Beberapa pekan terlewati, rasanya hari berjalan dengan sangat cepat. Tidak ada yang bisa menebak sebahagia apa Lara sekarang.Dia menikmati waktu-waktunya di rumah bersama dengan Neo dan Shenina. Jika si kembar pergi bersekolah, Lara mencari kegiatan tersendiri untuk mengisi waktu luangnya yang biasanya membuatnya bosan.Jika tidak demikian, biasanya Alex akan mengajaknya pergi ke kantor JS Group. Di sana dia juga tidak melakukan apa-apa. Kadang dia hanya duduk dan menunggu Alex bekerja. Kadang juga membantu sedikit hal jika Alex bertanya sebuah pertimbangan.Terkadang juga menemaninya bertemu dengan beberapa rekan kerja, atau berada di sisi Alex saat mereka melakukan kunjungan.Banyak hal yang dilakukan oleh Lara dalam ‘tidak melakukan apa-apa’ yang ia katakan itu.Seperti siang hari ini, Lara pun juga sedang berada di dalam kantor CEO JS Group. Dia baru masuk ke dalam sana setelah menemani Alex selama rapat dengan perwakilan dari LY Company. Ibrani? Tentu saja dia ada, dan tidak ke
Bagi Alex, ini adalah yang pertama kalinya. Dia memang telah menjadi ayah bagi dua orang anaknya, si kembar Neo dan Shenina.Tetapi ini pertama kalinya dia akan melihat Lara melahirkan. Dan dadanya seperti ditabuh oleh genderang.Degubnya luar biasa kencang. Melihat Lara yang kesakitan saat dibawa ke dalam ruang periksa di sudut ponek sebelum dipindah ke president suite tempat di mana ia akan melahirkan.Dimulai dari bukaan empat, hingga persiapan postpartum yang tak dia mengerti.Dia merasa menjadi manusia bodoh—meski pintar.Eh bagaimana menjelaskannya ini?!Kepala Alex rasanya pening, banyak kata-kata baru yang ia terima sepanjang ia membersamai Lara sejak turun dari mobil hingga mereka ditinggal berdua di dalam sini.“Kenapa kamu tegang begitu?” tanya Lara tak habis pikir. Ia sedang berdiri di dekat ranjang, mengalihkan rasa sakit yang bergejolak di dalam perutnya dengan berjalan-jalan sebentar meski itu hanya di dalam ruangan.Sedangkan yang ditanya demikian kemudian tersadar dan
Beberapa hari setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Lara bisa beristirahat di dalam rumahnya yang nyaman sekarang—meski sebelumnya ranjang tempat ia dirawat juga sama nyamannya sebenarnya.Jam digital yang ada di atas meja menunjuk pada angka pukul satu dini hari yang terasa dingin. Ia mendengar tangisan Sky—nama panggilan yang disenangi oleh para kakaknya—yang menyinggahi telinganya.Lara segera bangun, matanya menjumpai Alex yang menggendong anak bontotnya itu di bawah lampu remang-remang di dalam kamar mereka.“Cup, Sayang ... mau apa kamu hm?” bariton dalam milik Alex membuat Lara tersenyum, senang menjumpai bagaimana prianya itu sedang berusaha menepati janji yang pernah ia sampaikan, bahwa ia akan turut merawat dan menjaga anak mereka kelak jika telah lahir.“Mau minum susu lagi?” tanyanya dengan memberikan botol berisi ASIP yang sudah Lara ajari bagaimana caranya menghangatkan sebelum diberikan untuk si kecil.Tetapi tampaknya anak mereka menolak karena tangisannya mas
.... Sebuah kesibukan yang sudah mulai biasa dilihat oleh Ibra saat dia masuk ke dalam rumah besar milik Alex untuk melaporkan pekerjaan, setiap sore hari. Benar, menemani Lara yang baru saja melahirkan, hal yang dilakukan oleh Alex adalah mengambil cuti dan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Setiap sore, Ibra akan melaporkan apa-apa saja yang sudah dia lakukan, keputusan yang diambil serta dokumen-dokumen yang sekiranya membutuhkan perhatian Alex lebih banyak. Dan saat Ibra memasuki rumahnya sore hari ini, ia bisa melihat Alex sedang mengejar Neo dengan keadaan tangannya yang membawa kaos berkerah milik anak lelakinya, yang jelas kabur darinya padahal belum mengenakan atasan. "NEO, STOP!" Tak ingin menjadi penonton saja, Ibra menghalangi Neo sehingga bocah kecil itu berhenti. "Pakai baju dulu! Habis gini kita pergi beli donat, bagaimana?" tawarnya yang membuat Neo mengangguk senang. "Okay, Paman Ibra." Ibra menerima kaos dari Alex dan dia kenakan untuk Neo. "Pak Alex
