiri.

"Anda sudah tahu kalau dia menghilang tepat sebelum pernikahan terjadi. Bukankah itu sama saja dengan dia sedang menghina Anda? Jadi kenapa Anda masih ada disini? Apa Anda tidak bisa mendapatkan wanita lain sehingga Anda harus memohon dan menunggu sampai Karenina kembali?" Tanyanya yang membuat Gerald tercengang.

"Ariana !" Pekik Nyonya Juliarty panik.

"Aku akan membayarmu, berapapun kau mau asal kau mau menggantikan posisi Karenina di pelaminan besok." Suara itu lagi-lagi keluar dari mulut Tuan Rumah yang sejak tadi memilih untuk diam saja.

Ariana menghembuskan napas panjang dengan kasar. Berusaha mengalihkan pikirannya dan juga debar jantungnya yang mengencang efek tatapan pria itu padanya. Bersyukur dalam hati karena ayah tiri adiknya itu berhasil mengalihkan perhatiannya. Tampaknya keluarga baru adiknya itu tidak pantang menyerah.

"Berapa yang Anda bisa bayar?" Tanyanya dengan senyum manis menantang.

"Berapapun yang kamu mau. Atau apapun yang kamu minta." Jawabnya dengan percaya diri. Sebuah senyuman terukir di wajahnya.

"Apapun?" Tantang Ariana masih dengan senyum manisnya.

Pria tua itu mengangguk dengan mata berbinar. Merasa yakin kalau Ariana akan menerima tawarannya. Tentu saja, mana ada manusia di dunia ini yang menolak uang. Bukan begitu?

"Apapun." Jawabnya yakin.

Ariana tersenyum, memandang ibunya dengan tatapan mengejek. "Bagaimana jika aku meminta jantung anak Anda sebagai bayaran untuk menggantikan Karenina di pelaminan?" Tanya Ariana yang membuat dahi pria itu berkerut dalam. "Kenapa? Anda tidak bisa memberikannya? Bukankah Anda mengatakan kalau Anda bersedia memberikan 'apapun'?"

"Ariana..." Lirih Nyonya Juliarty mentapnya tak percaya.

"Untuk berperan sebagai Karenina, itu jelas tidak mudah. Wajah kami memang sama, tapi aku dan dia jelas berbeda. Bukan begitu, Nyonya?" Ariana memandang Nyonya Mahiswara dengan senyum mengejek. "Menjadi dirinya, itu sama saja aku harus bersiap terkena serangan jantung kapan saja. Karena siapa yang tahu, seseorang mengenali kami dan kemudian aku shock dan..." Ariana meremas jantungnya tanpa melanjutkan ucapannya.

Ariana menatap ibunya dengan tatapan penuh arti. Dan dari respon ibunya, tampaknya wanita itu tahu maksud ucapan Ariana yang orang lain pasti anggap ucapan biasa saja.

"Saya tidak butuh uang Anda, Tuan Hanenda Wiryawan." Ariana kembali menatap suami ibunya. "Saya bukan lagi gadis miskin yang istri Anda telantarkan dulu. Ayah saya juga bukan pengangguran tak berguna. Jadi, jika Anda menawarkan uang untuk saya, itu sudah tidak ada artinya.

"Dan bahkan jika saat ini saya masih miskin pun. Saya tidak akan menerima sepeserpun uang yang Anda berikan." Ariana menatap Nyonya Mahiswara, Nyonya Juliarty dan juga Tuan Hanenda bergiliran sebelum mengakhiri tatapanna pada Gerald. Dan entah kenapa, jantungnya yang tadi sudah mulai tenang kini berdebar dengan kencang lagi hanya karena diberi tatapan tajam pria itu.

Bukan tatapan marah, bukan juga tatapan mengejek, melainkan tatapan penuh gairah yang tersampaikan secara langsung ke tubuh Ariana.

Sial! Bagaimana bisa area intimnya berdenyut begitu kencang hanya karena melihat jari tangan Gerald ? Ariana tidak mengerti dan jelas ini baru pertama kali terjadi dan dia sangat tidak menyukai itu.

'Ingatlah, dia calon suami adikmu. Tidak pantas kau membayangkan hal tidak senonoh dengannya.' Perintah Ariana dalam hati.

