Vindreya menarik napas dan sudah membuka mulutnya, bersiap mengucapkan sesuatu, tetapi ibu Elvano lebih dulu melanjutkan kalimatnya.
“Iya, Vindreya. Tante tau kamu udah punya pacar. Vano udah cerita semua tentang kamu, termasuk tentang pacar kamu. Tapi Vindreya, kamu percaya pada yang namanya takdir dan jodoh yang telah sejak manusia lahir ke dunia udah ditetapkan oleh Tuhan, ‘kan? Jadi, jangan takut bahwa permintaan Tante ini akan misahin kamu sama pacar kamu. Kalau memang kalian berjodoh, sekuat apapun Tante minta kamu untuk menjadi milik Vano, pada akhirnya kamu tetap akan kembali pada dia yang menjadi takdir kamu. Jadi, nggak ada yang perlu dicemaskan ‘kan, Sayang?”
“Aku nggak bisa, Tante.” Akhirnya beberapa tetes air mata Vindreya berjatuhan membasahi bantal.
“Tolong Tante, Sayang. Tolong bantu Tante untuk bahagiain Vano dan tolong percayalah pada takdir Tu
Pagi itu Kenzo baru saja tiba di kelasnya. Dia terus melangkah tanpa mempedulikan tiap pasang mata yang memandang aneh ke arahnya. Dengan tatapan datarnya, Kenzo memilih untuk tidak ambil pusing hingga akhirnya dia duduk di bangkunya dan di sampingnya juga sudah ada Hansa yang lebih dulu datang.“Tumben dia sendirian,” bisik salah satu siswi.“Vindreya ke mana, ya?” tanya yang lain.“Apa jangan-jangan mereka berantem?”“Bisa jadi.”Buk!“Aaa!” teriak para siswi yang mejanya tiba-tiba dipukul oleh Dimas yang baru saja datang.“Ahahaha! Kaget, ya? Kasian deh lo. Maaf, ya. Gue sengaja.” Dimas melepas tas di punggungnya dan meletakkan di mejanya yang memang kebetulan berada di dekat meja yang baru saja dia pukul.&nbs
Waktu berjalan dengan sangat lambat. Hari baru kembali hadir dan pagi yang cerah kembali menyapa. Kenzo juga kini telah kembali berdiri di depan gerbang rumah Vindreya. Untunglah kali ini gerbangnya tidak lagi terkunci. Laki-laki itu kemudian membuka gerbang lalu masuk menuju pintu utama.Ting nung!Tak butuh waktu lama, pintu langsung dibuka oleh Freya. Wanita cantik itu tampak senang melihat kedatangan Kenzo.“Eh, Kenzo. Selamat pagi,” ucap Freya dengan ramah.“Pagi, Tante. Vindreyanya ada, Tan?” tanya Kenzo to the point.“Dia di rumahnya Elvano, Ken.”“Dia nggak pulang-pulang? Dia nginap di sana?”Freya tertawa kecil. “Ya, enggak dong, Ken. Tadi malam sekitar jam sembilan kami udah pulang. Tapi tadi pagi-pagi banget, Vindreya udah balik lagi ke ru
“Gue nggak marah sama lo. Gue bingung aja kenapa lo tiba-tiba seolah-olah menghilang tanpa jejak. Oke, gue tau lo ke mana. Gue tau apa yang lo lakuin. Gue tau ini ada hubungannya sama apa yang nyokapnya Elvano minta ke lo malam itu di rumah sakit. Gue tau semuanya tapi tetap aja gue pingin denger langsung dari mulut lo, Vin,” kata Kenzo.Kepala Vindreya semakin tertunduk. “Maaf, Ken. Gue tau gue salah. Gue … gue cuma terlalu takut liat gimana ekspresi lo saat gue ceritain semua itu, dan Elvano juga selalu maksa gue untuk selalu ada di dekatnya.”“Jangan salahin Elvano, Vin. Kalo gue ada di posisinya, mungkin gue juga bakal minta hal yang sama. Nggak peduli jika lo adalah pacar orang lain, tetap aja Elvano butuh lo ada di dekatnya di saat-saat kayak gini. Emangnya siapa yang nggak pingin selalu ada di dekat orang yang kita cintai?” Kenzo mengakhiri perkataannya dengan tawa kecil.
