Share

Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan
Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan
Penulis: empat2887

Bab 1

Penulis: empat2887
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-05 01:52:22

"Mbak, kenapa belanjanya hampir setiap hari, menunya cuma itu-itu saja?" Marni, bertanya kepadaku saat sedang berbelanja ditulang sayur keliling.

"Iya, Mar. Anak- anak yang meminta. Mereka ingin makan sayur bening bayam, sama tahu tempe ditepungin." Aku, menjawab pertanyaan Marni, yang masih memilih dan memilah sayuran.

Entah, sayuran seperti apa yang sedang dia cari. Sebab, dari tadi kerjaannya hanya membolak balik dagangan saja. Aku yang baru datang saja sudah menemukan, sayuran apa yang aku mau. Tetapi, Marni belum ada satupun yang dipilihnya.

"Bilang saja kalau Mbak itu nggak punya duit, nggak usah bawa nama anak-anak segala, Mbak." Marni berkata dengan nada menyepelekanku.

"Iya bener tuh, Marni. Si Mira ini setiap hari memang kerjaannya cuma membeli sayuran murah. Bagaimana, anak-anaknya mau pintar dan badannya gemuk, coba! Dikasih makanannya saja seperti ini terus setiap hari. Mana tubuh Romi anak saya, semakin hari malah semakin kurus saja kelihatannya. Karena, dia mempunyai istri yang nggak bisa mengurus suami. Padahal, Romi yang telah bekerja banting tulang setiap hari. Eh, dikasih makannya, cuma sayur bening sama tempe tahu saja." Bu Ratmi, yang merupakan mertuaku panjang lebar, menceritakan tentang kejelekanku di depan Marni, serta Ibu-ibu yang sedang berbelanja.

Bu Ratmi, bahkan tidak segan membicarakan aku di depan mukaku sendiri. Padahal, aku sengaja mengirit keuangan, sebab memang pendapatan Mas Romi, yang hanya sopir angkutan umum tidak menentu. Aku, hanya ingin menstabilkan ekonomi keluargaku.

Supaya, saat Mas Romi mendapat penghasilan sedikit, bahkan tidak dapat sama sekali. Aku masih tetap bisa memberikan mereka makanan yang layak. Bahkan, setiap bulan anak-anak serta suamiku malah naik terus timbangannya, tidak seperti apa yang diucapkan Bu Ratmi barusan.

"Iya ya, Bu Ratmi. Mira memang perhitungan banget, walaupun untuk keluarganya sendiri." Marni, menimpali ucapan mertuaku.

"Makanya, dari awal Romi mengenalkan Ibu sama Mira. Ibu sudah tidak setuju, dengan hubungan mereka. Karena, Ibu dapat menilai perempuan seperti apa, Si Mira ini." Bu Ratmi melanjutkan ceritanya, ia bahkan mengungkit masa laluku bersama Mas Romi.

"Terus kenapa Mbak Mira bisa menikah dengan Mas Romi, Bu? Kalau memang Ibu tidak merestui hubungan mereka, Apa Miranya hamil duluan ya, Bu? Sehingga Mas Romi sampai bersikeras menikahi Mira?" Marni terus bertanya kepada Ibu mertuaku, yang tangannya sedang memilih bawang merah.

Marni terus saja mengorek informasi tentangku, kepada Bu Ratmi. Sepertinya, ia ingin tahu sedetail mungkin, tentang kehidupan rumah tanggaku dengan Mas Romi. Entah untuk apa, dia sampai berbuat seperti itu. Mungkin juga memang sifat dia, yang suka Kepo terhadap kehidupan orang lain.

"Mira waktu menikah nggak sedang hamil sih, Marni. Tetapi mungkin saja si Mira ini memakai pelet. Sehingga, anakku Romi terus ngotot ingin menikahinya. Padahal waktu itu Ibu sudah ada calon, buat di kenalkan sama Romi. Ia, anak dari temanku, serta sudah bekerja menjadi karyawan Bank. Tidak seperti dia, yang hanya diam ongkang kaki di rumah sambil main handphone, serta bisanya hanya menghabiskan uang suami." Bu Ratmi, panjang lebar menjawab pertanyaan Marni, bahkan ia membawa-bawa tentang keinginannya untuk menjodohkan Mas Romi, dengan anak temannya itu.

