Beranda / Pernikahan / Membuang Lelaki Sampah! / Aku baik hanya untuk orang baik

Share

Aku baik hanya untuk orang baik

Penulis: Pramesti GC
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sejak kejadian perginya Rani, mas Aldo memang selalu menghubungiku. Aku tak pernah menjawab panggilan telphone nya, apa lagi membalas pesannya. Biarkam dia berharap dalam perih. Sama sepertiku mengharapkan kehadirannya dulu saat aku butuh. Bahkan sekarang dia menemuiku di toko sendirian.

"Pergilah mas, aku tak ada waktu denganmu sekarang!"

"Tapi Sari, kamu sedang hamil anakku. Anak kita. Tak bisakah aku memberinya perhatian?"

Aku ingin tertawa mendengarnya. Dia ingin memberikan perhatian pada anakku.

" Kamu yakin ini anakmu? Bukankah kemarin kamu bilang aku menjual diri?"

Mas Aldo terdiam. Dia menunduk menatap lantai ruangan ini.

"Pergilah!" Ucapku kasar.

"Apa salah jika aku hanya menginginkan seorang anak? Apa begitu salah jika aku menuntut anak dalam pernikahan kita?" Dia kembali berucap. Entah kenapa, setiP kali dia bicaran rasanya ingin ku robek mulutnya itu.

"Kamu tak pernah merasa salah memang mas? Lima tahun menikah, pernah kamu menemaniku periksa kedokter? Menemaniku mencari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Membuang Lelaki Sampah!   Datang dengan masalah

    Setelah mendengar pernyataan mas Yuda. Aku merasa segan didekatnya. Bahkan sepanjanh perjalanan pulang. Hingga mengantarkan mbak Yayuk kerumahnya, aku lebih banyak diam.Sesekali bersuara saat Aisyah memanggilku dan bertanya sesuatu yang dilihatnya dijalan. Tapi kini, gadis kecil iti tidur di kursi belakang. Aku jadi salah tingkah karena suasana yang hening."Ac nya kurang dingin?" Mas Yuda mengecek suhu AC di depanku."Oh, sudah mas. Sudah dingin. Kenapa?" Tanyaku menatapny."Lho kok tanya balik? Kamu itu yang kenapa, kalau AC menyala, kok keringatmu banyak?"Ah, dia tak tau apa aku sedang gugup."Gak papa mas. Sudah menyetir saja. Jangan membuatku malu"Mas Yuda justru tertawa mendengar kalimatku. "Yaa, aku akan berpura-pura tak tau kamu gugup."Lah, dia menggoda!Aku hanya tersenyum, ingin rasanya mengecil dan sembunyi di balik lubang AC yang dingin.Kami menuju kerumahku. Sampai di rumah, mas Yuda membukakan pintu. Aku melihat mobil yang kukenal di jalan masuk rumah. Itu seperti m

  • Membuang Lelaki Sampah!   Bertemu Akmal dengan kisah baru

    Setelah kedatangan mas Aldo kerumah hari itu. Dia tak pernah lagi menemuiku. Hari-hariku berjalan begitu baik. Ada ibu, Aisyah, mas Yuda, mbak Yayuk dan mbak Nur juga Kania. Kehamilan ini tak terasa sulit untuk aku lalui.Aku tak pernah kerumah lamaku dan mas Aldo. Ibu secara tegas melarangku kesana. Ibu diam-diam mendengar pembicaraan kami saat itu. Dan dengan tanpa kompromi lagi, ibu tak ingin mrlihat wajah mas Aldo ada dalam kehidupan kami.Aku tau rasanya, hatikupun sakit saat bayiku dihina. Seperti itulah hati ibuku saat itu. Kecewa, marah dan sangat terluka. Mendengar sendiri bagaimana aku dihina mantan suamiku.Rumah lamaku dan mas Aldo sudah menjadi taman bermain. Beberapa kali ibu mas Aldo sempat mempersulit proses renovasi. Tapi Arya membantuku menyelesaikan segalanya." bagaimana dengan stroller ini?" Mas Yuda meminta pendapatku."Bagus, lucu juga." Ucapku mengomentari.Aku sedang berbelanja perlengkapan bayi saat ini. Kami sudah membeli hampir semua keperluannya. Hanya tin