"Kalau saya jadi Anda, saya akan mencari wanita lain untuk dinikahi. Toh diluar sana masih banyak wanita lajang yang jauh lebih baik dan lebih menarik daripada Karenina." Ucapnya dan setelah mengatakan kalimat itu, gadis itu berlalu pergi begitu saja. Membiarkan Gerald terduduk di tempatnya dan menikmati punggung gadis itu dan goyangan pinggulnya yang membuatnya bergairah seketika.

Ya, bukan hanya Ariana yang terpengaruh oleh Gerald. Hal itu pun terjadi sebaliknya. Sejak saat gadis itu masuk ke dalam ruangan. Sejak saat Gerald menyadari kalau gadis yang memiliki wajah yang sama dengan tunangannya itu bukanlah tunangannya yang sebenarnya. Gerald sudah benar-benar terangsang.

Dari segi fisik, tidak ada yang berbeda antara Karenina dan Ariana. Keduanya sama-sama berkulit putih, berparas cantik dan memiliki bentuk tubuh yang berlekuk di tempat yang tepat.

Jenis pakaian, gaya make-up dan gaya rambut tentu bisa berubah mengikuti mood. Namun perbedaan yang jelas dari Ariana dan Karenina adalah sikap dan auranya. 

Sikap dan pembawaan Ariana jelas lebih tegas dibandingkan Karenina. 

Ariana tipe gadis yang tahu apa yang diinginkannya dan tahu apa yang harus dilakukannya. Dia tipe gadis yang berani mengambil sikap tidak peduli pada siapapun lawannya. Berbeda dengan Karenina yang selalunya mengalah dan menurut. Meskipun Gerald sendiri tidak menyangka kalau gadis itu berani melarikan diri menjelang hari pernikahan mereka yang Gerald anggap merupakan pembangkangan terbesar gadis itu selama hidupnya. 

Dan aura Ariana ? Gadis itu memiliki aura yang membuat Gerald terpesona.

Gerald tidak lagi peduli akan pernikahannya dan Karenina. Ia tidak peduli dengan apapun perjanjian yang ia miliki dengan keluarga Wiryawan. Setidak peduli ia pada drama yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai wanitanya. Yang ada dalam kepalanya saat ini adalah, dia harus melakukan apapun untuk membuat Ariana menjadi miliknya dan membuat apa yang ada di dalam kepalanya menjadi kenyataan.  

Bab terkait

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 7

    “Jadi, tanpa aku tahu ternyata calon istriku memiliki seorang kembaran?” Tanya Gerald setelah Ariana hilang dari pandangannya.Senyum di wajahnya ditanggapi dengan ekspresi pucat di wajah tiga orang yang berusia jauh lebih tua daripadanya. Meskipun demikian, Nyonya Mahiswara tampaknya memiliki pengendalian diri yang lebih baik jika dibandingkan dengan putri dan menantunya.“Pertanyaannya, jika aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, apakah kalian akan menjebakku dengan menggantikan pengantinku tanpa sepengetahuanku?” Tanyanya dengan nada santai dan tatapannya terarah pada Nyonya Juliarty yang seketika itu juga tampak membeku karena gugup.“Ti-tidak seperti itu.” Jawab Nyonya Juliarty lirih.“Putriku hanya mencari rencana cadangan.” Kalimat pembelaan itu keluar dari mulut Nyonya Mahiswara. Dan dengan demikian Gerald menjadi tahu siapa sebenarnya yang memiliki kekuasaan di rumah ini dan harus berhati-hati pada wanita tua ini.“Rencana cadangan. Menggantikan calon istriku deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 8

    Mobil pick-up nya sudah mendarat mulus di bagian belakang resto. Wendi yang menjadi pengemudi sekaligus asistennya di dapur sudah bersiap meminta bantuan karyawan lainnya untuk menurunkan bahan baku dan memasukkannya ke dapur.Resto yang dikelola Ariana memang bukan sebuah resto mewah. Tapi sistem yang digunakannya memang seperti sistem resto Lunch and Dinner seperti kebanyakan resto western lainnya. Untuk menu, bervariasi. Setiap harinya sebelum resto buka mereka selalu mengumumkan menu apa saja yang akan mereka buat hari itu. Sistem reservasi berlaku. Mereka juga menerima request menu selama ada pemberitahuan sebelumnya.Delapan orang anak buahnya sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sambil berlalu menuju tangga, Ariana menyapa mereka satu persatu. Di lantai atas, dimana kantor sekaligus ruang pribadinya berada sudah ada Lani yang sibuk dengan catatannya."Full book untuk dinner. Dan sisa empat set table untuk lunch." Ucapnya bahkan sebelum Ariana mendudukkan bokongnya di sof

