Share

“Lemari Sialan”

Penulis: Nadifrnsa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Intan dan aku saling pandang, dengan gerakan tergesa-gesa kami melepaskan dekapan. Intan memungut pakaian nya yang terhambur di lantai.

"Sembunyi sayang," ucapku gugup sambil merapikan pakaian, sementara itu Layla masih mengetok-ngetok cukup keras di depan pintu. Syukur nya aku mengunci pintu.

"Sembunyi dimana?" Tanya Intan panik bukan main, pasti saja jika ada Layla, maka ada Naura pula.

"Intan sembunyi di kamar mandi ya?" Intan berlari ke arah kamar mandi.

"Jangan! Pasti ketahuan." jawabku bingung.

"Disitu! Kamu masuk disitu!" Aku menunjuk sebuah lemari pakaian yang sudah tidak terpakai dan tidak mungkin sekali Naura membuka nya.

"Mas?" Intan melotot.

"Yang benar aja aku di suruh masuk lemari!" Intan seperti tidak terima.

"Ayah!" Suara Layla terdengar lagi, Intan mendengus sebal lalu masuk ke dalam lemari besar di pojok ruangan. Aku mengunci nya dari luar, jaga-jaga saja.

Terdapat sedikit lobang di lemari itu, yang membuat Intan bisa mengintip keadaan di luar.

Setelah ku pastikan semua aman. Aku mengatur mimik wajah, seolah baru saja bangun tidur. Aku membuka pintu dan benar saja, ada Layla dan Naura.

"Ayah kok lama sekali sih buka pintu!" Ucap Layla kesal.

"Maaf, sayang. Ayah ketiduran." jawabku sambil menguap. Naura di belakang Layla meneliti ruangan, apa yang dia cari.

"Naura baru aja dari supermarket beli belanja bulanan, Layla minta mampir," ucap Naura. Dia mulai membaik, tidak marah-marah seperti pagi tadi.

Kami masuk ke dalam ruangan, duduk di sofa tempat aku dan istri keduaku bercinta.

"Aku mau main!" Layla segera berlari ke arah lemari mainan milik nya.

Aku duduk di samping Naura. Dada ku yang berdegup kencang kini mulai stabil.

"Mas," panggil Naura. Aku menengok ke arah nya.

Cukup kaget di buat nya, Naura memeluk ku erat dari samping, tidak bisa. Dia menyandarkan kepala nya di dada bidang ku.

"Maafin Naura ya sering marah-marah," ucap nya manis. Jarang sekali sudah kudengar ucapan manis dari istriku.

"Gapapa sayang." Aku reflek mencium pucuk kepala istriku.

"Naura sayang sama mas," ucap Naura. Sebenarnya aku bingung sekali, karna ini tidak seperti Naura yang kukenal.

"Apa dia tahu bahwa ada Intan?" ucapku dalam hati, lalu sedetik kemudian aku menggelengkan kepala. Tidak mungkin.

Intan di dalam lemari yang penuh nyamuk itu menggerutu tidak karuan, dia meremas kain-kain yang bergelantungan. Hati nya panas melihat suami nya bermesraan di depan nya.

Lalu dia melihat tidak lama dari itu Naura mencium pipi suami nya.

"Kurang ajar, berani-berani nya dia bermesraan di depanku!" ucap Intan tertahan, dia sudah sangat emosi dan di tutupi api cemburu.

Tangan dan kaki nya sudah penuh merah-merah di gigit nyamuk, dan hal yang paling sial bagi Intan adalah Naura dan Layla tidak pulang bahkan mereka berdua menunggu jam kerja selesai agar bisa pulang bersama. Sedangkan Intan harus terkurung hingga jam delapan malam. Belum lagi dia harus melihat keromantisan keluarga kecil di depan mata nya. Sangat menyebalkan.

*********

Aku tergesa-gesa keluar kamar, berniat pergi ke kamar Intan. Naura sudah tidur, akhir nya aku memiliki waktu bersama Intan. Walaupun seperti nya Intan akan sedikit merajuk, karna insiden di kunci di lemari.

Aku membuka pintu Intan yang tidak terkunci, aku lihat Intan terkesiap sebentar, kaget dengan kedatangan diriku, lalu membuang muka geram.

