Akhirnya saat-saat yang ditunggu Vindreya datang juga, saat di mana mobil Elvano tiba dan berhenti di depan rumah Vindreya. Dengan cepat Vindreya membuka pintu mobil, keluar dari mobil merah mengkilat itu dan berlari masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Elvano.
“Vindreya!” panggil Elvano yang tak terima ditinggal begitu saja.
Elvano meremas kuat stirnya dengan tatapan muak. Napasnya seketika cepat beriringan dengan amarahnya yang semakin menjadi-jadi. Dadanya bahkan sampai kembang kempis.
“Tunggu aja, Vin. Gue pasti bakal buat lo jadi milik gue seutuhnya. Bahkan lo nggak akan lagi berani nyebut nama Kenzo,” yakin Elvano. Dia lalu menjalankan mobilnya, entah apa yang sedang dia rencanakan.
…
“Malam, Om, Tante,” salam Vindreya pada Nathan dan Greesa yang tengah duduk berdua di teras rumah. <
Malam itu pukul setengah delapan, Vindreya dan Hansa tengah menonton TV di ruang keluarga milik Vindreya. Sambil duduk bersebelahan di atas sofa, mereka tampak sangat menikmati tontonan mereka itu.Ting nung!Vindreya langsung menengok ke belakang. Baru saja dia ingin beranjak dari sofa untuk membukakan pintu, Freya sudah lebih dulu melewatinya menuju ruang tamu. Tampaknya wanita itu yang akan membukakan pintu. Alhasil, Vindreya kembali fokus pada acara TV yang sejak tadi dia dan Hansa tonton.Tidak lama setelah itu, hanya sekitar semenit kemudian, Freya datang ke ruang keluarga dan berdiri di sebelah sofa tempat Vindreya dan Hansa duduk.“Sayang, itu di ruang tamu ada Elvano sama papinya. Samperin, gih. Kamu duluan aja ke ruang tamu. Mama mau panggil Papa dulu di ruang kerjanya,” kata Freya.Vindreya langsung tak bersemangat. Dia tahu ap
“Lho. Elvano kayak gitu?” Gavin tak menyangka.Vindreya mengangguk lagi.“Jangan, Vin. Jangan mengikat sebuah hubungan karena tujuan lain yang bukan cinta. Orang tua Papa udah buktiin itu dan hasilnya nggak baik. Nggak ada kebahagiaan yang didapat dari hubungan yang kayak gitu. Yang ada hanya rasa sakit, penderitaan dan tidak nyaman.”Vindreya tersenyum kecil. “Pa, aku takut kalo Elvano bunuh diri gara-gara aku. Tapi, mungkin nggak masalah kalo Elvano pergi selama-lamanya dari hidup aku karena sumpah Kenzo waktu itu.”Alis Gavin merapat. “Sumpah Kenzo? Maksud kamu?”“Waktu itu Kenzo sumpahin Elvano bahwa kalo Elvano buat aku ngerasa sedih dan tertekan melebihi dari yang sebelumnya aku rasain, maka saat itu juga Elvano bakal mati.”Gavin seketika bergidik ngeri. Kenzo mem
Vindreya duduk di salah satu kursi dengan meja bundar berukuran kecil di depannya. Di atas meja itu sudah ada semangkuk mie ayam dan segelas jus jeruk. Namun, bukannya menyantap hidangan di depannya itu, Vindreya justru melipat kedua tangannya di atas meja sambil memandangi dua orang yang duduk semeter di depannya sambil tersenyum.“Lo ngapain sih ngikutin gue terus? Pergi sana jauh-jauh!” suruh seorang mahasiswa pada mahasiswi yang duduk di sebelahnya.Mahasiswi itu memanyunkan bibirnya. “Ih. Gue mau makan di sini.”“Kenapa harus makan di sini, sih? Tuh, liat. Masih banyak meja yang kosong.”“Karena lo ada di sini, makanya gue makan di sini.”Mahasiswa itu menatap sinis. “Lo tuh jadi cewek nggak punya urat malu, ya. Berkali-kali ditolak, masih aja ngejar.”“Ish, b
“Vindreya, untuk nikah sama lo dan menjadikan lo sebagai milik gue seutuhnya masih harus nunggu kita lulus kuliah dulu, sedangkan gue nggak bisa nunggu lebih lama. Yang gue tau, gue pingin memiliki lo seutuhnya saat ini juga. Apa yang harus gue lakuin sekarang?”Vindreya hanya diam sambil melangkah pelan menuju pintu. Tiba-tiba, Elvano berjalan mendekati Vindreya, semakin lama semakin cepat. Akhirnya, laki-laki itu berdiri tepat di depan Vindreya lalu mendorong tubuh gadis itu hingga mendarat di atas tempat tidur.Vindreya terkejut bukan main dan mencoba untuk keluar dari wilayah tempat tidur itu. Namun, Elvano sudah lebih dulu datang dan menimpa tubuh Vindreya.“Cara ini akan buat hubungan kita semakin kuat, Vin. Nggak akan ada satu orang pun yang bisa misahin kita setelah ini.”“Jangan, El!” teriak Vindreya memberontak.
