***Lara tidak berbohong kok soal dia membuat selimut untuk Neo dan Shenina itu.Sebab Alex melihat dengan kedua matanya sendiri saat mereka berkunjung ke rumah lama Lara sebelum mereka pindah ke rumah besar milik Alex.Rumah itu masih terawat, begitu juga dengan barang-barang yang ada di dalamnya. Ditempati oleh beberapa anak buah Alex yang bekerja di rumahnya dan merawat serta menjadikan rumah itu sebagai tempat tinggal.Lara keberatan? Tidak!Dia justru senang karena ada yang menempati rumahnya. Karena dengan demikian Lara bisa menemukan selimut yang dia ceritakan pada Alex, dulu dia buat dengan menggunakan kedua tangannya di salah satu lemari miliknya yang masih terjaga dengan rapi.“Wah ... ini cantik sekali,” ucap Alex saat menyentuh selimut dari katun susu yang lembut itu. Dia tersenyum saat menoleh pada Lara yang bisa melihat kilau bintang fajar dari sepasang mata Alex saat tatapannya sesekali berpindah pada Lara atau pada selimut yang sedang bersentuhan dengan kulitnya.“Aku
*** Sebuah pagi yang cukup mengejutkan bagi Lara karena dia yang baru saja keluar dari kamar langsung ditodong oleh anak lelakinya yang mengatakan, “Mama, ada Paman Karel.” “Paman Karel?” ulangi Lara dengan kedua alisnya yang terangkat. “Iya, di ruang tamu sama papa,” katanya lalu berlari meninggalkan Lara. Mata Lara berkedip lebih dari satu kali setelah kepergian Neo. Anak lelakinya itu seperti baru saja diminta oleh Alex untuk memberitahukan kedatangan Karel kepadanya. “Ada apa dia sepagi ini datang ke sini?” bukankah itu sedikit ‘tidak biasa?’ Dan bagi Lara, ‘ketidakbiasaan’ itu berubah menjadi aneh karena Alex duduk bersama dengan Karel. Bukankah setiap bertemu mereka biasanya akan bertengkar? Dan terakhir kali saat Karel datang ke sini itu Alex hampir saja melakukan baku hantam dengannya meski kakinya masih pincang. Tapi tunggu! Lara berhenti dari satu langkah yang baru saja dia ambil dan berpikir kembali, “Mereka ‘kan sudah pernah bertemu di rumah sakit dengan tidak meng
***Seusainya Lara dan Alex menghadiri pesta pernikahan Karel dan juga Sunny, dalam akad nikah yang sederhana dan juga khidmat, Lara dan Alex kemudian pergi ke tempat yang diinginkan oleh anak-anak mereka.Entah untuk ke berapa kalinya Lara pergi ke sini setelah dia hidup bersama dengan Alex. Karena rasanya itu mulai tidak terhitung. Sebuah taman bermain yang bernama Fantasy World.Tempat di mana mereka menyadari bahwa cinta yang besar tumbuh didalam hati mereka setelah takdir mempersatukan mereka kembali.Dengan Lara yang menggandeng tangan Shenina, serta Alex yang menggandeng tangan Neo, senandung mereka terdengar saat mereka memasuki taman bermain.Matahari yang meninggi bukan sebuah alasan untuk mereka mengeluh kepanasan. Justru sebaliknya, Neo dan Shenina sangat antusias.Kedatangan mereka sedikit banyak menyita perhatian. Bagaimana tidak? Lara masih mengenakan gaun berwarna putih degan potongan yang menunjukkan bahwa dia memang tengah hamil, sedang Alex mengenakan setelan jas—
Beberapa pekan terlewati, rasanya hari berjalan dengan sangat cepat. Tidak ada yang bisa menebak sebahagia apa Lara sekarang.Dia menikmati waktu-waktunya di rumah bersama dengan Neo dan Shenina. Jika si kembar pergi bersekolah, Lara mencari kegiatan tersendiri untuk mengisi waktu luangnya yang biasanya membuatnya bosan.Jika tidak demikian, biasanya Alex akan mengajaknya pergi ke kantor JS Group. Di sana dia juga tidak melakukan apa-apa. Kadang dia hanya duduk dan menunggu Alex bekerja. Kadang juga membantu sedikit hal jika Alex bertanya sebuah pertimbangan.Terkadang juga menemaninya bertemu dengan beberapa rekan kerja, atau berada di sisi Alex saat mereka melakukan kunjungan.Banyak hal yang dilakukan oleh Lara dalam ‘tidak melakukan apa-apa’ yang ia katakan itu.Seperti siang hari ini, Lara pun juga sedang berada di dalam kantor CEO JS Group. Dia baru masuk ke dalam sana setelah menemani Alex selama rapat dengan perwakilan dari LY Company. Ibrani? Tentu saja dia ada, dan tidak ke