"Ya ampun kenapa Mas Romi malah memilihnya Mbak Mira ya, Bu! Padahal, kalau kalau Mas Romi memilih anak teman Bu Ratmi, pasti hidupnya tidak akan susah seperti sekarang. Karena, istrinya juga bekerja dan memiliki gaji yang tetap. Bahkan, Bu Ratmi juga bisa kebagian rezeki dari mereka. Tidak seperti menantu Ibu yang satu ini, yang ibu bilang tidak pernah memberi apapun kepada Ibu." Marni menimpali ucapan mertuaku, ia berbicara seakan peduli dengan kehidupan Mas Romi dan juga Ibunya.

"Mang, jadi berapa semuanya, ditambah seperempat telor?" Aku bertanya, total harga belanjaanku.

Aku, ingin segera pergi, dari hadapan mertua, serta Marni yang sedang membicarakanku. Aku malas jika harus berlama-lama berada di sana, apalagi jika harus meladeni ucapan mereka berdua. Bisa-bisa, aku memiliki penyakit darah tinggi. Karena, aku harus terus-menerus mendengarkan kata-kata pedas dari mulut mereka. Ibu mertuaku, ternyata suka berbicara kepada orang lain, kalau aku tidak pernah memberikan apapun kepadanya.

Padahal, walaupun aku dan Mas Romi tidak setiap bulan memberikan uang yang jumlahnya besar. Tetapi, setiap kali ia meminta uang untuk kebutuhan hidupnya, seperti buat kondangan, bayar listrik, pulsa, serta make upnya. Aku selalu memberikannya, selagi aku ada. Tetapi, ternyata Bu Ratmi tidak merasa kalau aku telah membantunya. Mendengar ucapan mertuaku dan juga Marni, sebagian Ibu-ibu juga ikut membicarakanku. Bahkan mereka terus saja saling lirik melihat ke arahku.

"Semuanya, jadi delapan belas ribu, Mbak Mira." Mang Adi menjawab pertanyaanku, sambil menyerahkan kresek yang berisi belanjaanku

"Ini, Mang uangnya," ucapku, sambil memberikan satu lembar uang dua puluh ribu rupiah kepada Mang Adi.

"Iya, Mbak. Terima kasih ya, Mbak Mira. Ini kembaliannya," sahut Mang Adi, sambil menyodorkan uang kembalian untukku.

Aku pun segera menerima uang kembalian dari Mang Adi dan akan segera pergi dari tempat dagangnya. Namun, baru saja aku mau pamit sama Ibu-ibu yang sedang berbelanja. Marni, terus saja memancing emosiku dengan kata-kata pedasnya.

"Ya ampun masih ada saja, ya. Di jaman sekarang, belanja cuma habis dua puluh ribu, itu pun masih ada kembaliannya. Ngirit amat, Bu! Awas, hati-hati! Biasanya penyakit cepet datang, kalau sama orang yang suka pelit buat isi perutnya." Marni berkata, dengan suaranya yang sedikit dikeraskan.

"Nggak apa-apa, Mbak Marni. Biarpun Mbak Mira belanjanya sedikit, tetapi ia langsung bayar, daripada belanja banyak terapi ujung-ujungnya ngutang. Bisa tekor dong saya, kalau seperti itu. Nanti, yang ada saya nggak dapat uang buat belanja lagi," sahut Mang Adi, sambil membereskan sayuran yang hanya di acak-acak oleh Mirna

"Ibu-ibu saya permisi pulang duluan, ya! Saya, mau segera memasak biar anakku segera makan." Aku pamit kepada semua orang, yang masih setia mengerumuni gerobaknya Mang Adi.

"Iya, silahkan," sahut Ibu-ibu, terkecuali Bu Ratmi dan Marni yang tidak menjawab ucapanku.

Aku pun, segera berbalik dari tempat berkumpulnya Ibu-ibu, yang sedang berbelanja sayuran. Padahal, sebenarnya aku sudah memasak nasi goreng, sama telor ceplok buat sarapan keluargaku. Aku sudah terbiasa bangun pagi, buat meladeni suami serta anakku. Jadi saat aku berbelanja sayuran, sarapan untuk keluargaku sudah siap tersedia. Aku memang sengaja bebicara seperti itu, supaya aku bisa terlepas dari gunjingan Marni dan Bu Ratmi. Namun, baru saja dua langkah aku mengayunkan kaki. Marni berbicara lagi, dengan suara yang lebih lantang. Mungkin, tujuannya supaya aku dapat mendengar ucapannya itu.