  • Membuang Lelaki Sampah!   Bayi Rani

    Pagi ini aku mengantar sendiri Aisyah kesekolah. Kania libur satu minggu, karena kelas di pakai ujian kakak tingkatnya. Jadilah dia ikut aku ke toko. Aisyah akan pulang di antar bus sekolah setiap siang.Jalanan sedikit macet pagi ini. Aku bahkan tak bisa berjalan cepat di jalur ini. Ada kemacetan panjang hingga ke lampu merah depan."Tumben macet sekali?" Kania bicara sendiri Dia sibuk melihat kedepan, sampai mendongakkan kepalanya. Tetap saja tak ada yang terlihat."Ada kecelakaan ya mbak?" Dia bertanya padaku."Entah. Mbak kan duduk sebelahmu, menyetir lagi. Kok malah kamu tanya?"Dia tersenyum malu. " yaa maaf, siapa tau kan?"Aku menggelengkan kepala heran. Anak ini pintar, juara kelas, bakan sering ikut olimpiade berbagai pelajaran. Tapi kadang-kadang ya, pertanyaanya bikin darah tinggi.Hampir setengah jam lebih kami terjebak. Aku sampai mual dan pusing karena bau mesin. "Hueek...hueekk...,""Kenapa mbak? Duh mual ya?" Kania panik memijat tengkukku dan mengoleskan minyak di ke

  • Membuang Lelaki Sampah!   Tak Rela Aisyah pergi

    Kami pulang kerumah malam. Ibu sejak tadi menelphone ingin kami segera pulang. Tapi tak mau bicara apa yang sebenarnya ibu khawatirkan.Sampai dirumah, ibu bahkan sudah menunggu di teras rumah. "Ada apa bu?" Aku turun lebih dulu. Kania memasukkam mobil ke dalam garasi."Ada tamu." Suara Ibu setengah berbisik."Siapa? Ibu kok khawatir begitu" Aku merasa heran dengan sikap ibu."Bapaknya Aisyah katanya." Ibu menatapku cemas.Dari mana Bapak Aisyah tau rumah ini? "Ibu takut Sari, dari tadi Aisyah dikamar ketakutan. Bapaknya maksa mau ajak Aisyah. Dia bawa teman, wajahnya seram.""Aisyah sudah ketemu?""Tadi dia sama ibu didepan. Dia lihat orangnya datang. Langsung tarik Aisyah. Dia takut, lari kekamar."Aku berjalan kedalam. Ibu membantuku menaiki tangga teras. Hatiku berdebar, bahkan takut. Jika benar Aisyah di ajak pergi, bagaimana aku bisa menahan rindu bila jauh dengannya.Saat aku masuk, seorang pria dengan rambut di ikat kebelakang memandangku dengan sedikit senyuman. Di samping

  • Membuang Lelaki Sampah!   Mencari Aisyah

    Kami memutari kota lebih dari dua jam. Hingga hari mulai gelap. Kami mampir kesebuah masjid untuk sholat magrib. Air mataku tumpah tak tertahan. Aku tak akan sanggup jauh dari Aisyah.Jaga anakku ya Allah. Jaga dan lindungi anakku!Kami kembali memutari kota. Ibu sudah menangis sejak tadi. Kepalaku juga semakin berat dan sakit. Lelah memang kurasakan. Namun membayangkan dimana anak itu akan tidur, membuat amarahku memuncak. Tak terima dengan perlakuan mereka pada anakku.Jika sampai sehelai saja rambut anakku terlepas. Akan aku pastikan mereka membayarnya!Mas Yuda menelphoneku saat di jalan. "Assalamualaikum mas"'Waalaikumsalam. Dimana?' Suaranya diseberang jalan nampak juga tegang. 'Aku sudah baca pesanmu. Semuanya baik?'"Aiysah dibawa orang mas!" Akhirnya aku menangis kencang. Rasanya dadaku sesak karena menahan gejolak sejak tadi. 'Dibawa yang katanya Bapaknya?'"Iya. Aku sekarang di depan mall Harmoni mas. Kami sudah memutari seluruh kota. Bagaimana mas, bagaimana kalau Aisyah