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 9

    Ariana terbangun. Kepalanya pening dan tengkuknya terasa berat. Ia mencoba mengerjap namun tidak mengenali dimana ia berada.Matanya terasa sulit untuk terbuka.Ayah!Mengingat ayahnya membuat kesadaran Ariana kembali sepenuhnya. Ia tersentak dan bangun dalam sekali gerakan sehingga membuat kepalanya kembali berdenyut sakit. Suara pekikan, larangan dan suara-suara asing lainnya menggema di kepalanya.Apa dia sedang bermimpi? Tanyanya dalam hati."Anda seharusnya tidak bangun secara tiba-tiba." Ucap seseorang dengan nada panik yang membuat Ariana kembali membuka mata dan melihat seorang wanita berusia sekitar empat puluhan menatapnya dengan mimik cemas. Wajah itu jelas tidak Ara kenali."Anda siapa?" Ariana balik bertanya. Ia ingin menggosok matanya yang terasa berat. Namun tangan wanita itu menahannya."Anda tidak boleh merusak riasannya. Kalau tidak Tuan Wiryawan akan marah." Pinta wanita itu panik.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 10

    Gerald telah mengenakan setelan jas putih dengan benang-benang perak yang menghiasi kelepak jas nya. Tampak semakin gagah dengan wajah tampannya yang sudah bersih dari bulu-bulu wajah yang ia pangkas khusus untuk acara ini."Apa aku terlihat seperti pengantin pria pada umumnya?" Tanyanya pada pria berusia akhir lima puluhan yang membalas pertanyaannya dengan senyum geli."Anda tahu kalau Anda tidak sama dengan pria manapun pada umumnya." Jawab pria itu yang Gerald anggap sebagai sebuah pujian. "Mobil sudah siap, Tuan. Anda mau berangkat sekarang?" Tanya pria itu lagi yang dijawab anggukkan oleh Gerald.Gerald keluar dari kamarnya. Di ruang tengah kediamannya, sudah berdiri neneknya dan juga ibunya. Kedua wanita itu tampak berdandan dengan rapi, mengenakan pakaian mahal sekalipun tahu kalau mereka hanya akan datang ke sebuah acara yang sederhana.Ya, sederhana. Karena Gerald akan menikah secara sederhana di kediaman Wiryawan. Satu dari hal mengejutkan lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 11

    Ariana dibawa ke sebuah hotel megah—yang ia tahu merupakan milik dari keluarga Turki-Indonesia bermarga Levent—secara terpaksa.Hotel yang ia tahu merupakan tempat dimana resepsi pernikahan Gerald dan Karenina akan dilaksanakan.Seandainya ia adalah tamu pesta, mungkin ia akan menikmati seluruh kemewahan yang tersedia. Semua yang tampak di depan matanya sangatlah fantastis, se-fantastis harga yang harus Karenina dan Gerald keluarkan untuk semua kemegahan itu.Dekorasi yang super mewah dengan bunga-bunga asli menjadi penghias ruangan. Catering dengan menu beragam yang ia yakini akan enak dilidah yang mungkin dalam keadaan normal akan jadikan sebagai bahan testimoni untuk cateringnya sendiri. Dan tentu saja, souvenir ekslusif yang Ariana yakin akan membuat jiwa kaum kekurangan meronta menginginkannya.Kemewahan resepsi yang selama ini Karenina banggakan, malam itu seolah menjadi kutukan tersendiri untuk Ariana.Terbiasa mengenakan celana jeans dan at

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 12

    Ariana kembali bergelung dan memeluk gulingnya karena enggan meninggalkan rasa hangat yang menjalar di tubuhnya. Ia mengeryit tanpa membuka mata saat merasakan kakinya ditindih sesuatu.Lani? Pikirnya tanpa membuka mata.Sahabat sekaligus sepupunya itu memang selalu saja masuk ke kamarnya dan tidur bersamanya tanpa seijinnya. Namun Ariana selalu membiarkannya.Mereka selama ini memang hidup berdua dan katakanlah mereka bergantung satu sama lain karena semenjak duduk di bangku SMA mereka sudah tinggal satu rumah bersama.Anehnya, Lani tidak seperti biasa.Apa tubuh sahabatnya itu menggemuk dalam semalam? Kenapa bobotnya menjadi semakin berat? Dan apa Lani juga mengonsumsi obat penumbuh bulu? Kenapa kaki sahabatnya itu terasa kasar?Ah ya, mungkin Lani belum melakukanwaxing. Pikir Ariana lagi.Ariana mencoba menggerakkan tubuhnya. Namun bukannya bergerak menjauh, tubuh Lani malah beringsut semakin dekat. Bahkan tangan gad