"Sayang," panggil ku. Lalu aku memeluk istri keduaku itu dengan penuh kehangatan. Dapat kurasakan buah dada nya yang menempel di dada bidang ku.

"Apa sih mas!" tukas Intan kasar, dia benar-benar sedang marah.

"Mas minta maaf, itu kan di luar kendali mas, yang penting sekarang kita bisa bermesraan kan," ucapku, sambil mengelus pundak nya dengan sayang.

"Jangan marah dong, nanti cantik nya hilang loh."

aku menciumi wajah Intan penuh rasa cinta. Memperhatikan setiap jengkal tubuh indah nya itu, membuatku menelan ludah.

"Besok kita jalan-jalan, mas janji," aku melontarkan penawaran yang seperti nya berhasil karna membuat Intan tersenyum sumringah.

"Janji? Aku mau berbelanja baju mas," rengek Intan.

"Apapun yang kamu mau," ucap ku, sembari mencium kening istri ku.

Setelah berhasil membuat nya luluh, Intan kembali ke mode awal, perempuan yang manja, dan istri yang menyenangkan. Dia selalu memeluk diriku dengan mesra. Membuat aku merasa dicintai sepenuh hati.

Aku sudah tidak tahan lagi, aku mengecup bibir nya yang ranum, tangan ku bergerak aktif, menjamah apa saja yang dapat kujangkau. Gairah ku sudah di atas kepala, siap meledak kapan saja.

Intan berbaring di kasur, menatap ku dengan pandangan yang menggoda, dia menggigit bibir bawah, membuka tangan selebar mungkin, seolah menegaskan, bahwa dia sudah siap menjadi santapan ku malam ini.

Tidak menunggu lama, aku menanggalkan pakaian ku, melempar nya kemana saja. Beberapa detik kemudian Intan sudah tepat berada di bawah ku.

“Lebih cepat mas,” Intan meremas punggungku, membiarkan kenikmatan terasa antara kami berdua.

Kami melewati malam penuh gairah dengan perasaan senang. Seolah membalas kegagalan yang kami alami di malam sebelum nya. Kami berdua berakhir bercucuran keringat, terbaring lelah karna terlalu bersemangat.

Selang beberapa saat, aku bangun dari posisi tidur ku. Intan menengok ke arahku lalu bertanya, "Mau kemana mas?"

"Kembali ke kamar sayang, nanti Naura curiga," ucapku sembari memasang pakaian yang tadi tergeletak tak beraturan. Intan cemberut, menghela nafas gusar.

"Aku rasa cuman jadi alat pemuas kamu, setelah di pakek aku di tinggal gitu aja!" Intan terlihat marah kepadaku.

"Bukan gitu sayang, kita kan harus menjaga rahasia ini rapat-rapat." aku menenangkan istriku itu.

"Sampe kapan! Aku juga mau jadi istri yang sah di mata semua orang!" aku menggaruk kepala ku, semakin runyam saja permintaan Intan.

Kemarin dia meminta satu atap, sekarang meminta sah di mata semua orang.

"Gak bisa sayang, akan menimbulkan masalah," ucapku dengan lembut.

"Masalah, masalah, masalah, istri mana yang gak sakit hati mas disembunyikan gini!"

Aku menghela nafas, semakin bingung ingin

berkata apa. Salah kata sedikit saja, akan panjang urusan nya.

"Iya, mas usahakan secepat nya ya,"ucapku menenagkan.

"Hmm." jawab Intan seada nya.

Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, aku bergegas kembali ke kamar, aku takut jika Naura terbangun dia bingung tidak mendapati aku di samping nya.

Setelah sampai di kamar, jantung ku berdegup sangat kencang. Bagaimana tidak? Naura duduk di ranjang, menatap kosong ke arah pintu.

"Kamu dari mana?" tanya Naura dingin.

