“Gue tadi buru-buru dan minta supir taksi untuk cepetin bawa mobilnya. Udah dicepetin, tapi gue masih minta lebih cepet lagi sampe akhirnya … akhirnya maminya Elvano ketabrak. Gue takut kalo harus naik taksi lagi, Ken. Gue takut hal yang sama bakal terulang. Gue emang ceroboh! Gue bego! Cuma karena takut kena marah pembina ekskul dance, gue sampe minta cepet-cepet tanpa mikirin keselamatan orang lain dan diri gue sendiri. Gue udah buat nyawa maminya Elvano dalam bahaya, Ken.”
Tangis Vindreya kembali pecah dan kepalanya tertunduk lagi. Punggungnya sampai tampak naik-turun dengan isakan yang terdengar jelas.
“Gue takut, Ken,” lanjut Vindreya.
Kenzo terdiam menatap pucuk kepala Vindreya yang berada sedikit di bawahnya itu. “Nyokapnya Elvano tau kalo lo ada di dalam taksi yang nabrak dia?”
Vindreya mengangguk. “Gue udah akui itu di
Vindreya menarik napas dan sudah membuka mulutnya, bersiap mengucapkan sesuatu, tetapi ibu Elvano lebih dulu melanjutkan kalimatnya.“Iya, Vindreya. Tante tau kamu udah punya pacar. Vano udah cerita semua tentang kamu, termasuk tentang pacar kamu. Tapi Vindreya, kamu percaya pada yang namanya takdir dan jodoh yang telah sejak manusia lahir ke dunia udah ditetapkan oleh Tuhan, ‘kan? Jadi, jangan takut bahwa permintaan Tante ini akan misahin kamu sama pacar kamu. Kalau memang kalian berjodoh, sekuat apapun Tante minta kamu untuk menjadi milik Vano, pada akhirnya kamu tetap akan kembali pada dia yang menjadi takdir kamu. Jadi, nggak ada yang perlu dicemaskan ‘kan, Sayang?”“Aku nggak bisa, Tante.” Akhirnya beberapa tetes air mata Vindreya berjatuhan membasahi bantal.“Tolong Tante, Sayang. Tolong bantu Tante untuk bahagiain Vano dan tolong percayalah pada takdir Tu
Pagi itu Kenzo baru saja tiba di kelasnya. Dia terus melangkah tanpa mempedulikan tiap pasang mata yang memandang aneh ke arahnya. Dengan tatapan datarnya, Kenzo memilih untuk tidak ambil pusing hingga akhirnya dia duduk di bangkunya dan di sampingnya juga sudah ada Hansa yang lebih dulu datang.“Tumben dia sendirian,” bisik salah satu siswi.“Vindreya ke mana, ya?” tanya yang lain.“Apa jangan-jangan mereka berantem?”“Bisa jadi.”Buk!“Aaa!” teriak para siswi yang mejanya tiba-tiba dipukul oleh Dimas yang baru saja datang.“Ahahaha! Kaget, ya? Kasian deh lo. Maaf, ya. Gue sengaja.” Dimas melepas tas di punggungnya dan meletakkan di mejanya yang memang kebetulan berada di dekat meja yang baru saja dia pukul.&nbs
Waktu berjalan dengan sangat lambat. Hari baru kembali hadir dan pagi yang cerah kembali menyapa. Kenzo juga kini telah kembali berdiri di depan gerbang rumah Vindreya. Untunglah kali ini gerbangnya tidak lagi terkunci. Laki-laki itu kemudian membuka gerbang lalu masuk menuju pintu utama.Ting nung!Tak butuh waktu lama, pintu langsung dibuka oleh Freya. Wanita cantik itu tampak senang melihat kedatangan Kenzo.“Eh, Kenzo. Selamat pagi,” ucap Freya dengan ramah.“Pagi, Tante. Vindreyanya ada, Tan?” tanya Kenzo to the point.“Dia di rumahnya Elvano, Ken.”“Dia nggak pulang-pulang? Dia nginap di sana?”Freya tertawa kecil. “Ya, enggak dong, Ken. Tadi malam sekitar jam sembilan kami udah pulang. Tapi tadi pagi-pagi banget, Vindreya udah balik lagi ke ru
“Gue nggak marah sama lo. Gue bingung aja kenapa lo tiba-tiba seolah-olah menghilang tanpa jejak. Oke, gue tau lo ke mana. Gue tau apa yang lo lakuin. Gue tau ini ada hubungannya sama apa yang nyokapnya Elvano minta ke lo malam itu di rumah sakit. Gue tau semuanya tapi tetap aja gue pingin denger langsung dari mulut lo, Vin,” kata Kenzo.Kepala Vindreya semakin tertunduk. “Maaf, Ken. Gue tau gue salah. Gue … gue cuma terlalu takut liat gimana ekspresi lo saat gue ceritain semua itu, dan Elvano juga selalu maksa gue untuk selalu ada di dekatnya.”“Jangan salahin Elvano, Vin. Kalo gue ada di posisinya, mungkin gue juga bakal minta hal yang sama. Nggak peduli jika lo adalah pacar orang lain, tetap aja Elvano butuh lo ada di dekatnya di saat-saat kayak gini. Emangnya siapa yang nggak pingin selalu ada di dekat orang yang kita cintai?” Kenzo mengakhiri perkataannya dengan tawa kecil.