"Alah, mau masak sayur bayam sama goreng tahu saja, berlagak sibuk! Seperti mau masak rendang daging saja, yang membutuhkan waktu lama," ujar Marni.

Bersambung ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dwi Ristanto
bagus menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 2

    "Iya, Marni kamu memang benar. Si Mira itu orangnya memang sok sibuk banget. Padahal, dia kerjaannya cuma masak begituan. Ia itu nggak punya kerjaan, hanya membersihkan rumah kontrakan yang hanya sepetak." Bu Ratmi, kembali menimpali ucapan Marni.Sebenarnya, aku ingin sekali berbalik badan dan kembali ke tempat tongkrongannya Marni dan Bu Ratmi. Aku ingin membalas ucapan mereka, yang masih berada di tempat dagangnya Mang Adi. Aku ingin membalas semua ucapan mereka berdua, yang semakin keterlaluan saja. Tetapi aku mengurungkan niatku itu, aku tidak mau ribut hanya karena sedang terbawa emosi. Karena menurutku tidak akan ada untungnya juga buat aku, kalau meladeni ucapan mereka dengan emosi. Lebih baik, aku segera pulang dan segera masak, serta beres-beres rumah kontrakan. Supaya pekerjaanku di rumah cepat kelar, setelah itu aku bisa kembali melanjutkan hobiku menulis novel online. Karena aku setiap hari menulis, setelah pekerjaanku kelar, serta anak-anakku sudah pada berangkat sekola

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 3

    "Pelit amat sih kamu, sama Ibu suamimu. Masa iya, minta minyak saja nggak boleh." Bu Ratmi, berkata dengan entengnya."Bukannya nggak boleh, Bu. Tapi, minyaknya, jangan semuanya dibawa Ibu, dong. Nanti, Mira mau goreng tempe, sama tahunya pakai apa?" Aku, bertanya kepada mertuaku. Semoga saja, ia berbaik hati mau membagi dua minyak gorengnyanya. Masa iya, aku baru saja membeli minyak goreng sebanyak dua liter. Sekarang, aku harus membelinya lagi. Tidak lucu, 'kan?"Ah, sudahlah! Awas, Ibu mau pulang! Kamu, kalau mau menggoreng tempe atau tahunya, beli lagi aja minyaknya sana, repot amat sih! Kalau nggak, kamu menggorengnya pakai minyak goreng bekas saja." Bu Ratmi, berbicara seenaknya saja, tanpa mau mengerti perasaanku."Tapi, Bu," kataku."Minggir kamu, Mira!" ucap Bu Ratmi, sambil mendorong tubuhku.Hampir saja aku terjatuh, kalau aku tidak berpegangan ke lemari makan yang ada di sana. Bu Ratmi, bukannya mendengar apa yang mau aku katakan. Tetapi, ia malah melengos pergi tanpa pedu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 4

    "Astagfirullah. Masa iya sih, Bu. Kok bisa, Mira, sampai setega itu? Aku nggak nyangka, ternyata sifat aslinya Mira seperti itu ya, Bu." Bu Ami sampai beristigfar saat mendengar cerita dari Bu Asmi."Iya benar, Bu. Marni sampai nangis-nangis lho, datang kerumah saya. Ia menceritakan semuanya ini kepada saya. Karena saya orangnya tidak tegaan, jadi saya memberi uang seratus ribu buat berobat anaknya Marni. Saya kasih lho, Bu Ami. Bukannya ngutangin," terang Bu Asmi, ia berkata dengan banyak penekanan di setiap katanya, seolah menegaskan."Ih, Mira, Ibu nggak nyangka lho, kalau kamu ternyata sejahat itu. Sudah sana, lebih baik kamu pergi saja mencari warung lain, kalau untuk beli minyaknya! Aku nggak sudi menerima uang, dari orang yang jahat seperti kamu. Yang ada, nanti aku terkena imbas dari kelakuan kamu itu." Bu Ami mengusirku, ia tidak mau meladeni aku belanja, ternyata ia sudah termakan oleh ucapannya Bu Asmi tersebut.Rupanya memang benar apa kata pepatah, kalau mulut itu lebih ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 5

