Pagi datang dengan matahari yang bersinar cerah dari sebelah timur.Atau mungkin ... ini adalah senyum Lara yang sedang cerah?Tidak-tidak ... ini bukan tentang yang semalam.Karena semalam tidak ada yang terjadi di antara Lara dan juga Alex. Setelah Alex berpindah ke atasnya dan menggoda Lara bahwa dia tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, meski keteguhan hati Lara sudah seperti tisu tercelup air yang dibelah menjadi tujuh bagian saat Alex memintanya melepas pakaian, tapi Lara tidak terhanyut dalam bujuk rayu Alex.Lara mengancam Alex dia tidak mau menikah dengannya jika Alex nekad melakukannya sekarang."Kalau kamu memaksaku, organ vitalmu tidak akan bisa berfungsi dengan baik, Alex!""Bagaimana kalau aku tidak takut dengan ancamanmu?""Kalau begitu aku tidak mau menikah denganmu. Titik."Alex memejamkan matanya dengan tak berdaya. Pasrah, mengenyahkan diri dari atas Lara dan memilih untuk tidur seperti sedia kala.Dalam hatinya berpikir, daripada Lara tidak mau menikah dengann
"Siapa nama mereka?""Neo dan Shenina. Mereka kembar," jawab Lara atas tanya dari Aruan."Sayang, sapa oma dan opa dulu!" ucap Lara memberi tahu Neo dan Shenina."Halo Opa.""Halo Oma."Mereka menurut untuk menyapa Jefri dan Aruan seperti yang diminta oleh Lara."Oh astaga manisnya kalian. Cantik kayak Lara, dan si kecil Neo fotocopy-annya Alex. Persis. Oma senang ketemu kalian, Sayang ...."Karena anak-anak harus sekolah, Jefri dan Aruan membiarkan mereka pergi dengan diantar oleh Ron, sopir milik Alex. Tentunya setelah bercanda sebentar dan dua orang tua itu bergantian menggendong Neo dan Shenina.Kemudian Lara dan Alex mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.Menatap Lara dengan tidak percaya, mereka hampir terdiam mungkin melewati sewindu jika Lara tidak lebih dulu bertanya,"Mama dan Papa apa kabar?"Manis, yang membuat Aruan meremas tangan Jefri sedikit erat."Baik. Kami ingin tahu banyak tentangmu, Lara."Lara tersenyum, duduk di samping Alex yang tak
'Pilihan percakapan yang bodoh, Ibra!'Ibra merutuki dirinya sendiri yang malah berani menyebut nama Shiera di depan Alex.Saat Ibra mengerling ke sebelah kemudi, Alex sedang membuang napasnya.Jika bisa bicara, dia pasti sedang mengatakan, 'Kenapa kamu bawa nama perempuan itu, Ibrani?'"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu kesal. Aku hanya menyampaikan yang aku terima semalam. Bukannya salah kalau aku tidak mengatakan apapun padamu dan menyimpannya sendirian? Bukankah setidaknya Pak Alex harus tahu?""Iya, terima kasih untuk sudah memberi tahuku. Apa saja yang dia bilang?""Dia bertanya apa kabar Pak Alex sekarang, itu saja?""Jawaban apa yang kamu berikan padanya, Ibra?""Aku bilang kalau Pak Alex baik-baik saja, bahagia. Entah dia akan percaya atau tidak aku tidak tahu.""Kenapa dia tiba-tiba mencariku? Saat kamu bilang aku lumpuh dan wajahku seperti monster dia minggat seperti pengecut, 'kan?""Tidak tahu, Pak Alex. Mungkin ... uangnya sudah habis?""Jelas kalau itu."Ibra membelokk
Beberapa saat sebelum Ibra mendengar aduan Neo dan Shenina.....Alex memasuki kamar Lara setelah dia selesai bersiap, lengkap dengan tampilan jas yang tak terlalu formal.Dia melihat Lara yang cantik dengan gaun slim yang tadi dia bawakan.Dia sedang menghadap cermin saat Alex datang dan merengkuh pinggangnya dari belakang."Kamu sudah selesai?"Lara menoleh padanya yang sekejap tersihir.Di mata Alex, dia sangat cantik dengan make up natural yang dia aplikasikan di wajahnya."Kamu cantik sekali, Lara.""Apa make up-ku berlebihan?""Tidak kok. Itu sangat cantik. Perempuan tercantik yang pernah aku lihat di dunia ini.""Kamu tahu kalau sekarang itu terdengar seperti sebuah gombalan, 'kan?""Tidak apa-apa. Mau kamu menyebutnya sebagai gombalan pun aku terima.""Tunggulah di luar, aku mau mengambil tas dulu!"Lara sudah hampir pergi sampai Alex menahan pinggangnya sekali lagi, agar Lara tidak menghindar karena Alex masih ingin berlama-lama melihat wajahnya."Sebentar lagi, Lara! Tidak b