  • Membuang Lelaki Sampah!   Muhammad Al Fatih

    Berjuang antara hidup dan mati. Allah buktikan aku mampu melaluinya. Setelah menunggu pembukaan sempurna hingga lewat tengah malam, Bayi mungil ini kini kudekap. Sakit yang kurasakan hilang sudah tak berbekas. Ia sibuk menyusu sekarang, meski belum benar tapi kulihat lelaki kecil ini tak menyerah mencari Asinya.Rambutnya hitam nan tebal, bibirnya merah dengan alis yang nyaris bertaut. Pipinya menyembul seperti mochi yang siap digigit. Mengemaskan.Ibu tak berhenti memelukku, menciumku bahkan mengusap-usap rambut cucu lelakinya ini. Mas Yuda masih setia menemani. Bahkan hari ini, dengan paksaan dia mendesak cuti. Sejak semalam, dia yang paling heboh mengendong saat sikecil menangis. Mungkin karena pernah memiliki bayi, dia pandai sekali membantuku merawat bayiku.Mas Yuda yang meng Azani saat lahir dini hari tadi. Di sudah berperan menjadi Bapak yang luar biasa sebelum waktunya. Sejak bangun, Aisyah selalu mendekati tempat tidur bayi. Dia tak berhenti mengelus-elus pipi adiknya. Gadi

  • Membuang Lelaki Sampah!   Lamaran

    Hari demi hari kami lalui dengan tenang. Beberapa kali mas Aldo menghubungi, beberapa kali juga dia mencoba datang. Namun sudah aku minta pada satpam depan, untuk tak membiarkan dia masuk.Hari ini polisi memanggilku sebagai saksi, kasus Bapak Aisyah dan temanya itu masih terus berlanjut. Aku melaporkannya dengan pasal berlapis. Sudah aku bilang, akan membuat mereka membayar bila sedikit saja Aisyah terluka.Mas Yuda menjemputku lebih pagi. Karena mungkin akan memakan banyak waktu hari ini. Aku bahkan sudah memeras ASI kedalam beberapa kantung. Persiapan minum fatih hari ini.Aisyah dan Fatih tinggal dirumah bersama ibu, Kania dan dua ARTku. Mas Yuda bahkan mempekerjakan Satpam didepan rumahku. Karena aku tak memiliki pos untuk berjaga, dua satpam itu menunggu di gazebo depan. Kami tak mau kecolongan lagi. Baik Aisyah ataupun Fatih."Kami berangkat dulu bu" Aku pamit pada ibu. Mencium Aisyah dan Fatih juga.Mas Yuda membukakan pintu mobil untukku. Kami melaju menuju kantor polisi. Sam

  • Membuang Lelaki Sampah!   Kebencian tanpa alasan

    Aku tak pernah menyangka, menemukan pengganti hatiku yang patah dengan cepatnya. Aku juga tak pernah menduga, bahwa kosong yang kurasa tak akan lama.Cincin ini tersemat, bukan hanya sebagai pengikat, namun juga jadi jawaban, bahwa Allah tak pernah membiarkanku sendiri terlalu lama. Bahwa aku juga masih memiliki waktu untuk bahagia."Mas, mas Yuda serius mau menikahiku?" Kalimat itu yang kutanyakan saat dia melamarku. Hanya senyuman yang kudapat. Namun dia buktikan keseriusannya, dia buktikan bahwa dia layak diterima. Mas Yuda, laki yang selalu membuatku tersipu malu. Persiapan pernikahan Kami sudah hampir rampung. Hanya tinggal beberapa yang belum di siapkan. Hari ini, mas Yuda mengajakku mencoba kebaya."Cantik, dan cocok" Ucapnya menatapkuAku tersenyum, menatap pantulan diri dikaca Kebaya abu bernuansa manik dan permata. "Yasudah, ini saja." Ucapku mementukan pilihan.Ha