    Sepertinya Mas Romi ragu, saat aku mengajaknya belanja ke supermarket. Mungkin dia berfikir dari mana aku mempunyai uang buat belanja. Sedangkan, uang yang dia kasih ke aku perharinya, saja tidak menentu. Kadang tiga puluh ribu, lima puluh ribu, maksimal tujuh puluh ribu. Terkadang juga, dia tidak memberi sama sekali. Bukan karena pelit suamiku memberinya segitu, tetapi karena memang penghasilan dari menarik angkot tidak menentu, tergantung dari hasil tarikannya. Jika, telah membeli bensin dan memberikan setoran kepada pemiliknya, tetapi masih ada sisa uang, maka itulah pendapatannya hari ini. Begitulah, sistem kerja di angkutan umum."Ada, lah Mas, kalau untuk berbelanja keperluan dan jajanan anak. Makanya, aku ngajak Mas jalan. Atau mungkin, Mas mau nambahin uang buat belanjaannya?" tanyaku balik, setelah aku menjawab pertanyaan suamiku."Nih, Mas tambahin lima puluh ribu. Alhamdulillah, itu pendapatan Mas hari ini. Lumayanlah, buat beli bensin untuk pulang pergi ke supermarket." Ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 6

    "Angkat saja, Mas. Siapa tau penting," saranku. Mas Romi pun segera mengangkat telepon dari Ibunya, yang terus berdering tanpa henti. Ia juga mengeraskan suara teleponnya, mungkin supaya aku dapat mendengarkan pembicaraan mereka. Supaya, aku tidak salah paham terhadap Mas Romi."Assalamualaikum, Bu," sapa Mas Romi kepada Bu Ratmi."Waalaikumsalam, Romi. Rom, kakakmu Rendi besok akan datang bersama anak istrinya. Kamu bisa nggak, menyuruh Mira buat datang kerumah Ibu? Supaya, dia bisa membantu Ibu buat memasak serta beres-beres. Ibu malu, kalau Kakakmu datang tapi rumah masih berantakan dan makanan belum tersaji. Kamu tau sendiri, kalau Ibumu ini sudah tua. Tidak gesit lagi, kalau bekerja. Makanya, Ibu meminta bantuan Istrimu untuk bantu-bantu. Karena, selain kamu anak bungsu Ibu, kamu juga yang paling dekat jaraknya dengan Ibu." Bu Ratmi bicara to the point, ia menyampaikan maksudnya menelepon Mas Romi."Iya, Bu. Nanti, Romi tanya dulu sama Mira, ia besok bisa bantu Ibu atau nggak." M

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 7

    Aku membuka selimut, serta mengangkat tangan Mas Romi yang memelukku dan menggantikannya dengan guling. Kemudian, aku bangun dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Aku, akan melakukan shalat tahajud karena, aku tadi sempat tertidur walaupun hanya sekejap. Selesai shalat, aku mengambil handphoneku kemudian kembali merangkai kata. Setelah kantuk datang, aku kembali menyimpan handphoneku ke tempat semula, kemudian aku tidur dengan lelapnya."Mas, nanti antarkan aku dulu ya sampai kerumah Ibu. Setelah itu, baru Mas Antar anak-anak sekolah, baru kemudian Mas pergi mencari rupiah." Aku meminta Mas Romi. Supaya mau mengantarkanku ke rumah Ibunya. Aku berkata saat kami akan sarapan bersama."Iya, Dek," sahut Mas Romi. Kami pun segera sarapan, supaya perut terisi sebelum melakukan aktivitas. Aku meminta Mas Romi mengantarku, bukan karena apa-apa. Tapi karena aku malas, jika harus berjalan kaki untuk datang ke rumah mertuaku yang ada di ujung gang sana. Nanti di perjalanan, banyak orang yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 8

    Sapu yang dilemparkan oleh Bu Ratmi, hampir saja mengenai badanku, kalau saja aku tidak menghindar. Aku pun segera melaksanakan tugas, yang dilimpahkan padaku. Sedangkan Bu Ratmi pergi meninggalkanku. Aku pun segera mengerjakan pekerjaan, dari mulai menyapu, mencuci piring, serta mencuci baju. Setelah itu, aku membantu mertuaku memasak. Semua pekerjaanku, sesuai dengan daftar yang diperintahkan mertuaku. Karena kalau tidak, pasti aku mendapatkan pekannya lagi. Aku bekerja sudah seperti seorang asisten rumah tangga, yang pekerjaannya sesuai arahan dari sang majikan."Mira, kamu terus lanjutkan memasaknya! Aku mau bersiap-siap dulu, takutnya anak sama menantuku segera sampai. Kamu harus segera menyelesaikan memasak. Tapi awas, kamu jangan sambil memakannya. Apalagi kalau sampai kamu umpetin makanannya untuk kamu bawa pulang," perintah Bu Ratmi. Ia memerintahku, serta dia juga mengancamku."Iya, Bu," sahutku.Begitu rendahnya aku di mata mertuaku, sehingga aku dianggap bukanlah seoran