1 tahun kemudian.Malam itu pukul 08.25, Gavin dan Freya tampak sedang asyik duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. Di tangan mereka ada beberapa lembar kertas dengan isi informasi yang berbeda-beda, tetapi ditujukan untuk orang yang sama --- Vindreya.“Aku pulang!” teriak Vindreya dari depan pintu dan sekarang sedang berjalan di ruang tamu hingga akhirnya dia tiba di sebuah ruangan di mana Gavin dan Freya masih saja sibuk dengan kertas-kertas itu.“Eh, anak Mama udah pulang. Sini Sayang, duduk.” Freya tersenyum pada Vindreya sambil menarik lembut tangan putrinya itu.Freya beranjak dari sofa lalu menuntun Vindreya untuk duduk di sebelah kiri Gavin. Setelah itu, Freya kembali duduk di sebelah kiri Vindreya.Vindreya baru saja pergi bersama Hansa dan teman-teman mereka yang lain untuk merayakan hari kelulusan mereka dari jenjang p
Keesokan paginya, Vindreya turun dari sebuah taksi lalu berdiri kokoh di depan sebuah gedung pencakar langit yang begitu megah. Di sepanjang perjalanan menuju kantor tadi, dia terus melihat ke luar jendela, barangkali akan melihat Kenzo di sana. Sayangnya, dia belum menemukan orang yang dia cari.Vindreya menarik napasnya dengan dalam dan merasakan debaran jantungnya yang tampaknya mulai sulit untuk diajak berkompromi. Semoga saja saat wawancara nanti, debaran itu tidak mengganggu.“Huft.” Vindreya mengembuskan napasnya dan membuat kepercayaan dirinya semakin meningkat sekarang. Dia kemudian mulai mengambil langkah pertama. Ya, ini tidak buruk, lalu terus berjalan memasuki gedung di depannya.Sesampainya di dalam gedung, Vindreya langsung ke bagian resepsionis yang tak berada jauh dari pintu masuk.“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita
Vindreya menggelengkan kepalanya. Tangisnya akhirnya pecah, bahkan tak peduli dengan Leo yang terus berusaha menyingkirkannya, dia justru memeluk laki-laki itu semakin erat.“Lo Kenzo. Gue tau lo Kenzo. Kenzo, gue udah nunggu lo selama empat tahun ini dan akhirnya sekarang ….”“Saya bukan Kenzo, Mbak.”Terjadi pertentangan di antara mereka. Vindreya terus memeluk Leo, sedangkan Leo terus berusaha melepas pelukan itu.Buk!Mereka jatuh ke lantai dan berpelukan di bawah sana dengan posisi terlentang. Sumpah demi apapun bahwa Vindreya sangat merindukan laki-laki yang sedang dia dekap itu.“Security!” teriak Leo yang masih berusaha menyingkirkan tubuh Vindreya.Ceklek.Tak butuh waktu lama petugas keamanan datang karena memang sejak tadi berjag
“Oke. Sekarang kamu pulang, sementara aku lanjut kerja. Daaa.” Kenzo berbalik badan lalu melangkah meninggalkan Vindreya.Vindreya memandangi punggung bidang yang tegap itu sambil terus tersenyum, tak menyangka bahwa dia akan bisa tiba di hari sebahagia ini. Lalu, tiba-tiba Kenzo kembali berbalik badan dan berlari ke arah Vindreya kemudian mengecup pipi kiri perempuan itu.Oh, tidak. Pipi Vindreya seketika memerah. Mulutnya menganga dan matanya menatap kosong ke depan karena saking kagetnya. Sementara itu di sisi lain, Kenzo justru menikmati pemandangan wajah yang begitu menggemaskan di depannya itu sambil tersenyum.“Daaa,” ucap Kenzo sekali lagi lalu pergi meninggalkan Vindreya. Ya, kali ini benar-benar pergi.…Vindreya membersihkan dan merapikan seluruh ruangan yang ada di rumahnya. Sebenarnya itu sudah dalam kondisi baik