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 13

    Ariana merasakan sebuah tangan hangat dan sedikit kasar terasa menyentuh perutnya. Mengusapnya dengan pelan dan bergeser naik untuk menangkup salah satu payudaranya sementara tangan yang lain terasa menyentuh bagian luar pakaian dalamnya. Ariana juga merasakan gesekan halus di ceruk lehernya diiringi dengan usapan lembut yang hangat dan kecupan. Tak sadar ia menggigit bibirnya, merasakan sensasi aneh, hangat dan menyenangkan menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih denyutan menyenangkan di area intimnya.Seseorang melepas kaitan branya dan mengecupi punggungnya, hal yang membuat Ariana geli namun tak mau menghindarinya.Apakah ia bermimpi? Kenapa mimpinya terasa senyata ini? Saat ia merasakan tangan yang mengelus bagian luar pakaian dalamnya itu bergerak dan hampir menyusup masuk, Ariana terbelalak.'Gerald !'Teriak otaknya lantang dan ia seketika merubah posisi tubuhnya menjadi terlentang yang kemudian ia sesali karena hal itu membuat Gerald mala

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 14

    Di dalam kamar mandi Ariana menepuk kedua pipinya pelan seraya memandangi penampilannya di depan cermin. Ya Tuhan apa yang baru saja ia lakukan barusan? Bercumbu? Sepertinya itu lebih dari sekedar bercumbu. Atau sebenarnya inilah yang disebut denganmake out?Padahal belum sampai 24 jam ia menjadi istri pria asing itu tapi ia sudah melakukan hal-hal mesum yang..."Aaarrrggghhhh..." Ariana meredam teriakan tertahannya. Sumpah, ia sebenarnya malu, meskipun ia tidak ingin mengakui hal itu.Pria itu mengajarkannya hal-hal yang buruk. Padahal demi Tuhan, Ariana belum pernah disentuh pria manapun sebelumnya. Lalu kenapa dia malah bersikap layaknya jalang yang mau-mau saja dicium dan diraba oleh pria asing.Oke, tidak sepenuhnya asing. Pria itu suaminya sekarang. Dan Ariana sendiri tidak melakukan hal dosa meskipun ia melakukan hal yang lebih dari itu.Tapi pria itu tetap saja orang asing. Meskipun statusnya adalah suaminya. Yang Ariana tahu t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25

Bab terbaru

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 68 - End

    "Karen, Sayang. Kamu sudah sadar?" Pertanyaan Nyonya Juliarty membuat semua orang yang ada di ruangan itu mendongakkan kepala. Tuan Toni Sadhana dan sang ibu mendekati tempat tidur Karenina sementara Gerald masih terduduk di kursinya dan tersenyum menatap sang istri yang masih menutup mata."Sayang, Karenina sudah kembali." Ucapnya berbisik pelan."Mami..." Lirih Karenina dan gadis itu menangis terisak begitu saja dalam pelukan sang ibu yang berdiri dan membungkuk susah payah menahan rasa sakitnya hanya untuk memberikan putrinya ketenangan. "Maafin Karen. Maaf." Lirihnya masih terisak."Mami maafkan kamu, Sayang. Selalu." Ucap Nyonya Juliarty menenangkan."Ana?" Karenina teringat saudara kembarnya. Ia menoleh dan melihat Ariana yang masih menutup mata. Tangan kanannya yang terpasang selang transfusi memegang tangan kiri Ariana yang terpasang infus. "Ana, kenapa kau tidak bangun?" Tanyanya lirih seraya mengguncang lengan Ariana. "Ana, bukankah Ayah menyuru

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 67

    Tempat yang luas dengan cahaya matahari yang yang sangat terang membuat Ariana mengangkat tangannya untuk menghalau cahaya yang membuatnya tak bisa melihat jelas.Dimana ini? Tanya Ariana pada dirinya sendiri. Ia berusaha untuk duduk dan melihat sabana luas tanpa ujung. Tidak ada binatang, tidak ada pohon tinggi yang membuatnya bisa berteduh."Kamu sudah bangun?" Ariana mendengar suara wanita yang sangat ia kenal dan menoleh pada Karenina yang berdiri menjulang di sampingnya mengenakan gaun putih sebatas betis. Kembarannya itu menggeraikan rambut hitam panjangnya.Ariana berdiri. Mengibaskan roknya yang ia yakini ditempeli rumput karena tadi ia sudah berbaring dan Karenina membantunya membersikan potongan-potongan yang nakal dan enggan pergi. Kini setelah sama-sama berdiri Ariana memperhatikan kalau jenis pakaian mereka sama. Gaun putih berbahan lembut dengan rok menyentuh betis dan bentuk lengan yang panjang dengan potongan dada berbentuk persegi. Ia juga melih