“Ngelukis lagi dong, El. Kalo boleh, lukis wajah gue. Hehehe. Gue bayar, kok. Asalkan, setelah itu lukisannya boleh gue bawa pulang dan pajang di kamar gue. Ingat ya, lukisannya harus indah dan menawan, tapi tetep aja nggak boleh lebih cantik dari gue,” kata salah satu siswi.“Huh! Dasar lo. Banyak banget maunya,” celetuk Dimas.“Ye! Biarin! ‘Kan gue bayar.”Elvano tersenyum kecil. “Iya, nanti gue lukis.”“Yey! Elvano baik, deh. Kalo udah nggak cinta sama Vindreya, langsung dateng ke gue aja, ya. Hehehe.”“Huuu!” sorak para siswa pada siswi tadi.“Ih, apa sih?! Sirik aja lo semua!”Tap tap tap.Samar-samar terdengar langkah kaki hingga akhirnya si pemilik langkah memasuki kelas dan
“Oh, belakang ya!” teriak Kenzo yang ingin memanas-manasi sekaligus menakut-nakuti Elvano. “Liat ke papan tulis sekarang biar gue bisa lebih gampang ngelemparnya.”Elvano lagi-lagi menghentakkan kakinya dengan kesal. “Ih, lo!”Kenzo mengambil kotak pensil Hansa dan siap melemparnya pada Elvano. “Geser bangku lo atau gue lempar sekarang?”“Argh!” kesal Elvano lalu menggeser bangkunya menjauhi Vindreya. “Nih! Udah!”Kenzo tersenyum sinis lalu mengacungkan jempolnya pada Elvano. Elvano mendengus kesal kemudian kembali fokus pada bukunya sambil terus mengumpat tak jelas.Kenzo dan Hansa saling bertatapan lalu melakukan tos tangan sambil tersenyum penuh kemenangan. Ya, tidak ada yang tahu memang bagaimana Tuhan menggariskan takdir untuk kita. Kenzo yang awalnya suka mengata-ngatai Han
“Nggak bisa! Malam ini Vindreya ada janji sama gue,” kata Kenzo.“Ah, bohong lo. Gue tau lo sengaja bilang kayak gitu biar gue nggak bisa jalan bareng Vindreya, ‘kan? Gue tau sebenarnya Vindreya nggak beneran ada janji sama lo malam ini.”Kenzo memundurkan posisi duduknya lalu bersandar sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Ya, udah kalo nggak percaya. Kalo gitu tanya aja sendiri sama Vindreya. Lo nggak mungkin nggak percaya sama dia.”“Iya, El. Yang dibilang sama Kenzo emang bener. Malam ini gue emang udah janjian sama dia,” kata Vindreya yang berpihak pada Kenzo.Elvano mendengus kesal. “Ya, udah deh. Tapi besoknya bisa ‘kan kita jalan, Vin?”Kenzo memicingkan matanya. “Lo nih sebenarnya ngerti nggak sih statusnya Vindreya? Oke, dia sahabat lo. Tapi, dia juga uda
Kenzo tertawa kecil. “Lo nggak kenal, ya? Wajar sih, Vin. Lo pasti tau kalo bokap lo punya banyak banget bawahan dan orang kepercayaan.”Vindreya kembali menjatuhkan arah bola matanya dan menatap Kenzo. “Lo bener. Terus sekarang gimana? Dengan dipenjaranya om lo, apa itu artinya bokap gue aman?”“Nggak kalo Tino Andrean itu masih berusaha lakuin cara lain untuk lenyapin bokap lo. Tapi lo tenang aja.”“Tenang?” Alis Vindreya merapat. “Jangan bilang kalo lo bakal ….”Kenzo menatap sinis. “Bakal apa? Jangan mikir yang macem-macem dulu. BTW, ini udah mulai larut. Ayo, gue anter lo pulang.”Vindreya langsung bertahan pada tangan Kenzo dengan memegangnya dengan erat. “Nggak mau. Gue mau nginep di sini.”Tak!Kenzo memukul pel
Sekitar lima menit kemudian akhirnya pengucapan janji suci pernikahan selesai. Kini tiba saatnya pemasangan cincin. Kenzo sedikit mengarahkan badannya ke kiri untuk mengambil cincin yang sejak tadi berada di atas meja di dekatnya dengan peti kecil nan indah sebagai bantalannya.Begitu cincin telah dia pegang, Kenzo kemudian kembali meluruskan posisi badannya menghadap Vindreya lalu memakaikan cincin itu di jari manis Vindreya. Sekarang giliran Vindreya yang mengambil cincin kemudian memakaikannya di jari manis Kenzo.“Sekarang, masing-masing mempelai silakan ucapkan sesuatu yang selama ini begitu ingin diungkapkan pada pasangannya,” ucap penghulu.“Vindreya Sanjaya,” ucap Kenzo sambil menatap dalam pada Vindreya. “Terima kasih karena sudah sangat membantuku untuk berada di jalan yang benar dan meninggalkan dunia kelam dan kejam itu. Terima kasih karena sudah mengajarkanku m