'Aku menginap di rumah ayahku, Ibrani. Kamu tidak perlu menjemput kami.'Terkirim.Alex mengirim pesan pada Ibra setelah dia dan Lara bersama anak-anak selesai makan malam dengan Jefri dan juga Aruan.Dua orang tua itu sangat senang dengan kedatangan Lara dan dua cucu mereka.Hal yang diinginkan oleh Aruan di dunia ini adalah memiliki anak perempuan. Dan sekarang Lara lah jawabannya."Kamu sudah akan tidur?"Lara yang keluar dari kamar mandi mengangkat wajahnya pada Alex yang ada di dekat ranjang."Mau lihat Neo dan Shen dulu. Apa mereka baik-baik saja? Aku khawatir mereka bikin repot papa dan mama.""Tidak mungkin, Lara. Kalau bikin repot, mama dan papa pasti sudah bilang dari tadi, 'kan? Nyatanya sekarang mereka baik-baik saja dan tidak mencarimu tuh."Lara menghela napasnya dengan tidak tenang. "Kenapa, Lara?""Tidak, Alex. Aku hanya takut kalau ... kesan pertama yang aku dan anak-anak dapat itu merepotkan keluarga kalian."Alex meletakkan ponselnya lebih dulu. Membuka jas yang dia
Semua terjadi sangat cepat. Setelah pulang dari Kantor Urusan Agama, Lara kembali ke rumah dan bertemu dengan Neo dan Shenina."Mamaaa, kapan kita bersiap?"Shenina yang pertama bertanya dengan sangat antusias.Yang membuat Lara bingung apa maksud yang ditanyakan oleh anak gadisnya itu."Bersiap ke mana, Sayang?"Mereka yang berjumpa di ruang tamu saling berhadapan. Lara berlutut untuk mengimbangi tingginya, hal yang sama yang dilakukan oleh Alex di sebelah Lara."Papa bilang kemarin, malam ini kita akan pergi ke pesta, Mama."Lara menoleh pada Alex yang tidak berhenti tersenyum.Jika sudah begitu, artinya apa yang dikatakan oleh Shenina adalah sebuah kebenaran.Dan itu disetujui juga oleh Neo, "Iya, Mama. Paman Ibra kemarin juga bilang begitu ke kami."Tidak ingin membuat anak-anaknya kehilangan antusias, Lara mengangguk lebih dulu, dan menepuk puncak kepala mereka bergantian."Baiklah, baiklah ... kalau begitu, Neo dan Shen masuk dulu ke kamar dan mandi, biar mama siapkan pakaian un
"Alex."Lara menahan Alex yang baru saja beranjak dari ranjang malam pertama mereka."Iya, Lara?"Dia urung pergi, mengambil duduk kembali di atas ranjang dan berhadapan dengan Lara."A-aku mau meminta satu saja darimu, Alex."Gugup, Alex bisa melihat Lara yang meremas jari-jarinya.Berulang kali Alex mengamati. Itu adalah tanda saat dia gugup dan meredam kecemasan.Alex mengangguk, mengiyakan Lara. Apapun untuk Laranya."Akan aku kabulkan selama aku bisa, Lara. Apa yang kamu inginkan?"Lara menghela napasnya dengan dalam. Setelah menghindari tatapan mata Alex, kini dia mengangkat pandangannya."Tolong, jangan lakukan dengan kasar. Tolong jangan mengusirku pergi dari dalam kamar setelah kita lakukan malam ini."Matanya berair, Alex bisa membaca kegelisahan yang tersirat yang ada di dalam cara bicaranya.Dia tahu jika Lara masih belum sepenuhnya lepas dari malam yang dulu merenggut gadisnya, malam yang menjadikan Lara seolah adalah wanita yang tidak pantas dicintai karena Alex memperla
Tidak pernah terbayang di hidup Lara dia akan memakaikan dasi di leher Alex seperti ini.Ya ... seperti adegan di drama yang manis, dengan Alex yang membungkukkan tubuhnya di depan Lara karena dia setinggi tiang.Sedangkan Lara dengan gugup membuat simpul agar dasi Alex terlihat seperti dasi pada umumnya.Cup!Lara mengerjapkan matanya beberapa kali.Entah ini ciuman yang ke berapa yang diberikan Alex kepadanya karena rasanya dia tidak berhenti memberi ciuman pada Lara."Alex, jangan gerak-gerak! Nanti dasimu tidak cepat jadi loh."Lara memukul dadanya sehingga dia berdiri tegak sekarang."Rendahkan tinggi tubuhmu, aku tidak sampai loh kalau begini caranya."Alex menurut, kembali pada posisi awal dan memandangi Lara yang kebingungan.Dia masih belum terbiasa memakaikan dasi. Wajar, ini hal baru baginya.Tap bagi Alex juga hal baru sih. Karena sebelumnya tidak ada yang memakaikan dasi untuknya.Siapa?Shiera?Haih ... tidak ada, tidak pernah.Hanya Lara yang perhatian seperti ini. Lar