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 66

    Seminggu setelah Ariana dipulangkan, ia mendengar kabar baik dari Gerald kalau mereka berhasil mendapatkan pendonor yang cocok untuk ibunya. Meskipun tahu kalau keberadaannya akan membuat Karenina marah, Ariana tetap ingin menemani ibunya sebelum ibunya masuk ke ruang operasi."Apa kau tidak malu?" Tanya Karenina saat mereka sedang menunggu hasil lab akhir keputusan dokter untuk proses tranplantasi yang akan dilakukan Nyonya Juliarty."Malu kenapa?" Ariana balik bertanya. "Kau sudah merebut calon suamiku dan sekarang kau dengan terang-terangan menunjukkan kemesraanmu didepanku. Bukankah tindakanmu ini sangat jahat? Kalau kau memiliki perasaan, seharusnya kau tidak berbuat seperti ini terhadapku.""Maafkan aku, Karen. Tapi aku tidak bisa mengelak kalau suamiku ingin menyentuhku dan menunjukkan betapa dia mencintaiku. Dan kusarankan lebih baik kau berhenti mencintainya karena sampai kapanpun, bahkan jika aku matipun dia tidak akan pernah menjadi milikmu apalagi me

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 65

    "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Karenina saat melihat Ariana muncul dengan menaiki kursi roda didorong oleh Gerald di belakangnya. Tatapan gadis itu tampak marah. Wajahnya terlihat lebih lelah dibandingkan beberapa hari yang lalu saat gadis itu menemui Ariana di penthouse. Saudara kembar Ariana itu jelas tidak baik-baik saja."Dia ingin menemui ibunya, apa itu salah?" Gerald mewakili Ariana menjawab pertanyaan Karenina dengan nada yang tak kalah ketusnya. Karenina berdecih, namun tatapannya tak mengarah pada Gerald. Jelas gadis itu tak sanggup memandang Gerald secara langsung."Untuk apa? Untuk mengejek kami?" Tanya Karenina lagi pada Ariana."Aku hanya ingin melihatnya." Jawab Ariana pada saudara kembarnya namun tatapannya mengarah pada Nyonya Juliarty. "Biarkan kami bicara berdua." Itu bukan permintaan, itu perintah supaya Karenina dan Gerald meninggalkan ruangan Nyonya Juliarty."Kenapa? Mencari celah untuk membunuh ibumu sendiri?" Tuduh Karenina

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 64

    "Pergilah bekerja." Dorong Ariana pada suaminya yang kini sudah mengenakan atribut kantor lengkap."Aku masih mau liburan." Ucap Gerald manja seraya kembali memeluk Ariana yang langsung Ariana tolak."Jangan berlebihan. Ingat, anak kita dua. Kau harus bekerja ekstra keras untuk membuat mereka bisa mendapatkan pendidikan terbaik." Ucap Ariana kembali mendorong Gerald menjauh darinya."Hanya dua? Gak mau anak ketiga, keempat, kelima?" Tanya Gerald menggoda."Kamu pikir aku ini kucing?" Pekik Ariana kesal karena pertanyaan suaminya."Kucing liar yang terlalu mempesona." Ucap Gerald kembali mencoba memeluk Ariana yang membuat Ariana memekik menghindarinya. "Apa aku sudah mengatakan padamu kalau kau terlihat semakin cantik saat hamil?" Goda Gerald lagi yang membuat Ariana berdecih."Berhenti Gerald. Apa kamu gak malu dilihat Arshaq seperti ini?" Gumam Ariana seraya mengedikkan kepala ke arah dimana Arshaq tengah sarapan."Kenapa harus malu

