***Di dalam kamarnya, Lara melihat jam yang ada di ponselnya, sudah lebih dari pukul sebelas malam, tetapi tidak menunjukkan di mana keberadaan Alex, atau kapan dia akan pulang.Lara sangat khawatir karena yang bersinggungan dengan mereka adalah sebuah hal yang mengancam nyawa. Apalagi dengan keadaan sudah nyaris merenggut nyawa Ibra, Lara dibuat semakin cemas.Jujur, ini adalah ketakutannya yang sangat nyata, setelah sekian lama dia hidup sendirian dalam kekhawatiran akan masa depan anak-anaknya, tetapi yang sekarang kekhawatirannya lebih besar karena dia takut kehilangan Alex juga. Dengan keadaan dia yang hamil muda, pikirannya kacau balau.Padahal ... dia belum lama ini bisa merasakan bagaimana indahnya cintanya yang berbalas, bagaimana dia bisa menakhlukkan hati dingin Alex setelah sekian lamanya tak dianggap dan disisihkan.Saat hari berganti menjadi hari ini, Lara masih belum bisa merasakan apa itu bahagia karena masih ada saja orang yang tidak suka dengan mereka.Entah itu Nal
Beberapa saat sebelum Alex tiba di rumah ........Alex dan Jack berjalan keluar dari koridor rumah sakit, mereka melesat menuju ke tempat kejadian perkara. Lokasi di mana Ibra terlibat kecelakaan fatal nan mengenaskan yang nyaris saja merenggut nyawanya.Mereka menuju ke parkiran yang ada di King’s Queen. Jack menunjukkan di mana tempat dia menemukan jam tangan sekaligus balok kayu yang mereka duga sebagai alat untuk membuat Ibra tak sadar sebelum dia mengalami kecelakaan.Alex menengok ke sekitar, dia melihat ada satu CCTV yang sebenarnya mengarah ke tempat mereka berdiri sekarang. Tetapi sayangnya ... CCTV itu mati.“Ada CCTV tapi itu mati, Jack.”“Iya, Pak Alex.”Alex mengedarkan pandangannya dan melihat ada satu mobil yang parkir berseberangan dengan tempat di mana mereka berdiri.“Kalau dugaan kita benar Ibra memang parkir di sini, mobil yang di sana pasti punya rekaman dash cam-nya, ‘kan?” tunjuk Alex pada mobil yang berseberangan dengan mereka, sedikit jauh memang.Tetapi Alex
Mendengar tanya dari Alex, pupil mata Roy bergerak tak nyaman ke kiri dan ke kanan. Dia memandang Alex yang rahangnya menggertak.Lalu memandang Lara yang kepalanya tertunduk. Lara meremas sendok di tangan kanannya dengan menahan air mata.Sedangkan Laras tidak percaya dengan apa yang baru saja di tanyakan oleh Alex.“Apa maksudnya, Nak Alex?” tanya Laras mencoba mencari kebenaran.Apa yang perlu dia luruskan, apa yang tak dia ketahui yang tengah disembunyikan oleh Roy, suaminya sendiri dan terpaksa harus membuat Alex membuka suaranya.Dilihat bagaimana ekspresi Alex yang sudah ingin berontak, Laras tahu jika anak menantunya itu sedang tak main-main.“Papa sudah kerja sama buat bikin Ibrani kecelakaan tadi malam,” jawabnya dengan santai, tapi tak mengurangi bagaimana kebencian bermuara di dalam sana, terpupuk dengan sangat besar dan tumbuh liar seperti Cyperus Rotundus.“Benar apa yang dikatakan sama Alex?” Laras bertanya pada Roy yang napasnya seperti habis di tenggorokan.Roy tertund
Kembali ke belakang, pada saat sebelum Roy bertemu dengan Nala ........Roy, sedang duduk di kursi kerjanya yang ada di RG Holdings, usaha miliknya yang sangat dia cintai.Siang yang terik di luar, dia mengambil jeda sejenak dengan bangkit dari kursinya, menepi ke arah jendela raksasa yang ada di lantai sepuuh. Namun, hal itu dia urungkan karena dia mendengar getar ponselnya yang dia letakkan di atas meja.“Siapa?” tanya Roy dengan menggumam sendirian.Tetapi tangannya mengambil ponsel dan menerima panggilan dari nomor tak dikenal itu.“Halo?”“Papa.”Hanya dengan mendengar ‘papa’ yang sampai di telinganya, Roy tahu betul siapa pemanggil ini.“Nala?”Roy kembali duduk di kursinya saat Nala yang ada di seberang telepon membenarkan nama yang dia sebutkan.“Iya, ini Nala, Papa.”“Oh, Papa bersyukur karena kamu menghubungi Papa. Papa kangen kamu. Di mana kamu sekarang, Nala?”“Papa mau ketemu sama aku?”“Kalau kamu mau, why not? Di mana kamu sekarang?”“Ada di lobi RG Holdings. Papa bisa