“Heh!” Freya dan Vindreya kompak sambil menatap tajam pada Gavin.“Eh, maaf. Salah ngomong saking bahagianya.”Vindreya mendengus kesal lalu mererat rangkulan tangannya di lengan Kenzo. Entah kenapa semakin banyak orang yang mengagumi Kenzo sekarang dan ini membuat Vindreya merasa posisinya sebagai calon istri Kenzo terancam.“Selamat datang, Kenzo. Tante seneng banget akhirnya bisa liat kamu lagi,” kata Freya dengan mata berkaca-kaca.Kenzo tersenyum hangat lalu mengangguk. “Iya, Om, Tante. Aku juga seneng banget bisa kembali ke sini. Makasih karena udah bersabar nunggu aku dan percaya bahwa aku akan kembali.”“Aaa, Kak Kenzo!” Rega tiba-tiba keluar dari barisan, berlari menuju teras dan memeluk Kenzo. “Astaga. Betapa kangennya aku sama salah satu makcomblang aku yang udah bantu aku n
Mata Freya seketika membulat. “Ke—Kenzo bakal datang? Vindreya bener-bener nemuin dia?” Freya diam sejenak dengan pikiran kosong sebelum akhirnya berteriak seperti orang gila. “Yuhuuu! Hei-hei! Calon menantu aku udah mau datang!”Butik seketika heboh karena teriakan Freya, juga para karyawannya yang langsung meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari kecil menghampiri Freya. Wajar saja. Selama ini Freya memang selalu menceritakan tentang Kenzo kepada karyawannya, termasuk mengenai hilangnya Kenzo selama empat tahun ini.“Calon menantu yang Ibu maksud itu Kenzo, ‘kan?” tanya salah satu karyawan.Freya mengangguk dengan bersemangat dan senyum lebar.“Wah!” Para karyawannya ikut semringah.“Ssstt. Diem dulu. Aku mau telepon suami aku,” ucap Freya dan membuat seluruh karyawannya langs
Kenzo dan Vindreya berjalan beriringan masuk ke gedung kantor dan langsung menuju ke ruangan ayahnya Medika. Di sepanjang perjalanan, Vindreya begitu risau, takut jika ini semua tidak akan berjalan lancar.Tiba-tiba langkah kaki Vindreya terhenti sembari tangannya menarik lengan kanan Kenzo. Kenzo ikut berhenti dan menatap kekasihnya itu.“Kenapa?” tanya Kenzo.“Aku takut kalo ayahnya Medika nggak izinin kamu pergi. Aku takut kalo dia justru berpikir bahwa aku yang hasut kamu untuk ninggalin Bandung dan kembali ke Jakarta.”Kenzo tersenyum kecil dan paham ketakutan yang tengah dirasakan oleh Vindreya. “Kamu bilang, sekarang aku udah jadi lebih hangat dan lembut, ‘kan? Kemarin kamu juga udah ketemu dan ngobrol banyak sama Medika, ‘kan? Nah, sifat ayahnya Medika juga kurang lebih kayak gitu.”“Kamu
Kenzo menghela napas panjang. “Pantasan waktu itu kamu keliatan kaget dan bingung sama aku yang sekarang.”“Iya, karena kamu udah berubah jauh lebih baik, Ken. Kamu udah ada di titik terbaik dalam hidup kamu sekarang. Lupain aja masa lalu kamu. Kamu udah terlalu menderita selama ini dan ini waktunya kamu menikmati semua hasil perbuatan baik dan pengorbanan yang kamu lakuin di waktu itu.”Kenzo agak lama tak menjawab hingga akhirnya dia mengangguk pasrah dan tersenyum tipis. Tampak jelas dia sedang sangat berusaha untuk berdamai dengan masa lalunya.“Ayo.” Kenzo meraih tangan Vindreya lalu mereka kembali berjalan menuju restoran.…Di restoran, di atas meja Kenzo dan Vindreya sudah tersaji makanan dan minuman yang mereka pesan hampir 10 menit yang lalu. Vindreya tampak sangat menikmati makanannya. Beberapa kali dia