Bagi Alex, ini adalah yang pertama kalinya. Dia memang telah menjadi ayah bagi dua orang anaknya, si kembar Neo dan Shenina.Tetapi ini pertama kalinya dia akan melihat Lara melahirkan. Dan dadanya seperti ditabuh oleh genderang.Degubnya luar biasa kencang. Melihat Lara yang kesakitan saat dibawa ke dalam ruang periksa di sudut ponek sebelum dipindah ke president suite tempat di mana ia akan melahirkan.Dimulai dari bukaan empat, hingga persiapan postpartum yang tak dia mengerti.Dia merasa menjadi manusia bodoh—meski pintar.Eh bagaimana menjelaskannya ini?!Kepala Alex rasanya pening, banyak kata-kata baru yang ia terima sepanjang ia membersamai Lara sejak turun dari mobil hingga mereka ditinggal berdua di dalam sini.“Kenapa kamu tegang begitu?” tanya Lara tak habis pikir. Ia sedang berdiri di dekat ranjang, mengalihkan rasa sakit yang bergejolak di dalam perutnya dengan berjalan-jalan sebentar meski itu hanya di dalam ruangan.Sedangkan yang ditanya demikian kemudian tersadar dan
Beberapa hari setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Lara bisa beristirahat di dalam rumahnya yang nyaman sekarang—meski sebelumnya ranjang tempat ia dirawat juga sama nyamannya sebenarnya.Jam digital yang ada di atas meja menunjuk pada angka pukul satu dini hari yang terasa dingin. Ia mendengar tangisan Sky—nama panggilan yang disenangi oleh para kakaknya—yang menyinggahi telinganya.Lara segera bangun, matanya menjumpai Alex yang menggendong anak bontotnya itu di bawah lampu remang-remang di dalam kamar mereka.“Cup, Sayang ... mau apa kamu hm?” bariton dalam milik Alex membuat Lara tersenyum, senang menjumpai bagaimana prianya itu sedang berusaha menepati janji yang pernah ia sampaikan, bahwa ia akan turut merawat dan menjaga anak mereka kelak jika telah lahir.“Mau minum susu lagi?” tanyanya dengan memberikan botol berisi ASIP yang sudah Lara ajari bagaimana caranya menghangatkan sebelum diberikan untuk si kecil.Tetapi tampaknya anak mereka menolak karena tangisannya mas
.... Sebuah kesibukan yang sudah mulai biasa dilihat oleh Ibra saat dia masuk ke dalam rumah besar milik Alex untuk melaporkan pekerjaan, setiap sore hari. Benar, menemani Lara yang baru saja melahirkan, hal yang dilakukan oleh Alex adalah mengambil cuti dan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Setiap sore, Ibra akan melaporkan apa-apa saja yang sudah dia lakukan, keputusan yang diambil serta dokumen-dokumen yang sekiranya membutuhkan perhatian Alex lebih banyak. Dan saat Ibra memasuki rumahnya sore hari ini, ia bisa melihat Alex sedang mengejar Neo dengan keadaan tangannya yang membawa kaos berkerah milik anak lelakinya, yang jelas kabur darinya padahal belum mengenakan atasan. "NEO, STOP!" Tak ingin menjadi penonton saja, Ibra menghalangi Neo sehingga bocah kecil itu berhenti. "Pakai baju dulu! Habis gini kita pergi beli donat, bagaimana?" tawarnya yang membuat Neo mengangguk senang. "Okay, Paman Ibra." Ibra menerima kaos dari Alex dan dia kenakan untuk Neo. "Pak Alex
“Queen’s treatment?”ulangi Lara dengan tidak percaya—sebenarnya ia bingung apa yang ingin dilakukan oleh Alex.Selagi Alex hanya mengangguk membenarkannya, salah satu matanya berkedip dengan sedikit genit seolah itu menjawab, ‘Iya, Sayangku.’Tetapi meski demikian ia tidak menolak dan memilih untuk duduk di tepi ranjang. Ia juga ingin tahu apa yang disebut oleh Alex sebagai ‘Queen's treatment’ itu.Lara menyaksikan Alex mengambil sesuatu dari dalam lemari, sepertinya sudah lama ia letakkan di sana dan baru sore hari ini ia keluarkan.Sebuah kotak berbahan beludru berwarna merah, yang ia tunjukkan di depan Lara, yang sebelum Alex membuka kotak itu pun Lara sudah bisa meraba apa kira-kira isi di dalamnya.Sebuah perhiasan. Jika bukan anting, pasti sebuah cincin. Karena ukurannya terlampau kecil jika Lara berpikir itu adalah kalung ataupun gelang.Benar!Saat Alex membuka kotaknya setelah prianya itu berlutut dengan menggunakan sebelah kaki di hadapannya, Lara bisa mendapati sebuah cinci