Sekitar lima menit kemudian akhirnya pengucapan janji suci pernikahan selesai. Kini tiba saatnya pemasangan cincin. Kenzo sedikit mengarahkan badannya ke kiri untuk mengambil cincin yang sejak tadi berada di atas meja di dekatnya dengan peti kecil nan indah sebagai bantalannya.Begitu cincin telah dia pegang, Kenzo kemudian kembali meluruskan posisi badannya menghadap Vindreya lalu memakaikan cincin itu di jari manis Vindreya. Sekarang giliran Vindreya yang mengambil cincin kemudian memakaikannya di jari manis Kenzo.“Sekarang, masing-masing mempelai silakan ucapkan sesuatu yang selama ini begitu ingin diungkapkan pada pasangannya,” ucap penghulu.“Vindreya Sanjaya,” ucap Kenzo sambil menatap dalam pada Vindreya. “Terima kasih karena sudah sangat membantuku untuk berada di jalan yang benar dan meninggalkan dunia kelam dan kejam itu. Terima kasih karena sudah mengajarkanku m
“Heh!” Freya dan Vindreya kompak sambil menatap tajam pada Gavin.“Eh, maaf. Salah ngomong saking bahagianya.”Vindreya mendengus kesal lalu mererat rangkulan tangannya di lengan Kenzo. Entah kenapa semakin banyak orang yang mengagumi Kenzo sekarang dan ini membuat Vindreya merasa posisinya sebagai calon istri Kenzo terancam.“Selamat datang, Kenzo. Tante seneng banget akhirnya bisa liat kamu lagi,” kata Freya dengan mata berkaca-kaca.Kenzo tersenyum hangat lalu mengangguk. “Iya, Om, Tante. Aku juga seneng banget bisa kembali ke sini. Makasih karena udah bersabar nunggu aku dan percaya bahwa aku akan kembali.”“Aaa, Kak Kenzo!” Rega tiba-tiba keluar dari barisan, berlari menuju teras dan memeluk Kenzo. “Astaga. Betapa kangennya aku sama salah satu makcomblang aku yang udah bantu aku n
Mata Freya seketika membulat. “Ke—Kenzo bakal datang? Vindreya bener-bener nemuin dia?” Freya diam sejenak dengan pikiran kosong sebelum akhirnya berteriak seperti orang gila. “Yuhuuu! Hei-hei! Calon menantu aku udah mau datang!”Butik seketika heboh karena teriakan Freya, juga para karyawannya yang langsung meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari kecil menghampiri Freya. Wajar saja. Selama ini Freya memang selalu menceritakan tentang Kenzo kepada karyawannya, termasuk mengenai hilangnya Kenzo selama empat tahun ini.“Calon menantu yang Ibu maksud itu Kenzo, ‘kan?” tanya salah satu karyawan.Freya mengangguk dengan bersemangat dan senyum lebar.“Wah!” Para karyawannya ikut semringah.“Ssstt. Diem dulu. Aku mau telepon suami aku,” ucap Freya dan membuat seluruh karyawannya langs
Kenzo dan Vindreya berjalan beriringan masuk ke gedung kantor dan langsung menuju ke ruangan ayahnya Medika. Di sepanjang perjalanan, Vindreya begitu risau, takut jika ini semua tidak akan berjalan lancar.Tiba-tiba langkah kaki Vindreya terhenti sembari tangannya menarik lengan kanan Kenzo. Kenzo ikut berhenti dan menatap kekasihnya itu.“Kenapa?” tanya Kenzo.“Aku takut kalo ayahnya Medika nggak izinin kamu pergi. Aku takut kalo dia justru berpikir bahwa aku yang hasut kamu untuk ninggalin Bandung dan kembali ke Jakarta.”Kenzo tersenyum kecil dan paham ketakutan yang tengah dirasakan oleh Vindreya. “Kamu bilang, sekarang aku udah jadi lebih hangat dan lembut, ‘kan? Kemarin kamu juga udah ketemu dan ngobrol banyak sama Medika, ‘kan? Nah, sifat ayahnya Medika juga kurang lebih kayak gitu.”“Kamu
Kenzo menghela napas panjang. “Pantasan waktu itu kamu keliatan kaget dan bingung sama aku yang sekarang.”“Iya, karena kamu udah berubah jauh lebih baik, Ken. Kamu udah ada di titik terbaik dalam hidup kamu sekarang. Lupain aja masa lalu kamu. Kamu udah terlalu menderita selama ini dan ini waktunya kamu menikmati semua hasil perbuatan baik dan pengorbanan yang kamu lakuin di waktu itu.”Kenzo agak lama tak menjawab hingga akhirnya dia mengangguk pasrah dan tersenyum tipis. Tampak jelas dia sedang sangat berusaha untuk berdamai dengan masa lalunya.“Ayo.” Kenzo meraih tangan Vindreya lalu mereka kembali berjalan menuju restoran.…Di restoran, di atas meja Kenzo dan Vindreya sudah tersaji makanan dan minuman yang mereka pesan hampir 10 menit yang lalu. Vindreya tampak sangat menikmati makanannya. Beberapa kali dia