Bab terkait

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Kecurigaan Seorang Istri”

    Aku menarik napas perlahan, menetralisirkan perasaan gugup."Dari toilet." jawabku santai."Toilet kita rusak?" tanya Naura, matanya menatap pintu toilet yang ada di kamar kami.Aku panik bukan kepalang. Mencoba mencari alasan yang masuk akal."Sekalian ambil air minum." jawabku sambil berjalan menuju kasur.Naura menatap air minum yang ada di nakas. Aku paham maksud pikirannya, namun Naura tidak memperpanjang. Dia memilih kembali tidur dengan posisi membelakangi ku.Perasaanku sangat tidak nyaman. Apakah Naura tahu aku baru dari kamar Intan? Apa Naura tadi membuntutiku? Ah, memikirkannya semakin membuatku pusing. Perasaanku semakin tidak nyaman."Kamu terbangun?" aku mencoba bertanya kepada Naura. Dia tidak menjawab. Apakah dia sudah tidur?Aku memilih untuk diam. Pikiran di kepalaku semakin berkecamuk. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang tadi terjadi. Akibatnya aku tidak bisa tidur hingga pagi. Syukurnya besok aku tidak bekerja, sehingga bisa bangun lebih siang.Cahaya

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Hari Sial Tidak Ada Di Kalender”

    "Kalian sudah berapa lama?" tanya Naura tanpa menatap kami."Kalian?" tanyaku memastikan."Iya, kamu dan Intan." jawab Naura datar."Kami tidak ada hubungan apa-apa, Mbak," jawab Intan gugup, wajahnya terlihat cukup pucat.Naura tertawa, seperti tawa yang dipaksakan."Iya, kalian sudah berapa lama mengenal? Kenapa jadi ke mana-mana jawabannya."Beberapa saat aku merutuki kebodohan jawaban Intan. Kami malah terlihat seperti ada apa-apa jika seperti ini. Aku juga bisa melihat Intan semakin gugup dibuatnya."Kami tidak terlalu kenal sebelumnya. Mas cuma mengenal kakak Intan, baru kali ini saja cukup banyak mengobrol. Biasanya setiap Mas ke rumah kakaknya, Intan di dalam kamar saja," aku menjelaskan dengan santai, agar terlihat tidak mencurigakan.Naura mengangguk-angguk saja."Naura kira sudah lama mengenal, karena kalian terlihat begitu tahu satu sama lain," jawab Naura ceplas-ceplos.Intan menggeleng cepat, gelengan yang patah-patah dan terkesan aneh."Tidak, Mbak, kami tidak begitu ak

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “CCTV Di Kamar”

    Jantungku lagi-lagi rasanya berhenti. Wanita yang di depanku saat ini adalah Mika, sahabat karibnya Naura. Bisa-bisanya kami bertemu di saat seperti ini."Apa kabar, Mik?" aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat gugup dan mencurigakan."Baik kok! Ini siapa?" tanya Mika bingung, menunjuk ke arah Intan."Ini saudara sepupuku, datang dari luar kota." jawabku cepat.Mika terlihat percaya. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, "Kamu sudah jarang sekali main ke rumah, sibuk banget ya?" tanyaku kemudian.Mika menggeleng, perubahan ekspresi terlihat jelas dari wajahnya, "Aku kan bertengkar dengan Naura, kamu tidak tahu?"Aku cukup terkejut mendengar itu, kenapa Naura tidak pernah mengatakan apa pun kepadaku?"Panjang lah ceritanya, yang jelas sudah satu tahun kebelakang ini kami sudah tidak pernah lagi berhubungan," jelas Mika."Yasudah ya, Zain, aku sedang buru-buru, kapan-kapan kita mengobrol lagi."Aku mengangguk, lalu Mika berlalu, meninggalkan kami berdua. Aku menghela napas le

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Intan Hamil?”

    "Mas, itu CCTV ya?" pertanyaan Intan membuat keningku berkerut.Lalu aku melihat ke arah telunjuk Intan, mataku menyipit sempurna, memperhatikan benda itu. CCTV? Sejak kapan ada CCTV? Kami benar-benar tidak pernah memasang CCTV di kamar.Aku melepaskan pelukan kami dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arah CCTV tersebut. Benar saja, itu adalah CCTV. Setelah aku periksa, CCTV itu menyala. Perasaanku campur aduk. Aku menggaruk kepala gusar dan tanpa berpikir panjang segera menarik tangan Intan untuk keluar kamar.“CCTV itu menyala,” aku duduk di sofa. Keningku berkerut, siapa lagi yang memasang itu jika bukan Naura? Dengan gerakan cepat, aku menelpon Naura.Tiga kali percobaan tidak ada jawaban, percobaan keempat baru mendapatkan jawaban.“Ada apa, Mas?” terdengar suara Naura dari seberang sana.“Sejak kapan kamar kita ada CCTV?” aku langsung memburu Naura dengan pertanyaan itu, tanpa basa-basi.“Sudah lama sih, jaga-jaga saja agar jika ada maling dia takut karena ada CCTV.” jawab Naura