Bab terbaru

  • Membuang Lelaki Sampah!   Lamaran

    Aku berjalan masuk masuk, perlahan mencoba tersenyum dalam canggung. Mencari jawaban dari Kania dan Ibu. Namun keduanya hanya diam. Kania menarikku kedekatnya."Ada apa Kan?" Dia hanya senyum-senyum tak menjawab. Ingin aku toyor kepalanya, namun tak enak hati, di pandang banyak matan."Apa kabar Mbak Sari?" Seorang wanita dengan jimbab panjang menyapaku. Wajahnya tak asing, tentu saja, aku tau dia ibu mas Atnan."Baik bu, Alhamdulillah. Ibu lurah sehat?""Sehat, bahkan siap untuk mantu."Aku terdiam. Tak tau kemana arah pembicaraan wanita itu."Jadi seperti yang sudah diutarakan keluarga nak Atnan nduk, mereka datang untuk meminangmu."Mataku membulat sempurna. Tak ada angin dan hujan kenapa pelangi datang setelah badai?"Me_melamarku?" Aku menatap wajah mas Atnan denang lekat. Lelaki itu hanya tersenyum simpul.Jawaban apa itu!"Iya nduk, bagaimana? Apakah kamu sudsh siap menerima nak Atnan?" Ibu kembali bertanya.Aku masih terdiam. Sejujurnya aku nyaman bersamanya, namun apakah hat

  • Membuang Lelaki Sampah!   Anak yang terusir kini pulang

    Ku gandeng ibu mas Aldo turun. Aku memang harus memapahnya masuk. Mata sayu wanita itu berkaca. Menatap kedepan kami. Aku melihat kemana arah mata itu sekarang. Rupanya wajah yang ia kenal tengah sibuk mengurus kertas-kertas di depannya. Sehingga ia tak memperhatikan siapa yang tengah berdiri tak jauh dari tempatnya.Iya, aku membawa  ibu Ida menemui Akmal. Anak lelakinya yang dia usir dari rumah. Namun justru merubah hidup lelaki itu jauh lebih baik. Akmal kini memiliki tempat fotocopy dan percetakan. Ia membuka usaha itu dengan kerja keras dan bantuan mas Yuda.Dia jadi lelaki yang halus dan santun. Bahkan jambang dan janggutnya terlihat memanjang sekarang. Akmal kini jauh lebih dewasa dan meneduhkan."Assalamualaikum" Aku mengucap salam."Waalaikumsalam. Ada perlu a..." Dia terdiam, saat melihatku memapah ibu kandungnya berdiri, tepat di depan matanya sekarang. "Ibu?" Begitu kalimat yang kudengar. Entah mengapa membuat darah

  • Membuang Lelaki Sampah!   Menyapa tahanan

    "Mengapa kau membawa Fatih pergi?" Aku bertanya tanpa berbasa-basi lagi. Kesabaranku pada mas Aldo sudah ada diujungnya.Dia terdiam, membuang wajahnya kearah lain. Aku menemuinya di kantor polisi. Mas Aldo ternyata juga masuk daftar pencarian orang. Penipuan, adalah kasus yang kini juga menjeratnya."Baiklah, jika kamu hanya diam, aku tak bisa berbuat apa-apa. Ini terakhir kalinya aku kemari!"Aku berdiri, melangkah menuju pintu. "Aku hanya ingin memeluk anakku!"Suaranya sumbang. Membuat kakiku berhenti melangkah. Aku berbalik, melihat punggungnya yang kecil di balik baju orange bertuliskan Tahanan itu."Anak siapa? Fatih bukan anakmu!""Dia anakku! Aku tau dia anakku Sari!" Dia kini berdiri, namun belum melihatku."Anak yang tak kau akui sejak dalam kandungan? Bukankah mulutmu sendiri yang bilang 'hanya anak Rani darah dagingku'. Itu kan yang kau katakan?" Dia diam, tak ada jawaban."Lalu sekarang dimana Veronica? Hem... Kau bahkan tak bisa menjadi ayah yang baik untuk bayi malan