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 9

    "Iya, Wi. Biasalah si Mira akan datang kerumah Ibu, kalau mendengar anak-anak Ibu akan datang. Ia datang dan berpura-pura mau membantu Ibu, padahal niatnya datang ke sini, supaya mendapatkan oleh-oleh dari kalian." Bu Ratmi menimpali ucapan menantunya itu, ia bahkan berkata bohong karena telah membulak balikan fakta."Ih, mit-amit deh, kok ada ya orang seperti itu. Nggak tau malu banget," ujar Mbak Dewi.Mbak Dewi berkata sambil bergidik, seolah melihat sesuatu hal yang mengerikan. Mungkin penuturan Ibu mertuaku barusan, adalah hal yang sangat mengerikan baginya."Ya ada lah, Wi. Itu buktinya, orangnya juga ada di hadapan kita," sahut Bu Ratmi, sambil menunjukku dengan gerakan dagunya."Iya, Ibu bener, haa ... aaa." Mbak Dewi tertawa, seolah ada hal lucu yang lucu, yang membuatnya tertawa seperti itu. Aku tahu maksud perkataan mereka ditujukan kepadaku, mereka terus saja mengataiku, bahkan menertawakan aku. Aku sampai berpikir, jangan-jangan mereka itu menganggapku, seperti seorang b

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01

Bab terbaru

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 137. Tamat

    "Lho, kok ada foto Mas sama Meri sedang berpelukan begini sih? Kamu dapat dari mana, Dek?" Mas Romi bertanya dengan sorot mata yang menatap tajam ke arahku."Aku dikirim Susi, Mas. Katanya kalian berdua ada hubungan spesial, bener nggak sih Mas apa yang dia bilang? Karena aku melihat foto kalian juga terlihat begitu mesra," tanyaku mau minta penjelasan.'Dek ... Dek, kamu itu lebih percaya Mas suami kamu, sama Merry Adik kamu, atau sama Susi temen kamu? Temen yang sudah merebut mantan pacar kamu, sewaktu kamu masih sekolah dulu. Kalau memang kamu lebih percaya sama Susi, Berarti kamu salah besar, Dek. Karena Mas sama Merry itu tidak ada hubungan spesial, terkecuali hubungan antara kakak ipar dan adik ipar. Kamu jangan mau di bodohi sama Susi dong, Dek. Dia itu hanya menginginkan, supaya hubungan kamu dan Mas berantakan. Kamu tahu nggak, Dek, kalau Susi dan suaminya sekarang hubungannya sedang goyang. Karena suaminya Susi ketahuan selingkuh, makanya dia memanas-manasi kamu. Mungkin t

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 136

    "Alhamdulillah, akhirnya Meri mau menggantikan Lusi. Kalau sampai Meri tidak mau, pasti toko kueku terbengkalai. Semoga dengan kedatangan Meri nanti, toko kueku akan semakin berkembang, aamiin," harapku.Kemudian aku mengangkat tubuh Nadyra dan segera memberikan asi kepadanya. Tidak berapa lama anak keduaku yang bernama Azka pulang dari sekolah dan langsung masuk ke kamarku untuk menyalamiku. Alhamdulillah, aku mempunyai anak-anak yang shaleh, semoga gadis kecilku juga menjadi anak yang shaleha, aamiin."Assalamualaikum, Bu, Kakak pulang," ucapnya sambil meraih tanganku dan menciumnya."Waalaikumsalam, Kak Azka, alhamdulillah Kakak udah pulang tuh, Dek. Bagaimana belajarnya hari ini, Kak, lancar?" Aku bertanya keadaan Azka di sekolah, setelah aku menjawab salam dari anakku yang nomer dua ini."Lancar dong, Bu, Kakak bisa menjawab semua soal ulangan hari ini," sahut Azka.Ia menjawabnya dengan begitu bersemangat, kebetulan hari ini memang ada ulangan harian di sekolah Azka."Alhamdul