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Perseteruan Rumah Tangga”

    Intan mengambil alat tes kehamilan yang sudah dia celupkan ke cairan urine."Apa hasilnya, Sayang?" aku bertanya, tidak sabar. Karena melihat Intan diam saja, tidak bergeming."Sayang?" aku kembali mendesak Intan yang masih saja diam sambil menatap alat itu."Mas, Intan hamil," jawab Intan. Dia terlihat syok dengan fakta itu. Dia menyerahkan alat tes kehamilan itu kepadaku. Garis dua, walau samar.Aku mengacak-acak rambut frustrasi."Tidak apa-apa kamu hamil, kita menikah secara sah, namun apa nanti kata Naura kalau tahu kamu hamil?""Terpaksa kamu harus pindah dari rumah ini," aku memberikan solusi yang masuk akal. Dengan Intan pindah rumah, akan lebih mempermudah bukan? Dia bisa dengan leluasa merawat dan membesarkan kandungannya tanpa harus sembunyi-sembunyi."Intan tidak mau pisah rumah sama Mas!" jawab Intan bersikukuh. Kepalaku pusing. Intan sangat keras kepala, ide-idenya sangat membahayakan dan terkesan egois kedengarannya."Akan susah, Sayang," jawabku lembut, sebisa mungkin

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Getaran Ranjang Dengan Istri Pertama”

    Aku diam saja, kembali duduk disofa. Persetan dengan Intan, aku harus memikirkan banyak hal sekarang."Mas, kenapa dia?" aku kaget, Naura berdiri didepan pintu, sejak kapan dia disana? Apa dia mendengar percakapanku barusan?“Sayang, kamu sudah pulang? Dimana Layla.” aku menjawab cepat, mengalihkan pembicaraan.“Layla ditempat temanya, aku titipkan tadi, dia tidak mau pulang. Intan kenapa?” tanya Naura bingung. Naura menatap koper yang tergeletak dilantai.“dia mau pulang, karena merasa tidak enak merepotkan tinggal disini,” aku bingung menjawab apa, habis sudah alasan yang ada dikepalaku ini. Naura diam saja, terlihat tidak mau tahu lebih lanjut. “Yasudah, Naura mau ganti baju dulu.” jawab Naura.Dia berlalu saja, tidak penasaran tentang apapun. Syukurlah. Aku mengambil koper Intan, meletakanya didepan pintu. Aku sedang tidak ingin membujuknya. Karena aku merasa tidak salah, harusnya suami dihormati bukan?Aku segera masuk kekamar. Suara air keran terdengar, Naura sedang mandi. Aku

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Apakah Naura tahu?”

    [kalau mas memang gak mau janin ini, intan akan gugurkan]Aku menghela nafas kasar, apa lagi sih? Hidupku seolah tidak bisa tenang dibuatnya.Belum sempat aku membalas pesan itu, masukLagi pesan baru dari Intan juga.[mas kira aku gak sakit hati dengar desahan Naura? waktu aku lagi nangis, mas gak ada nenangin aku sama sekali, malah sibuk sama jalang itu]Aku menghela nafas kasar, memilih untuk tidak membalasnya. Aku memijat pelipisku. Pusing rasanya, "ada apa mas?" tanya Naura bingung melihat tingkahku yang seketika berubah. Aku menggeleng sambil tersenyum paksa. "Gak ada apa-apa, yuk kita jemput Layla, nanti keseorean," Naura mengangguk setuju, sekilas Naura tampak melihat jam yang ada ditanganya.Setelah membayar, aku segera melajukan mobilku, membelah jalanan kota yang sedikit basah karena hujan. Jarang tempuh antara restoran dengan rumah Ratu tidak jauh, hanya sekitar sepuluh menit.Setelah sampai dirumah Ratu, memastikan semua barang-barang Layla tidak ada yang tertinggal, da

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   [Besok Intan Gugurin Kandungan]