Medika menggeleng pelan. “Aku dan ayah aku udah sama-sama nyaman dengan hadirnya Leo di dalam keluarga kami. Leo adalah orang yang mampu buat aku nggak frustasi lagi sama hidup aku. Dia sembuhin hati aku dan buat aku ngerasa bahwa cinta pada orang yang tepat itu benar-benar indah. Dia juga berjasa banget dalam membangun dan memajukan perusahaan ayah aku. Dia cepat belajar dan memahami semuanya dengan baik.”Setelah mendengar penjelasan dari Medika, mendadak Vindreya menjadi takut dan khawatir soal kelanjutan hubungannya dengan Kenzo. Jika Medika dan ayahnya sudah sesayang dan senyaman itu dengan Kenzo, lalu bagaimana caranya Vindreya untuk membawa Kenzo kembali ke Jakarta?Medika kembali menegakkan arah pandang wajahnya lalu melihat pada Vindreya yang tampak sedang memikirkan sesuatu dengan tatapan kosong. Medika paham. Sebagai sesama perempuan, Medika tahu apa yang akan menjadi ketakutan Vindreya setelah mendengar semua pe
Vindreya mengambil tasnya yang tergeletak di atas tempat tidurnya lalu berlari kecil keluar rumahnya. Di luar sana, dia melihat Kenzo berdiri di depan mobil sambil tersenyum menatapnya. Vindreya ikut tersenyum lalu mengunci pintu rumahnya kemudian bergegas menghampiri Kenzo.“Pagi, Vin,” salam Kenzo.“Pagi, Ken,” balas Vindreya. Perhatiannya lalu teralihkan pada kursi depan di bagian penumpang. Ada seseorang di sana --- Medika.Kenzo ikut menoleh ke belakang, ke arah Medika. Laki-laki itu tersenyum setelah paham apa yang sedang dipikirkan oleh Vindreya.“Aku tinggal serumah bareng Medika. Itu sebabnya kami pulang-pergi kantor bareng,” kata Kenzo.“Eh?” Vindreya kaget. “Terus beberapa hari ini kamu selalu ke rumah aku tiap kali kamu selesai kerja. Itu ….”“Ak
“Dia cantik,” ucap Medika pelan.Vindreya yang bisa tahu bahwa Medika sedang merasa cemburu dengan melihat matanya hanya tersenyum kecil dengan sedikit perasaan tidak enak. “Makasih.”“Kalian mau ngobrol dulu biar lebih mengenal satu sama lain dan jadi akrab?” tanya Kenzo.“Em, mungkin nanti, Leo. Ini aku bawa beberapa berkas yang harus kamu periksa.” Medika menyerahkan beberapa berkas bermap kuning pada Kenzo.Kenzo menerima berkas itu. “Kapan deadlinenya?”“Jam 2 siang ini.”“Eh? Secepat itu?”“Iya. Berkasnya harus dipakai untuk rapat bersama pemimpin dari perusahaan lain hari ini.”Vindreya memegang lengan Kenzo lalu mereka saling bertatapan.“Nggak apa-apa, Ken. Kamu selesaiin aja dulu itu. Jalan-jalannya bisa nanti,” kata Vindreya yang tahu bahwa Kenzo ragu
“Salah satu orang yang nyelamatin aku itu adalah orang yang nabrak aku, Vin. Namanya Medika. Katanya, waktu itu dia lagi ada urusan di Jakarta. Dia bawa mobil dalam kondisi frustasi dan nggak sengaja nabrak aku. Sebagai permintaan maafnya, dia dan ayahnya yang ngerawat aku.”“Mereka ngerawat kamu di Bandung?”“Iya karena mereka emang asal Bandung.”“Ini masih aneh, Ken. Kalo Medika nabrak kamu di Jakarta, kenapa dia malah ngerawat kamu di Bandung? Kenapa dia nggak berusaha untuk nyari kenalan kamu di Jakarta dulu?”Kenzo mengangkat lalu menurunkan bahunya sebagai isyarat jawaban ‘tidak tahu’. “Kamu teliti banget sampe nanya sedalam itu. Intinya waktu itu karena aku juga nggak ingat banyak tentang identitas lengkap aku, jadinya aku ngikut aja pas mereka mutusin untuk bawa aku ke Bandung. Kalo kamu masih pingin banget t