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 135

    "Mbak Mira, terima kasih ya. Karena Mbak Mira telah paham dengan keadaanku," ucap Lusi."Iya, Lusi, sama-sama. Aku harus paham, sebab yang namanya manusia pasti punya problem. Kehidupan yang kita jalani tidak akan selamanya bisa sesuai harapan kita," sahutku."Ya sudah, Mbak, aku pamit ke toko dulu ya. Assalamualaikum," pamit Lusi.Aku pun mengiyakan, saat Lusi pamit untuk pergi ke toko. Kemudian ia pergi meninggalkanku sendirian, yang sedang bingung memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Setelah Lusi kembali ke toko, setelah ia selesai membicarakan apa yang ingin diungkapkannya. Aku melamun seorang diri, membayangkan bagaimana nasib toko kueku, ketika Lusi sudah tidak ada lagi nanti? Sedangkan aku baru saja melahirkan dan tidak bisa membuat kue seperti dulu. Menurut Lusi, ia akan pergi sekitar satu minggu lagi. Jadi aku harus segera mencari orang untuk menggantikan Lusi membuat kue, mumpung masih ada waktu untuk mencari orang yang tepat pengganti Lusi tersebut. Setelah setelah

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 134

    "Itu, Dek, Meri barusan menyuruh Mas memasangkan lampu yang ada di kamarnya. Kata dia mumpung ada Mas karena ternyata lampu kamarnya putus," sahut Mas Romi."Oh begitu, ya Mas, ya sudah kalau memang seperti itu. Mas, sudah dulu ya, meneleponnya soalnya Nadyra-nya mau nyusu dulu. Nanti kita sambung lagi," pungkasku.Setelah itu aku pun mengakhiri sambungan telepon, kemudian menyimpan telepon tersebut di atas nakas, sebab Nadyra memang sudah terbangun dari tidurnya. Aku menyusui Nadyra, sambil tiduran, supaya Nadyra kembali terlelap. Soalnya baru juga berapa menit dia tidur kini sudah terbangun karena kehausan. Setelah Nadyra kembali tertidur, aku pun merapikan selimutnya, lalu bangkit dari kasur. Aku berniat akan pergi ke toko untuk mengeceknya. Sudah lebih satu bulan semenjak aku melahirkan, aku tidak pernah lagi mengecek toko kueku. Biasanya aku menyerahkan semuanya kepada Lusi. Pas aku baru membuka pintu kamar, ternyata Lusi sudah ada di depan pintu kamarku. "Eh, Mbak Mira, baru

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 133

    Rasanya nggak mungkin juga, jika suami serta adik kandungku tega menghianati aku. Makanya aku tidak akan percaya seratus persen, dengan perkataan Susi, yang belum jelas kebenarannya. Bisa saja Mereka berpelukan begitu karena Mas Romi mau menolong Meri, bukan karena sengaja berpelukan karena mempunyai perasan lain. Aku percaya, kalau mereka berdua tidak akan seperti itu.[Ya sudah, terserah kamu saja kalau memang kamu tidak percaya. Aku hanya ingin memberitahu kanu saja, apa yang terjadi di sini tanpa sepengetahuan kamu.] Susi mengirimi chat lagi kepadaku.[Terima kasih, Susi, sebab kamu telah mau memberitahu aku. Tapi aku lebih percaya kepada mereka berdua,] terangku lagi.Setelah membalas chat terakhir dari Susi, Susi pun tidak lagi mengirim chat kepadaku. Sepertinya ia kecewa karena aku tidak percaya dengan aduannya tersebut. Biar saja, sebab jika aku menuruti semua aduan Susi, sudah pasti rumah tanggaku, yang aku bina sekitar lima belas tahun ini akan sia-sia.Setelah tidak ada c

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 132

    "Makanya, Mbak Widi, jangan menuruti emosi dulu. Cari tau dulu kebenarannya, kalau sudah seperti ini siapa yang rugi," tanyaku merasa geram dengan apa yang terjadi."Iya, Mbak Mira, aku menyesal sudah gegabah. Sekarang aku menyesal, Mbak, sebab telah mendengar kata orang dan menuruti emosi." ujar Mbak Widi."Ya sudah nggak apa-apa, Mbak. Aku mau kok memaafkan Mbak Widi," ungkap Meri.Adikku ini memang orang baik, ia tidak pernah mau ribet dan mempermasalahkan apa pun. Sifat dia sama persis dengan sikap Bapak kami, yang lebih memaafkan ketimbang memperpanjang masalah. Aku pun memiliki sifat yang sama, tidak pernah mau ribet, atau berpikir untuk membalas perlakuan jahat orang lain. Karena bagiku memiliki sifat seperti itu capek, sebab permasalahan akan tetap ada dan tidak ada habisnya. Aku ingin hidup tentram dan damai, makanya kami tidak terlalu mempermasalahkan semua itu. Toh lama kemanan orang yang membenci kita akan bosan sendiri, sebab kita tidak meladeni mereka."Terimakasih, M