    Aku menatap Naura sebentar, kenapa dia tiba-tiba bertanya tentang itu."Hamil?" tanyaku."Iya, kaya Intan." jawab Naura singkat, padat, mengagetkan."Eh, kok Intan sih. Maksudnya kaya Maura," Naura meralat, menyebutkan nama salah satu teman kami. "Maura hamil?" tanyaku, sedikit lega."Iya, sudah empat bulan.""Gapapa sih kalau kamu hamil, Layla punya adek deh.""Mas, mas gak selingkuh kan?" tanya Naura serius.Aku terkekeh, "emang mas bisa selingkuh dari istri yang bentukanya secantik ini?" tanyaku sambil menggoda.Naura tersenyum kecut, "jadi mas gak selingkuh?" Aku menggeleng yakin. "Tentu saja tidak." aku menjawab mantap. Naura mengangguk-anggukan kepalanya.Setelah itu Naura keluar kamar, dia ingin mengangkat jemuran. Hari sudah sore. Ponselku berbunyi, sebuah pesan masuk dari Dimas, sahabat dekatku. Kami juga dulu selalu satu sekolah dari sekolah dasar sampai kuliah.[bro, malam ini sibuk gak? kumpul lah, dirumah Reza]Aku membalas pesan itu dengan cepat.[boleh, ngopi kita] ak

Bab terbaru

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Ulang Tahun Ayah”

    Aku berkutat di atas meja kerja pagi ini, menyelesaikan pekerjaan demi pekerjaan yang kian menumpuk karna beberapa hari terbengkalai. Aku mengerutkan dahi bingung sesekali, menghela nafas gusar. Aku tidak memiliki banyak waktu hari ini, bahkan untuk menengok Intan saja tidak sempat. Aku hari ini ulang tahun, sebenarnya itu bukan hal penting untukku, tapi Naura tadi berpesan dengan wajah datarnya tadi memintaku pulang lebih awal karna mereka akan merayakan nya bertiga, dengan Layla. Setengah jam lagi aku akan pulang. Aku menghela nafas gusar, mengabari Intan perihal perayaan ulang tahun ini, jika tidak dia akan marah jika aku tidak memberitahunya.[mas hari ini rayakan ulang tahun dengan Naura dan Layla]Setelah mengirimkan pesan itu, aku mengambil kopi yang sudah dingin, menyeruputnya dengan perlahan. Tidak lama kemudian balasan dari Intan masuk, cepat sekali.[romantis nya, keluarga bahagia]Terbaca sarkas dan cemburu, tapi yasudahlah. Tidak terasa jam pulang, aku segera pulang. Meni

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Apakah Naura mengetahuinya?”

    Setelah menenangkan Layla aku segera menghampiri Naura yang ada di dapur.“Kamu tidur dimana semalam mas?” tanya Naura tiba-tiba. Matanya sembab, kenapa dia menangis?“Maafkan aku, Naura. Aku tertidur di kantor,” jawabku, mencoba terdengar setenang mungkin.Naura menatapku tajam, matanya menunjukkan keraguan. “Di kantor? Tapi Pak Junaidi bilang kamu gak ada di rombongan kemarin.”Aku terdiam sejenak, otakku berusaha mencari jawaban yang masuk akal. “Aku… ada keperluan mendadak di luar kantor. Makanya aku gak ikut rombongan.”Naura menghela napas panjang, tampak semakin curiga. “Keperluan mendadak apa, mas? Kenapa kamu gak bilang sama aku?”“Aku gak mau kamu khawatir. Lagipula, aku pikir aku bisa menyelesaikannya dengan cepat dan pulang tepat waktu, tapi ternyata terlambat.”Naura menggeleng pelan, air mata mulai menggenang di matanya. “Aku sudah capek dengan semua alasanmu, mas. Layla juga capek. Kami butuh kamu di sini, tapi kamu selalu ada alasan untuk tidak hadir.”Aku merasa bersa

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Semua diluar rencana”