Setelah Roy sadari, sebenarnya ... Nala hanya ingin memanfaatkannya. Sebab setelah itu, Roy mencari Nala ke dalam klub, ke dalam King’s Queen, di dalam setiap sisinya, Nala tidak ditemukan. Uang satu ransel yang dia bawakan lenyap tak berjejak.Roy pergi dari sana dan melihat Ibra yang mengalami kecelakaan tak jauh dari King’s Queen, di dekat tikungan, keadaannya sangat mengenaskan dengan banyaknya manusia yang mendekat di malam yang gelap.Dia bertabrakan dan adu banteng dengan truk bermuatan bangunan yang sebagian besar materialnya tumpah ke jalan.Roy menyaksikan semua itu tetapi tidak memiliki keberanian untuk mendekat.Dia pulang dengan gegas dan berpikir tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Karena Ibra telah mengalami hal buruk dan ada kemungkinan dia tak bisa lagi membuka matanya.Dia tak sadar jika jam tangan yang dia lupakan malam itu telah sampai di sana, di tangan Alex.Anak menantunya itu berhadapan dengannya sekarang, berseberangan meja makan.Dia meletakkan jam
Beberapa waktu pasca dibawa perginya Roy dari rumah Alex, Laras sering berkunjung ke rumah Alex. Dia meminta maaf atas apa yang terjadi.Laras tidak tahu akan menjadi seperti ini yang dilakukan oleh Roy padahal Laras sudah memperingatkannya agar tidak memberi kesempatan untuk Nala mendekat. Tetapi dia malah dengan tanpa takutnya mengobrak-abrik kedamaian keluarga mereka.Laras meminta maaf pada Lara, dan Lara dengan lapang memaafkannya.Laras selalu mengatakan,‘Maaf karena kami selama ini selalu menjadikanmu yang nomor dua dan hanya memandangmu sebelah mata.’Lara tidak mau menyimpan rasa benci sehingga memilih untuk memberi maaf. Toh ... saat ini Roy juga akan melakukan penebusan atas kesalahan yang dia lakukan. Di dalam penjara.‘Tidak apa-apa kok, Mama. Bukannya papa sudah janji akan jadi papa yang lebih baik? Selama papa menepati janjinya, Lara di sini akan memaafkan papa.’Meski ... hati Lara rasanya hancur saat malam itu Alex memberi tahunya perihal siapa pemilik jam tangan ya
“Ada apa memangnya di bibirmu?”Meski Lara tahu apa yang dimaksudkan oleh Alex, Lara pura-pura tidak tahu saja.Dia memandang Alex yang salah satu sudut bibitnya terangkat membentuk seringai. Memiringkan kepalanya, tak hentinya menatap Lara yang wajah mereka sangat dekat. Bahkan hidung mereka bisa bersentuhan jika Alex mengambil satu jarak lebih dekat dari yang sekarang.“Ada yang ... kamu tanyakan tadi.”“Apa?”“Jangan pura-pura.”“Aku tidak pura-pura. Kenapa kalau aku tanya sama kamu kamu bilangnya aku pura-pura. Orang tanya ‘kan artinya mereka tidak tahu, Alex.”“Hm ... kalau begitu kamu minta jawaban yang jelas?”“Mungkin ....”“Kalau begitu aku akan menjawabnya. Kamu tanya di bibirku ada apanya, ‘kan?”“Iya.”“Ada rasa coklat yang ingin kamu pastikan apakah manis atau tidaknya, Lara. Berhubung di cangkir sudah habis, jadi sebaiknya kamu menikmatinya dari bibirku saja. Bagaimana?”“Kalau aku tidak mau?”“Aku memaksa.”“Akh!”Lara terkejut sebab Alex dengan tanpa bebannya mengangkat
“Ada sesuatu, Nona Lara?”Lara tersadar dari ponselnya begitu mendengar pertanyaan yang datang dari balik kemudi. Dari Lim, salah satu bodyguard milik Alex.“Aku dapat pesan dari Nala yang bilang biar aku datang buat ketemu sama dia.”“Nona Lara akan bagaimana? Kami ada di belakang Nona Lara semua loh. Kami akan ikut ke manapun Nona Lara pergi.”Lim memandang Lara melalui kaca spion yang ada di atasnya.Lara sejenak menengok ke sekeliling. Lim tidak berbohong saat mengatakan demikian karena memang Lara dikelilingi oleh banyak lelaki yang siap menjadi perisai miliknya setelah Ibrani ditumbangkan lebih dulu.“Tidak perlu datang. Abaikan saja!”“Baiklah!”Tapi Lara tidak yakin jika nanti Nala menggunakan cara lain untuk menariknya keluar dari zona nyaman, dari sekitar Alex dan dari penjagaan orang-orangnya. Nala dan segala kelicikannya apalagi dengan bergabungnya Shiera di sisinya, akal bulus mereka jelas tidak bisa dianggap remeh.Oh, tunggu!Apa sebaiknya Lara menggunakan kesempatan ini