“Queen’s treatment?”ulangi Lara dengan tidak percaya—sebenarnya ia bingung apa yang ingin dilakukan oleh Alex.Selagi Alex hanya mengangguk membenarkannya, salah satu matanya berkedip dengan sedikit genit seolah itu menjawab, ‘Iya, Sayangku.’Tetapi meski demikian ia tidak menolak dan memilih untuk duduk di tepi ranjang. Ia juga ingin tahu apa yang disebut oleh Alex sebagai ‘Queen's treatment’ itu.Lara menyaksikan Alex mengambil sesuatu dari dalam lemari, sepertinya sudah lama ia letakkan di sana dan baru sore hari ini ia keluarkan.Sebuah kotak berbahan beludru berwarna merah, yang ia tunjukkan di depan Lara, yang sebelum Alex membuka kotak itu pun Lara sudah bisa meraba apa kira-kira isi di dalamnya.Sebuah perhiasan. Jika bukan anting, pasti sebuah cincin. Karena ukurannya terlampau kecil jika Lara berpikir itu adalah kalung ataupun gelang.Benar!Saat Alex membuka kotaknya setelah prianya itu berlutut dengan menggunakan sebelah kaki di hadapannya, Lara bisa mendapati sebuah cinci
Malam harinya ....Ibra mengantar Neo dan Shenina pulang ke rumah, lengkap dengan Kalisha yang membawakan sekotak donat serta satu buah boneka yang tidak perlu dipertakan lagi milik siapa itu, karena jawabannya jelas milik Shenina.Lara yang sedang berada di ruang tengah bersama dengan Alex serta Sky melihat mereka yang berlarian dan memanggil secara serentak, "MAMA—PAPA!""Sayang ...."Lara merentangkan kedua tangannya, membiarkan si kembar memeluknya sebelum mereka melepaskan dan menghambur ke arah adik bontot mereka yang sedang sibuk menikmati suasana di bouncer."Selamat malam," ucap Ibra dan Kalisha bersamaan. Menundukkan kepala merwka di depan Alex dan juga Lara."Selamat malam.""Terima kasih untuk sudah mengajak si kembar main sama kalian," kata Lara, menepuk sofa di sebelah kanannya agar Kalisha duduk di sana, sedangkan Ibra bersama dengan Alex."Sama-sama, Pak Alex, Lara."Ibra memandangi Alex cukup Lama setelah menjawab demikian, hang menimbulkan pertanyaan bagi Alex lewat g
Tidak ada janji yang diingkari oleh Alex. Beberapa hari setelah Shenina meminta bahwa ia ingin pergi ke pacuan kuda sebab di pasar malam bersama dengan Ibra ia tak kebagian naik kuda, mereka benar-benar menuju ke pacuan kuda yang dijanjikan oleh Alex.Ia memiliki seorang teman yang mengelola sebuah lokasi olahraga berkuda. Letaknya berada di luar kota dan Alex harus pergi untuk meninggalkan Lara di rumah bersama dengan Skyler selama sehari penuh.Sore ini, keluar dari sana, Shenina terlihat kelelahan, ia tertidur di kursi bagian belakang mobil yang dikemudikan oleh Alex, sedangkan Neo yang duduk di kursi penumpang depan terlihat masih terjaga dan bersenandung mengikuti lagu yang diputar oleh Alex, Down By The Bay.“Terima kasih untuk hari ini, Papa,” Neo berujar selepas Alex membelokkan mobilnya di tikungan.“Sama-sama, Sayang. Kamu suka?” tanya Alex dengan sekilas menoleh kepadanya.“Suka. Hanya saja, lokasinya sedikit jauh.”“Tidak apa-apa, Neo.”“Tapi Neo yang sedikit keberatan kare
..|| Benarkah setelah semua hal yang kita lewati, kebahagiaan masih akan menjadi milik kita? Benarkah tidak ada kebahagiaan yang sempurna yang memberi kita tawa abadi?Ataukah yang benar, semua kebahagiaaan yang kita miliki hanyalah bersifat semu?Melihatmu dengan mata yang terpejam, membuatku terkenang pemandangan masa silam. Atmosfer yang dulunya sehangat matahari menjelma suram.Setelah beberapa semester mengering, air mata kembali tergenang. Waktu berjalan lambat, jarum jam tengah berputar berbalik arah, mengkhianati ketenangan kita menjadi penuh gejolak. Bisakah kita merebut kebahagiaan kita, ataukah kita harus memiliki rasa kehilangan yang barangkali waktu tak bisa menggerusnya?Membaca kembali surat yang kau tulis di Amethyst Florist, bayangmu samar terlihat. Tetapi yang lebih besar ... mengapa hanya luka yang bisa aku ingat? ||NEW SEASON BEGIN!....***..Lara baru saja mengirim pesan pada Alex, menanyakan kapan ia dan anak-anak akan pulang. Tetapi pesan itu sepertinya t