Medika menggeleng pelan. “Aku dan ayah aku udah sama-sama nyaman dengan hadirnya Leo di dalam keluarga kami. Leo adalah orang yang mampu buat aku nggak frustasi lagi sama hidup aku. Dia sembuhin hati aku dan buat aku ngerasa bahwa cinta pada orang yang tepat itu benar-benar indah. Dia juga berjasa banget dalam membangun dan memajukan perusahaan ayah aku. Dia cepat belajar dan memahami semuanya dengan baik.”Setelah mendengar penjelasan dari Medika, mendadak Vindreya menjadi takut dan khawatir soal kelanjutan hubungannya dengan Kenzo. Jika Medika dan ayahnya sudah sesayang dan senyaman itu dengan Kenzo, lalu bagaimana caranya Vindreya untuk membawa Kenzo kembali ke Jakarta?Medika kembali menegakkan arah pandang wajahnya lalu melihat pada Vindreya yang tampak sedang memikirkan sesuatu dengan tatapan kosong. Medika paham. Sebagai sesama perempuan, Medika tahu apa yang akan menjadi ketakutan Vindreya setelah mendengar semua pe
Vindreya mengambil tasnya yang tergeletak di atas tempat tidurnya lalu berlari kecil keluar rumahnya. Di luar sana, dia melihat Kenzo berdiri di depan mobil sambil tersenyum menatapnya. Vindreya ikut tersenyum lalu mengunci pintu rumahnya kemudian bergegas menghampiri Kenzo.“Pagi, Vin,” salam Kenzo.“Pagi, Ken,” balas Vindreya. Perhatiannya lalu teralihkan pada kursi depan di bagian penumpang. Ada seseorang di sana --- Medika.Kenzo ikut menoleh ke belakang, ke arah Medika. Laki-laki itu tersenyum setelah paham apa yang sedang dipikirkan oleh Vindreya.“Aku tinggal serumah bareng Medika. Itu sebabnya kami pulang-pergi kantor bareng,” kata Kenzo.“Eh?” Vindreya kaget. “Terus beberapa hari ini kamu selalu ke rumah aku tiap kali kamu selesai kerja. Itu ….”“Ak
“Dia cantik,” ucap Medika pelan.Vindreya yang bisa tahu bahwa Medika sedang merasa cemburu dengan melihat matanya hanya tersenyum kecil dengan sedikit perasaan tidak enak. “Makasih.”“Kalian mau ngobrol dulu biar lebih mengenal satu sama lain dan jadi akrab?” tanya Kenzo.“Em, mungkin nanti, Leo. Ini aku bawa beberapa berkas yang harus kamu periksa.” Medika menyerahkan beberapa berkas bermap kuning pada Kenzo.Kenzo menerima berkas itu. “Kapan deadlinenya?”“Jam 2 siang ini.”“Eh? Secepat itu?”“Iya. Berkasnya harus dipakai untuk rapat bersama pemimpin dari perusahaan lain hari ini.”Vindreya memegang lengan Kenzo lalu mereka saling bertatapan.“Nggak apa-apa, Ken. Kamu selesaiin aja dulu itu. Jalan-jalannya bisa nanti,” kata Vindreya yang tahu bahwa Kenzo ragu
“Salah satu orang yang nyelamatin aku itu adalah orang yang nabrak aku, Vin. Namanya Medika. Katanya, waktu itu dia lagi ada urusan di Jakarta. Dia bawa mobil dalam kondisi frustasi dan nggak sengaja nabrak aku. Sebagai permintaan maafnya, dia dan ayahnya yang ngerawat aku.”“Mereka ngerawat kamu di Bandung?”“Iya karena mereka emang asal Bandung.”“Ini masih aneh, Ken. Kalo Medika nabrak kamu di Jakarta, kenapa dia malah ngerawat kamu di Bandung? Kenapa dia nggak berusaha untuk nyari kenalan kamu di Jakarta dulu?”Kenzo mengangkat lalu menurunkan bahunya sebagai isyarat jawaban ‘tidak tahu’. “Kamu teliti banget sampe nanya sedalam itu. Intinya waktu itu karena aku juga nggak ingat banyak tentang identitas lengkap aku, jadinya aku ngikut aja pas mereka mutusin untuk bawa aku ke Bandung. Kalo kamu masih pingin banget t