Otomatis mobil B dan Lopez berhenti di belakang. Belum sempat B membalas, ada panggilan dari Benjamin masuk ke ponsel. Martin menahan panggilan B seketika. "Kau pasti mencari Angela 'kan?" tanya Benjamin. "Iya, apa Uncle tahu?" tanyanya cemas. "Tak usah khawatir, dia ada di mobil salah satu tamu tadi, aku ada di atas helikopter sekarang, saat ini mereka di belakang mobil B dan Lopez, Angela sedang duduk bersama anak laki-laki, lain kali jagalah anakmu dengan baik."Martin tak membalas malah menoleh ke atas, dari jarak beberapa meter, helikopter Benjamin terbang."Ada apa Sayang?" Diana yang tak mengerti, lantas bertanya."Tunggu sebentar, Sayang." Martin membuang napas kasar lalu menepikan mobil di tepi jalan raya dan turun dari mobil. Sementara itu, di mobil paling belakang. "Nona kecil ayo turun, Daddymu menunggu di sana," ucap pria berambut hitam di kursi kemudi."Tunggu sebental Uncle." Tanpa menatap lawan bicara, Angela tersenyum genit kepada sosok di sampingnya sedari tadi
Demi untuk mendapatkan gelar Queen of Mafia. Angela diberi tugas Daddynya untuk memecahkan sebuah kasus misterius di kampusnya sendiri, yang belum lama ia tempuh pendidikannya.Kasus pembunuhan berantai yang membuat gempar seluruh kota California. Sebuah kasus yang tak bisa dipecahkan oleh para detektif sekali pun. Berbekal kemampuan khusus, Angela pun menyanggupi. Lantas menyelidiki secara diam-diam. Akan tetapi, dia sedikit kesusahan memecahkan kasus karena di kampus barunya itu ada seorang dosen mesum yang selalu menganggunya."Kau sangat cantik, apa kau tidak mau tidur denganku?" Leo "Mau, tapi di dalam mimpi, bastard, haha!" Angela Penasaran, ikuti kisah Angela di bab selanjutnya ya
Tirai kembali dibuka. Kisah ini pun dimulai. Standford University, California. |Toilet Kampus|***"Ah, ah, pelan-pelan Pak.""Yes, yes, faster, umhmf!""Astaga Nona, suara apa itu?" tanya seseorang di balik bluetooth wireless yang terpasang di telinga.Di depan cermin, Angela memutar mata malas sesaat sambil sibuk mencuci tangannya di wastafel. "Suara kucing." "Suara kucing?" "Sudahlah Yuri, tidak usah kau pedulikan, biasalah ada dua orang gila sedang berkembang biak di toilet sekarang."Angela menggeleng samar kala suara desahan dari balik bilik toilet semakin menggema nyaring. Ia membuang napas kasar setelahnya."Berkembang biak? Apalagi itu, Yuri tidak mengerti." Yuri kembali bertanya."Kau tidak akan mengerti, kau masih kecil. Tanyakan saja pada Uncle Lopez um maksudku Papamu. Sekarang fokus kita adalah mencari si pelaku dan memecahkan kasus.""Baiklah Nona, selamat berkuliah.""Hm, aku tutup dulu." Angela menekan benda mini yang terpasang di telinga menggunakan jari telun
Kepalanya reflek berputar, melihat punggung pria bertubuh tinggi dan tegap menghilang di balik pintu. "Cih, memangnya dia siapa, aneh sekali." Angela heran sekaligus penasaran siapa sosok tersebut, seolah-olah dia adalah pengajar di kampusnya sekarang. Tak mau ambil pusing, Angela memutuskan berdiri lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Tak berselang lama, Angela keluar dari toilet, menyusuri lorong-lorong kampus yang nampak sepi. Sebab perkuliahan telah dimulai. Angela panik, oh tentu saja tidak. Ia malah nampak tenang. Sedari tadi tas ransel hitam dia kaitkan di bahu. Sesekali ia mengembung permen karet keluar sambil mengedarkan matanya di sekitar. Pandangan matanya terhenti sejenak di sebuah tempat di mana garis police line di salah satu ruangan membentang. Tercium sedikit bau darah. Padahal jarak Angela lumayan jauh dari tempat tersebut. Angela tiba-tiba memutus kontak mata lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas. Tepatnya di lantai dua. Ang