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 131

    "Asal Mas tau, kalau adik ipar Mas Romi ini seorang pelakor. Ia itu berusaha menggoda suamiku, saat kemarin ia belanja di warungku, Mas" Mbak Widi memberitahu kami semua itu."Maaf, Mbak, maksud, Mbak apa? Kok Mbak mengatakan aku seorang pelakor? Memangnya kapan aku menggoda suami Mbak," tanya Meri yang datang menghampiri kami.Melihat Meri keluar, Mbak Widi juga mendekatinya. Kemudian ia mengangkat tangan kanannya, akan menampar Meri. Tapi keburu ditangkis oleh Mas Romi. Mba" Wish hampir saja berbuat anarkis terhadap adikku, jika saja Mas Romi tidak sigap menangkis tangan Mbak Widi."Mbak Widi, tolong Mbak jangan kasar begitu. Tolong beritahu kami dulu, seperti apa sih permasalahan yang sebenarnya? Kok bisa seperti ini," tanyaku meminta penjelasan."Mbak Mira ngapain bertanya kepadaku? Mbak kan bisa tinggal tanya saja sama adik Mbak, ngapain mesti nanya sama aku," tanya balik Widi dengan begitu ketus."Maaf ya, Mbak, bukan aku mau ngeles. Tapi aku memang tidak merasa menjadi seorang p

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 130

    "Ya sudah, Lus, suruh masuk saja ya," pintaku."Iya, Mbak siap," sahutnya.Setelah itu Lusi pun segera pergi untuk menyuruh orang, yang mencariku tersebut supaya masuk. Tidak berapa lama, Lusi bersama orang yang ingin bertemu aku itu pun masuk dan ternyata itu adalah Rani temanku."Rani, katanya kamu sedang di luar kota, tapi kok kamu sudah ada di sini?" Aku to the poin bertanya kepada Rani.Aku kaget bercampur heran, kenapa ia bisa berada di rumahku saat ini. Padahal tadi pagi saat aku telepon dia untuk mengundang dia, supaya datang keacaraku. Rani bilang, kalau ia sedang ada di luar kota. Makanya aku tidak percaya jika sekarang ia ada di hadapanku. Apa mungkin, pada saat pagi di telepon itu dia sedang mengerjai aku? Makanya sekarang ia sudah ada di hadapanku."Mira, kamu sudah kena prank yang aku buat. Aku memang sudah dari luar kota, tetapi sudah pulang dua hari yang lalu. Aku sengaja, bilang sedang diluar kota, sebab ingin memberi kejutan sama kamu. Dan ternyata kejutan aku berhas

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 129

    "Mas pasti setuju dong, Dek, toh semuanya juga demi kebaikan keluarga kira juga," sahut Mas Romi."Ya sudah, masalah ini nanti kita obrolin lagi saja. Sekarang lebih baik kita makan sore dulu, pasti sudah pada laper kan," tanyaku.Kemudian kami pun pergi menuju ruang makan dan makan bersama. Empat minggu setelah kejadian perampokan di rumahku, Mas Rayhan pun dikabarkan sudah diperboleh dibawa pulang. Berhubung yang nabrak bertanggung jawab, jadi tidak perlu mengurusi administrasi lagi. Bahkan Mas Rayhan diantar pulang oleh orang yang menabrak tersebut. "Mas, alhamdulillah ya, Mas Rayhan sudah bisa pulang. Kebetulan kita mau syukuran kelahiran anak kita," ucapku."Iya, Dek, alhamdulillah. Ibu, Bapak dan Meri juga bisa hadir. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan," sahut Mas Romi."Apa benar, Mas? Kapan Ibu memberitahu Mas," tanyaku.Aku merasa kaget, saat mendengar orang tua dan saudaraku mau datang. Ternyata mereka menyempatkan diri, supaya bisa hadir, di acara cukur akikah serta

DMCA.com Protection Status