“Ngelukis lagi dong, El. Kalo boleh, lukis wajah gue. Hehehe. Gue bayar, kok. Asalkan, setelah itu lukisannya boleh gue bawa pulang dan pajang di kamar gue. Ingat ya, lukisannya harus indah dan menawan, tapi tetep aja nggak boleh lebih cantik dari gue,” kata salah satu siswi.“Huh! Dasar lo. Banyak banget maunya,” celetuk Dimas.“Ye! Biarin! ‘Kan gue bayar.”Elvano tersenyum kecil. “Iya, nanti gue lukis.”“Yey! Elvano baik, deh. Kalo udah nggak cinta sama Vindreya, langsung dateng ke gue aja, ya. Hehehe.”“Huuu!” sorak para siswa pada siswi tadi.“Ih, apa sih?! Sirik aja lo semua!”Tap tap tap.Samar-samar terdengar langkah kaki hingga akhirnya si pemilik langkah memasuki kelas dan
“Oh, belakang ya!” teriak Kenzo yang ingin memanas-manasi sekaligus menakut-nakuti Elvano. “Liat ke papan tulis sekarang biar gue bisa lebih gampang ngelemparnya.”Elvano lagi-lagi menghentakkan kakinya dengan kesal. “Ih, lo!”Kenzo mengambil kotak pensil Hansa dan siap melemparnya pada Elvano. “Geser bangku lo atau gue lempar sekarang?”“Argh!” kesal Elvano lalu menggeser bangkunya menjauhi Vindreya. “Nih! Udah!”Kenzo tersenyum sinis lalu mengacungkan jempolnya pada Elvano. Elvano mendengus kesal kemudian kembali fokus pada bukunya sambil terus mengumpat tak jelas.Kenzo dan Hansa saling bertatapan lalu melakukan tos tangan sambil tersenyum penuh kemenangan. Ya, tidak ada yang tahu memang bagaimana Tuhan menggariskan takdir untuk kita. Kenzo yang awalnya suka mengata-ngatai Han
“Nggak bisa! Malam ini Vindreya ada janji sama gue,” kata Kenzo.“Ah, bohong lo. Gue tau lo sengaja bilang kayak gitu biar gue nggak bisa jalan bareng Vindreya, ‘kan? Gue tau sebenarnya Vindreya nggak beneran ada janji sama lo malam ini.”Kenzo memundurkan posisi duduknya lalu bersandar sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Ya, udah kalo nggak percaya. Kalo gitu tanya aja sendiri sama Vindreya. Lo nggak mungkin nggak percaya sama dia.”“Iya, El. Yang dibilang sama Kenzo emang bener. Malam ini gue emang udah janjian sama dia,” kata Vindreya yang berpihak pada Kenzo.Elvano mendengus kesal. “Ya, udah deh. Tapi besoknya bisa ‘kan kita jalan, Vin?”Kenzo memicingkan matanya. “Lo nih sebenarnya ngerti nggak sih statusnya Vindreya? Oke, dia sahabat lo. Tapi, dia juga uda
Kenzo tertawa kecil. “Lo nggak kenal, ya? Wajar sih, Vin. Lo pasti tau kalo bokap lo punya banyak banget bawahan dan orang kepercayaan.”Vindreya kembali menjatuhkan arah bola matanya dan menatap Kenzo. “Lo bener. Terus sekarang gimana? Dengan dipenjaranya om lo, apa itu artinya bokap gue aman?”“Nggak kalo Tino Andrean itu masih berusaha lakuin cara lain untuk lenyapin bokap lo. Tapi lo tenang aja.”“Tenang?” Alis Vindreya merapat. “Jangan bilang kalo lo bakal ….”Kenzo menatap sinis. “Bakal apa? Jangan mikir yang macem-macem dulu. BTW, ini udah mulai larut. Ayo, gue anter lo pulang.”Vindreya langsung bertahan pada tangan Kenzo dengan memegangnya dengan erat. “Nggak mau. Gue mau nginep di sini.”Tak!Kenzo memukul pel
Pada deksripsi email, Kenzo menuliskan bahwa Tino Andrean adalah orang yang menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan Gavin, kemudian melampirkan identitas lengkap dari salah satu orang kepercayaan Gavin itu.Kenzo kemudian mengeluarkan sebatang kapur dari dalam saku celananya lalu melingkari beberapa sisi dari kursi dan meja kayu yang di ruangan itu.Di waktu yang sama, tetapi di tempat yang berbeda, seorang polisi membuka email yang dikirim oleh Kenzo dengan nama akun gmail yang tidak menunjukkan identitas si pengirim. Polisi itu membaca deskripsi email, mengamati lampirannya, dan menonton video serta mendengarkan rekaman suara yang dijadikan dalam satu folder.Untuk memastikan apakah itu merupakan tindakan iseng atau tidak, polisi itu langsung melacak alamat email yang baru saja mengirimkan pesan pada email polisi itu hingga didapat sebuah alamat di mana Kenzo sedang berada sekarang.&n