    Aku memijat pelipisku yang sedikit sakit. Setelah kejadian semalam aku langsung tertidur pulas, harusnya aku pulang tadi malam. Aku melihat disampingku Intan yang juga tengah tertidur, kelelahan.Tanganku bergerak mengambil ponsel di atas nakas. Ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari Naura dan beberapa pesan.[mas, pulang jam berapa?][mas, kamu dimana? Jangan lupa besok ada acara loh disekolah Layla, pentas seni, kamu sudah janji bakal datang][mas, kamu gak jadi pulang malam ini?][mas, kata pak junaidi kamu gak ada di rombongan]Aku terduduk kaget, aku melupakan tentang pentas seni itu. Layla pasti akan marah. Aku melihat jam di dinding, menunjukan pukul tujuh pagi, masih ada waktu sekitar satu jam setengah. Aku bergegas mandi, membersihkan diriku. Sambil memikirkan alasan apa yang akan aku pakai. Setelah mandi aku melihat Intan sudah bangun dari tidur nya. Dia tersenyum kepadaku."Mas mau kemana?" tanya nya. Dia mengucek matanya, menetralisirkan pandangan."Mas pulang dulu ya?

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Bercinta Dengan Bu Dokter”

    Setiba di apartemen, kami segera beristirahat. Namun, ponselku berdering, menunda aktivitasku. Aku melihat sebuah panggilan video masuk dari Layla. Dengan panik, aku berdiri dan keluar dari kamar, memberikan kode terlebih dahulu kepada Intan."Ayah!" panggil Layla ketika aku mengangkat panggilan itu."Ayah, itu di mana?" tanya Layla polos.Aku tersenyum, berusaha menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba menyerang. "Ayah lagi di tempat kerja, sayang. Ada yang ingin Layla ceritakan?""Ayah kapan pulang?Bunda bilang ayah lagi sibuk," kata Layla dengan nada sedikit kecewa.Hatiku mencelos mendengar pertanyaan itu. "Ayah akan pulang secepatnya, Layla. Ayah janji."Setelah beberapa menit berbicara dengan Layla dan memastikan dia baik-baik saja, aku menutup panggilan. Kepalaku penuh dengan perasaan bersalah dan kebingungan. Intan mendekat, menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan."Kamu tidak perlu pulang secepat itu," katanya dengan nada cemburu yang terselubung. "Mereka bisa menunggu.

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Ayah, itu dimana?” tanya Layla polos.

    Intan terbangun pada pagi yang cerah dengan perasaan mual yang mengganggu. Dia berusaha duduk tegak di atas tempat tidur, mencoba meredakan rasa mualnya.Aku yang sedang tertidur di sampingnya terbangun oleh gerakannya. "Ada apa, sayang?" tanyaku, khawatir melihat ekspresi wajahnya yang tidak enak.Intan menatapku dengan ekspresi campuran antara bahagia dan khawatir. "Aku rasa... Aku rasa mual pagi ini," ucapnya perlahan."Pakaiannya aku beli kemarin, coba lihat apakah ukurannya pas," ujarku sambil memberikan paket kecil yang berisi pakaian yang kupilih untuknya kemarin.Intan membuka paket itu dan melihat dengan penuh harap. "Oh, terima kasih, Mas. Aku akan mencobanya."Dia bangkit perlahan dan pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya saat dia kembali ke kamar dengan pakaian baru yang pas dan nyaman."Mungkin kita harus pergi ke dokter hari ini, untuk memastikan semuanya baik-baik saja," kataku, mencoba menenangkan hatinya

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Malam panas bersama bu polisi”

    Setelah tiba di apartemen, aku segera menuju kamar Intan, berkali-kali memencet bel namun tidak juga ada yang membukakan pintu.Hingga terdengar suara serak laki-laki dari dalam sana. Tidak lama kemudian, laki-laki itu keluar dan membukakan pintu."Cari siapa, Mas?" dia bertanya. Aku sudah emosi, siapa dia?"Lo siapa?" aku berteriak marah, karena tidak mengenal laki-laki di depanku ini.Laki-laki itu terlihat bingung, tetapi tetap tenang. "Maaf, Mas. Saya tukang servis AC. Mbak Intan yang memanggil saya untuk memperbaiki AC-nya yang rusak."Aku tertegun sejenak, merasa malu dengan kemarahanku yang tidak pada tempatnya. "Oh, maaf. Saya tidak tahu," kataku, merasa bersalah."Tak apa, Mas. Silakan masuk. Mbak Intan ada di dalam," katanya sambil memberi jalan.Aku masuk ke dalam dan melihat Intan yang sedang berdiri di ruang tamu, tersenyum melihat kebingunganku."Sudah bertemu dengan Pak Anton, tukang servis AC?" tanya Intan dengan senyum menggoda.Aku menggaruk kepala yang tidak gatal.