  • Membuang Lelaki Sampah!   masalah terakhir

    Kugendong Fatih yang menangis. Kupeluk dan kutenangkan dia dulu. " anak bunda sayang. Ini bunda" kutimang dia dalam dekapan. Kini tangisnya mulai reda. Dia memegang botol susunya dengan erat. Aku berjalan menuju pintu, tapi kudengar suara air dari dalam kamar mandi. Aku mendekat kearah pintu kamar mandi. Ada orang di dalam!Kutempelkan telingaku didaun pintu. Bunyi air itu sumakin jelas. "Sebentar nak, uti lagi buang air. Ini sudah selesai. Kamu jangan nangis lagi dong. Nanti mereka dengar!" Ibu ternyata ada di dalam. Aku kunci saja ibu dari luar. Biar saja dia berteriak-teriak didalam."Siapa itu! Hey siapa itu" suaranya berteriak mencoba membuka pintu."Jangan pernah lagi menyentuh anakku bu Ida!" Aku bicara dari luar. "Sari? Buka sari. Kembalikan Alex cucuku?"Alex? Keren amat namanya. Dikasih nama Muhammad Fatih kok jadi Alex. Kayak nama kedai Bakso di dekat Radio umum."Lha emang ibu punya cucu nama Alex?""Diam kamu. Keluarkan aku!""Diam ibu! Aku panggil polisi mau? Anakku b

  • Membuang Lelaki Sampah!   Mencari Fatih

    "Assalamualaikum..." Suara itu membuatku melihat kearahnya. "Mas Atnan?"Saat aku sedang kalut. Mas Atnan datang tepat didepanku. Bisakah aku meminta bantuanmu juga mas?"Ada apa mbak?" Ia tampak terkejut melihatku yang tergugu"Bisa bantu saya mas. Anak saya hilang mas.""Aisyah?Aku menggelengkan kepala. "Fatih mas""Kok bisa? Dia kan masih kecil mbak. Yasudah kita kemobil dulu. Kita cari sama-sama. Nanti mbak bisa cerita kronoliginya sambil jalan."Aku menganggukkan kepala. Segera saja aku pergi menuju mobilku. Mas Atnan meminta kunci mobilku dan membukakanku pintu untuk masuk. Aku duduk di samping kemudi dan mas Atnan menyusul masuk. Tanpa berfikir panjang, kami pergi.***"Jadi Fatih di ambil mantan suami mbak kemarin itu? Aku menganggukan kepala."Secara biologis dia memang ayahnya mas. Tapi secara hukum fatih masuk anak saya dan mas Yuda. Entah bagaimana mas Yuda menuliskan Fatih anaknya yang sah.""Lalu Aisyah?""Dia anak angkat saya."Mas Atnan terdiam. "Mbak masih ingat kema

  • Membuang Lelaki Sampah!   Fatih Hilang

    "Assalamualaikum " ibu datang bersama Kania dan anak-anak. Melihat mas Atnan dudukdi dalam saung bersamaku, membuat ibu menatapku penuh tanya."Ibu ingat, ini mas Atnan. Anaknya Bu lurah."Ibu duduk memperhatikan lelaki itu. "Oh, ibu ingat yang kemarun pas kita pulang ambil satur sama mak Idah kan?""Betul bu, itu saya. Apa kabar...""Baik mas, baik. Kok bisa sama-sama disini?" Kembali ibu mewawancara diriku."Oh, ini tempat makan punya mas Atnan bude" Kania ikut menjelaskan. Gadis sok tau inu tersenyum menggodaku. Dasar!Ibu nampak terkejut. Seban baru tau jika anak bu lurah itu polisi yang sukses punya tempat makan."Jadi beli sayur di rumah sana itu untuk di bawa kemari?""Iya bu. Betul. Tadinya kakak yang mengelola. Tapi sekarang diserahkan kesaya. Yasudah kalau begitu silahkan pesan. Saya pindah meja saja" Mas Atnan."Makan bareng saja nak, biar ramai" ibu memberikan tawaran."Iya mas, tadi bilang mau ikut bergabung. Gak apa-apa." Aku juga meminta."Betul mas, gak perlu gak enak