"Pak Leo!""Oh my God!""Berani sekali mahasiswi baru itu!"Riuh, seisi kelas berteriak-teriak histeris saat melihat dosen mereka disundul mahasiswi pindahan. Leo terhuyung-huyung ke belakang sesaat sambil mengeluarkan rintihan tertahan. Ia dapat merasakan rahangnya sedikit bergeser sekarang. "Dasar mesum kau! Tidak pantas kau disebut seorang dosen!" pekik Angela, berdiri dengan terkepal erat. Rahangnya mengetat dan terpancar kemarahan yang tersirat dari bola matanya. Angela tak mampu menahan diri. Orang tua dan keluarganya mendidiknya untuk bersikap sopan pada orang yang lebih tua. Namun, pria di depan membuat kesabarannya menipis. Meskipun kehidupan dan budaya di tempat tinggalnya terkesan bebas. Tetapi, Angela memiliki prinsip untuk menjaga kehormatan dan memberikan mahkotanya pada suaminya kelak.Leo tak mengubris. Rasa sakit di wajahnya tak sebanding dengan rasa malunya karena seorang wanita telah membuat ia terluka. Sambil memegang dagu, ia menarik sudut bibir sedikit. Lalu m
Pupil mata Angela dan Leo melebar seketika tatkala mendengar suara teriakan menggelegar di sekitar. Dengan cepat memutar kepala ke sumber suara."Tolong! Ada kepala orang di toilet ...." Seorang wanita berkostum cheerleadears, menghampiri keduanya sambil menangis tersedu-sedan. Ketakutan ia, tubuhnya terlihat gemetar dan bergetar hebat. Angela bergegas, berlari menuju toilet. Meninggalkan Leo yang mencoba menenangkan mahasiswinya. Sesampainya di toilet, pupil mata Angela membola, melihat kepala mahasiswi yang ternyata milik wanita yang ia temui saat di toilet tadi. Siapa lagi kalau bukan Stacy, kepalanya terpisah dengan tubuh. Matanya melotot keluar sampai-sampai hanya retina putih yang terlihat, lidahnya pun menyembul keluar. Toilet tampak kacau, darah bersimbah di mana-mana. Bau amis darah pun menusuk indera penciumannya seketika. "Oh my God," desis Angela pelan sambil memperhatikan keadaan di ruangan. Mencari tanda-tanda, apakah pelaku meninggalkan jejak dan ajaibnya tak ada jej
"Angela?"Tanpa berniat sekali pun menyahut. Secara perlahan Angela bangkit berdiri sambil menatap sosok di depan, tak lain dan tak bukan adalah Leo, si dosen mesum.'Mengapa dosen mesum ini ada di sini sih? Kenapa dia bisa tahu ini aku?'Angela mencoba bersikap tenang meski sebenarnya ia tidak tenang. Pikiran Angela melanglang buana sekarang dan bertanya-tanya ada keperluan apa Leo di malam buta seperti ini."Angela, keluar, kenapa kau ada di sini?!" Pertanyaan yang sama pun dilayangkan Leo. Pria berhidung mancung itu menyipitkan mata dengan tajam kepada Angela."Tidak mau, kenapa Bapak ada di sini juga?" Angela pun balik bertanya sambil berkacak pinggang.Leo terlihat enggan menanggapi. Hanya hembusan napas kasar yang keluar dari hidungnya. Dengan cepat ia mengangkat kaki hendak melompati garis police line di depan pintu. Tak butuh waktu lama ia telah berdiri di hadapan Angela, sedang menatap nyalang ke arahnya sedari tadi."Angela, di sini berbahaya, ayo keluar, Bapak ke kampus kar
Pria bertopi hitam itu melangkah perlahan mendekati lemari. Angela dan Leo semakin mengeratkan pelukan kala cahaya senter masuk melalui celah-celah lemari. 'Argh! Bagaimana ini?' Angela bermonolog di dalam hati. Belum sadar jika sedang memeluk Leo sedari tadi."Pak Ronald, kau sedang apa? Ayo kita ke gedung fakultas sebelah, Pak Eden mengatakan ada beberapa mahasiswa nakal membuat kegaduhan di kolam berenang."Seketika, langkah kaki pria tersebut terjeda. Manakala mendengar suara rekan kerjanya di belakang. Dengan cepat ia memutar tumit. "Benarkah?" Matanya langsung berseri-seri karena akan mendapatkan banyak uang nanti, mendadak lupa ia dengan Angela dan Leo di dalam lemari. "Iya, ayo cepatlah, situasi tidak kondusif di sana." Rekan kerjanya itu menyelenong keluar terlebih dahulu. Sementara pria itu menoleh ke belakang dan menatap datar sejenak lemari. "Mungkin hanya perasaanku saja, sudahlah, yang terpenting aku akan mendapatkan banyak uang sebentar lagi," sahutnya, sebelum kel