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Laki laki asing di apartemen Intan”

    “Itu apa? Hasil usg?” tanya Naura tiba-tiba. Dia tidak sengaja melihat hasil usg yang terletak di atas meja tidak jauh dari kasur.Intan panik bukan kepalang, buntu sebuntu-buntunya ingin menjawab apa.“Sayang!” aku memanggil Naura berulang-ulang namun juga tidak mendapatkan jawaban. Lalu tidak sengaja aku melihat separuh tubuhnya berada dikamar Intan. Sedang apa dia?“Kamu sudah pulang?” tanya Naura. Seketika dia melupakan tentang hasil usg itu. Z“Sudah, kamu masak apa?” tanyaku.“Naura gak masak, kita pesan online aja.”Aku mengangguk, lagipun aku bukan tipe suami yang patriaki, jika istri tidak mau masak yasudah, selama masih ada uang, semua lancar.“Mau kemana tan?” tanyaku kepada Intan, berlagak seolah tidak tahu menahu tentang apapun.“Besok kayanya aku pulang mas,” Jawab Intan cepat, dia sudah paham alur skenario rupanyaz“Loh, kenapa?” tanyaku lagi, sudah seperti tetangga kepo.“Iya, karena susah juga cari kerja disini,” Naura diam saja mendengarkan percakapan kami, sepertiny

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Itu apa? Hasil usg?” tanya Naura tiba-tiba.

    [besok Intan gugurin kandungan]Aku mengusap wajah gusar, apa lagi yang akan terjadi setelah ini?"Bro, intan mau gugurin kandungan," ucapanku membuat dua sahabatku itu menghentikan aktivitas mereka."Kenapa?" tanya Reza bingung."Ya, sebenarnya kami ada masalah lah." "Menurut kalian gimana? Biarin aja?" tanyaku bingung."Jangan bego." jawab Dimas cepat."Lo sudah nikah kan? Sah di mata agama kan? Dosa jatohnya kalau lo gak mencegah Intan gugurin kandunga," jelas Dimas."Lagian, kenapa juga segala digugurin. Kaya pacaran aja," Reza terlihat bingung."Intan itu maunya tetap tinggal dirumah gue, terus mau gue akuin hubungan kami ke Naura, gue tentang lah, yakali. Makanya dia mau gugurin kandungan karena gue menolak itu." "Siapa suruh lo nikahin ani-ani," sanggah Dimas cepat.Aku sebenarnya ingin marah dengan perkataan Dimas barusan. Tapi benar juga. Aku bahkan bertemu Intan ditempat yang hina."Cewek begitu, kalau dicintai tulus ya banyak tingkah," sanggah Reza."Lagian ya, lo itu buk

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   [Besok Intan Gugurin Kandungan]

    Aku menatap Naura sebentar, kenapa dia tiba-tiba bertanya tentang itu."Hamil?" tanyaku."Iya, kaya Intan." jawab Naura singkat, padat, mengagetkan."Eh, kok Intan sih. Maksudnya kaya Maura," Naura meralat, menyebutkan nama salah satu teman kami. "Maura hamil?" tanyaku, sedikit lega."Iya, sudah empat bulan.""Gapapa sih kalau kamu hamil, Layla punya adek deh.""Mas, mas gak selingkuh kan?" tanya Naura serius.Aku terkekeh, "emang mas bisa selingkuh dari istri yang bentukanya secantik ini?" tanyaku sambil menggoda.Naura tersenyum kecut, "jadi mas gak selingkuh?" Aku menggeleng yakin. "Tentu saja tidak." aku menjawab mantap. Naura mengangguk-anggukan kepalanya.Setelah itu Naura keluar kamar, dia ingin mengangkat jemuran. Hari sudah sore. Ponselku berbunyi, sebuah pesan masuk dari Dimas, sahabat dekatku. Kami juga dulu selalu satu sekolah dari sekolah dasar sampai kuliah.[bro, malam ini sibuk gak? kumpul lah, dirumah Reza]Aku membalas pesan itu dengan cepat.[boleh, ngopi kita] ak

DMCA.com Protection Status