  • Membuang Lelaki Sampah!   Berterima kasih

    Sejak pagi mas Aldo masih terus menghubungi. Bahkan semalam dia pergi kerumah. Entah berapa lama dia ada di depan gerbang. Mungkin srbsiknya aku pindah saja. Rasanya tak nyaman diteror hamoit setiap hari.Dan setelah kufikirkan semalaman. Ada baiknya memang aku menerima tawaran untuk datang ke warung mas Atnan. Rasanya berterimakasih saja tak cukup. Mas Atnan sudah membantuku dari mas Aldo.Akhirnya menjelang siang, Kuberanikan diri mampir kewarung mas Atnan. Aku membawakan beberapa cemilan dan buah juga. Sebagai rasa terimakasih sudah membantuku kemarin saat mas Aldo kembali datang menganggu."Ada yang bisa dibantu kak?" Seorang pelayan wanita memberikan menunya padaku.Aku menerimanya. "Eh, saya mau pesan nasi ayam saja mbak. Untuk dua puluh delapan orang. Kirim untuk makan siang di toko depan ya"Wanita itu mencatat pesananku. Aku masih mencoba mencari-cari dimana mas Atnan berada."Em, maaf.. ada lagi yang lain bu?""Oh, tidak. Itu saja. Dimana kasirnya?" Wanita itu mengantarkan

  • Membuang Lelaki Sampah!   Datang menyelamatkanku

    "Aku hanya ingin bersamamu dek sari!" Mas Aldo mencegahku pulang dari toko.Entah hari keberapa ini, dia terus datang kemari. Tanpa henti dan tak kenal lelah. Aku bahkan merasa benar-benar sudah terganggu."Biarkan aku bersamamu dek..." Dia mencengkeram tanganku dengan erat. Kucoba melepasnya, namun tetap saja tak bisa. " Dengarkan dulu sari, aku dulu begitu takut pada ibu. Sekarang aku tak takut lagi." Dia mulai memaksa."Lepaskan! " Teriakku akhirnya. Setalah berkali kali kucoba bersabar.Satpam tokoku sedang di dalam, membantu mengurusi barang yang masuk. Jadilah aku didepan sendiri. Mengurusi manusia tak tau malu ini."Aku tak bisa lagi melepaskanmu Sari. Aku masih mencintaimu" Dia menatapku memelas. Dia fikir aku akan tersentuh? Dimataku, Aldo hanyalah barang bekas yang sudah kubuang. "Apa maumu mas?""Kembali padamu. Aku mohon. Mas janji dek, mas tak akan menyakitimu. M

  • Membuang Lelaki Sampah!   Akhir kisah cinta segitiga

    Ibu masih terlihat menangis. Beberapa warga memeluknya dengan erat. Sebentar kemudian mobil lain mendekat. Lalu seseorang turun daru dalam mobil."Mas Alan" Ucapku pelan. Tiba-tiba aku begitu khawatir, terlihat mas Alan datang dengan membawa Arcila dan Almira, tanpa mbak Asya.Mbak Nur tiba-tiba berlari kearah kami. "Mbak, siapa yang meninggal?""Kamu belum dengar Sari?" Mbak Nur berbalik tanya.Aku menggelengkan kepala. "Mana aku tau mbak. Memang siapa?""Asya..."Astagfirullah...!Tubuhku tiba-tiba bergetar karena terkejut. Mbak Asya meninggal? Kenapa mbak Asya bisa meninggal? Bukankah kudengar terakhir kali dia akan menikah lagi."Jangan bercanda kamu Nur, bukanya Asya mau menikah bulan depan?" Mbak Yayuk bertanya. Sepertinya sama sepertiku, mbak Yayuk juga terkejut dan tak percaya."Masak berita orang mati aku buat-buat to mbak. Kalau aku buat-buat, menurut mbak siapa yang ada dalam peti itu?""Gak tau Nur, Aldo mungkin lebih pantas!" Ucap mbak Yayuk. "Lelaki tak tau diri itu pa

DMCA.com Protection Status