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 63

    Ariana merasakan usapan lembut di dahinya. Ia membuka mata dan melihat Gerald yang tengah menatapnya. Ariana tidak perlu heran ataupun mempertanyakan bagaimana caranya Gerald bisa masuk ke kamar padahal semalam ia sudah yakin menguncinya. Gerald selalu memiliki banyak cara untuk melakukan hal yang tidak Ariana duga."Sudah lebih baik?" Tanya Gerald masih mengusap wajah Ariana dengan ujung jemarinya. Ariana hanya memandang wajah pria itu tanpa memberikan jawaban apapun. "Sudah pagi, waktunya sarapan." Gerald menyelipkan tangannya ke bawah leher dan lutut Ariana dan mengangkat tubuhnya dan membawanya menuju kamar mandi.Gerald tidak menurunkan Ariana, dia mendudukan Ariana di meja wastafel dan membuka keran air lalu mengusap wajah Ariana lembut dengan tangannya yang basah. Setelah selesai pria itu mengecup dahinya dan kembali menggendong tubuh Ariana membawanya keluar kamar.Ariana terkejut saat melihat Lani yang sudah duduk di meja bersama dengan Izzan."B

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 62

    Ancaman Karenina membuat Ariana tidak bisa berpikir jernih. Dia menjadi waswas dan memandang semua orang dengan curiga.Mana orang suruhan Gerald?Mana orang suruhan Mahiswara?Dan mana orang suruhan Ava?Ava? Kenapa wanita itu tidak berhenti mengusiknya? Apa yang wanita itu inginkan darinya?Ariana takut. Ya, dia takut sesuatu terjadi bukan padanya tapi pada bayi yang dikandungnya. Dan ucapan Karenina tentang penyakitnya. Ariana jelas tidak menyangka kalau kembarannya itu tahu dan lebih tidak menyangka kalau kembarannya itu berbahagia atas penyakit yang dideritanya dan bahkan menantikan kematiannya.Dan semisal hal itu terjadi, mungkinkah Ariana akan rela jika anaknya nanti dirawat oleh Karenina?Tidak.Ariana jelas harus membuat wasiat yang memastikan kalau jika kelak dia mati meninggalkan anaknya, maka dia harus memastikan Karenina, Mahiswara, Hestia, Rosaline dan bahkan Juliarty tidak boleh menyentuh bayinya sama sekali. An

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 61

    "Aku mencintai Gerald dengan segenap hatiku." Bisik gadis itu lirih."Kalau kau memang mencintainya, kenapa kau pergi sebelum hari pernikahanmu?" Tanya Ariana ingin tahu. Dan meskipun ia enggan mengakuinya, pertanyaan itu memang memenuhi benaknya selama ini."Aku tidak lari." Desis Karenina dengan kesal. "Sudah kukatakan padamu kalau aku pergi karena aku membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan semuanya kembali."Dan kenapa aku melakukannya?"Karena ada satu hal yang tidak aku katakan padamu yaitu, bahwa aku dan Gerald sudah membuat perjanjian pra nikah, dan saat aku menyadari aku tidak bisa memenuhi isi perjanjian itu, itu membuatku gundah." Ucap gadis itu dengan dingin disertai seringai sinis di wajahnya."Rencana pernikahanku dengan Gerald memang bermula karena perjanjian yang dibuat antara dia dan Papi. Karena uang." Karenina menjelaskan dengan nada santai. Gadis itu kembali menyandarkan punggungnya ke sofa dan melipat kedua lengannya di depan

  • Mempelai Pengganti Tuan Zeroun   Part 60

    Waktu kembali berlalu. Ariana yang kini mulai dikenal sebagai istri sah Gerald jelas mendapatkan perlakuan yang berbeda dari karyawan pria itu. Sekalipun sebenarnya Ariana jarang sekali memunculkan wajahnya karena kesehariannya di dominasi ruang kerjanya dan juga kediaman mereka, namun sesekali ia terpaksa mengikuti Gerald ke Zeroun Tower saat Gerald harus mengikuti rapat umum yang tak bisa dia tinggalkan. Dan saat itu terjadi mereka bersikap amat sangat sopan pada Ariana, tak seperti sikap mereka pada awalnya yang tak acuh.Ariana juga tak bisa memungkiri kalau berkat campur tangan Gerald dan Izzan, restoran mereka kini mendapatkan banyak konsumen. Bukan hanya dari kalangan menengah ke bawah seperti konsumen-konsumen sebelumnya, namun juga klien kalangan menengah keatas yang seringnya menyewa privat room saat melakukan transaksi bisnis di restorannya.Ariana juga tahu kalau sebagian dari konsumen yang datang ke restorannya bukan hanya ingin mencoba masakan yang dibuat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status